akibat jaringan disekitar tuberkel mengalami nekrosis. Nekrosis perkejuan akan menjadi kavitas bila isi-nya keluar akibat dibatukkan. Dapat juga
terjadi TB milier akibat isi kavitas menyebar melalui arteri Amin Bahar, 2009
2.2.4. Gejala Klinis TB
Menurut Amin Bahar 2009, gejala klinis TB adalah: 1. Demam, biasanya subfebril. Dapat terjadi secara kambuh-kambuhan.
2. BatukBatuk darah, akibat terjadinya iritasi pada bronkus. Batuk darah terjadi akibat pecahnya pembuluh darah. Kebanyakan terjadi pada
kavitas, namun juga dapat terjadi pada ulkus dinding bronkus. 3. Sesak nafas, ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dan infiltrasi
meliputi sebagian paru. 4. Nyeri dada, timbul akibat peradangan yang mencapai pleura sehingga
terjadi pleuritis. 5. Malaise, ditemukan berupa anoreksia, badan semakin kurus, sakit kepala,
meriang, nyeri otot, keringat malam.
2.2.5. Pemeriksaan Penunjang TB
Pemeriksaan penunjang TB paru adalah melalui beberapa pemeriksaan yaitu:
1. Mikroskopis BTA. Diagnosis yang meyakinkan adalah berdasarkan penemuan bakteri
M.tuberculosis pada pewarnaan sputum ataupun jaringan. Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas yang rendah 40-60. Metode pewarnaan adalah
menggunakan metode Ziehl Nielsen ataupun Kinyoun. Pada pasien yang diduga menderita TB, dilakukan pengambilan 3 spesimen sputum yang
diambil pada pagi hari dan langsung diwarnai Raviglione O’Brien, 2009.
Pemeriksaan dahak untuk diagnosis dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berturut-turut berupa sewaktu-pagi-sewaktu
Kemenkes,2011.
Universitas Sumatera Utara
Bakteri tahan asam diinterpretasikan berwarna merah pada pewarnaan Kinyoun dan Ziehl Nielsen. Laporan pemeriksaan dibuat dalam beberapa
skala. Skala yang sering dipakai adalah skala International Union Againts Tuberculosis an Lung Disease IUATLD Kumala,2009.
Tabel 2.3. Interpretasi BTA menurut IUALTD Interpretasi
Keterangan
Negatif Bila tidak ditemukan BTA dalam 100 lapangan
pandang Tulis jumlah BTA
Bila ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapangan pandang
1+ atau + Bila ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapangan
pandang 2+ atau ++
Bila ditemukan 1-10 BTA dalam satu lapangan pandang
3+ atau +++ Bila ditemukan lebih dari 10 BTA dalam satu
lapangan pandang Sumber: Diagnosis Laboratorium Mikrobiologi Klinik, 2009
2. Kultur Kultur M.tuberculosis dilakukan pada media Lownstein-Jensen atau
Middlebrook 7H107H11 dan diinkubasi pada 35-37 celsius dengan CO2
5-10 selama 8 minggu Brooks, Butel, dan Morse, 2009. 3. Radiologi
Secara radiologis, TB paru dibedakan atas: a. TB paru primer : Kelainan biasanya terjadi pada satu lobus, dan
paru kanan lebih sering terkena. Kelainan foto toraks yang dominan adalah limfadenopati hilus dan mediastinum. Pada paru
bisa dijumpai infiltrat, ground glass opacity, konsolidasi segmental atau lobar, dan atelektasis, kavitas. Efusi pleura bisa dijumpai
umumnya unilateral disertai kelainan pada paru Icksan Luhur, 2008.
b. TB paru post primer i. TB paru fokal : Bercak infiltrat yang bisa retikulogranuler,
nodul-nodul yang bisa setempat atau milier, ground glass opacity, konsolidasi serta kavitas, dan efusi pleura.
Predileksi lesi biasanya di daerah segmen apikal dan
Universitas Sumatera Utara
segmen posterior lobus atas serta segmen superior lobus bawah.
ii. TB pneumonia dan bronkopneumonia : Lobus paru bisa terlihat konsolidasi dan kavitas bisa terlihat daerah
konsolidasi pada lobus yang terkena. TB bronkopneumonia bisa memperlihatkan gambaran patchy dan bilateral
infiltratdan melibatkan daerah yang jarang terkena pada TB.
iii. Tuberkuloma : gambaran berupa nodul yang tegas, tetapi bisa dijumpai tepi ireguler karena adanya fibrosis. Bisa
multipel dan mencapai ukuran 5 cm dan bisa didapati kalsifikasi pada nodul.
iv. TB paru milier : bisa dijumpai foto toraks normal atau bisa berupa nodul milier berukuran 2-3 mm, yang tersebar
merata di kedua paru. c. Pleuritis TB : terjadi efusi pleura. Icksan Luhur, 2008
4. Tes tuberkulin Uji tuberkulin mengandung derivat protein yang dimurnikan melalui
fraksionisasi kimiawi dari konsentrasi filtrat kaldu tempat basil tuberkulosis ditumbuhkan. Terbagi atas 1TU, 5TU, dan 250 TU. Yang
sering digunakan adalah 5TU. Tuberkulin diberikan dengan cara disuntikkan ke pasien. Orang yang belum pernah kontak dengan
mikobakterium tidak akan menimbulkan reaksi terhadap uji tuberkulin. Sedangkan orang yang pernah mengalami infeksi primer, terjadi indurasi,
edema, eritema, dan bahkan nekrosis sentral pada daerah penyuntikan dalam waktu 24-48 jam Brooks, Butel, dan Morse, 2008.
Hal ini disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe lambat, yang mengakibatkan sel T tersensitasi dan menggerakkan limfosit ke tempat
suntikan. Limfosit akan merangsang terbentuknya indurasi dan vasodilatasi lokal, edema, deposit fibrin, dan penarikan sel inflamasi ke
tempat suntikan Kenyorini, Suradi, dan Surjanto, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Hasil postif jika indurasi lebih besar sama dengan 10 mm. Interpretasi positif adalah menandakan bahwa seorang individu pernah terinfeksi
diwaktu lampau dan terus mengandung mikobakterium yang hidup dalam beberapa jaringan Brooks, Butel, dan Morse, 2008.
5. PCR Polymerase Chain Reaction Reaksi PCR adalah metode amplifikasi suatu sekuens DNA tertentu. PCR
merupakan cara yang sensitif, selektif, dan sangat cepat untuk memperbanyak sekuens DNA yang diinginkan. Granner Weil,2006
Salah satu metode dalam mendeteksi TB adalah Xpert MTBRIF yang merupakan pengembangan dari metode PCR untuk mendeteksi gen TB.
Sensitifitas alat ini lebih tinggi dibandingkan dengan metode pewarnaan BTA. Pada koinfeksi HIV-TB, sensitifitas pewarnaan BTA dapat
menurun. Namun hal ini tidak terjadi pada metode PCR WHO,2011
2.2.6. Penatalaksanaan TB