Penatalaksanaan TB Tuberkulosis 1. Epidemiologi Tuberkulosis

Hasil postif jika indurasi lebih besar sama dengan 10 mm. Interpretasi positif adalah menandakan bahwa seorang individu pernah terinfeksi diwaktu lampau dan terus mengandung mikobakterium yang hidup dalam beberapa jaringan Brooks, Butel, dan Morse, 2008. 5. PCR Polymerase Chain Reaction Reaksi PCR adalah metode amplifikasi suatu sekuens DNA tertentu. PCR merupakan cara yang sensitif, selektif, dan sangat cepat untuk memperbanyak sekuens DNA yang diinginkan. Granner Weil,2006 Salah satu metode dalam mendeteksi TB adalah Xpert MTBRIF yang merupakan pengembangan dari metode PCR untuk mendeteksi gen TB. Sensitifitas alat ini lebih tinggi dibandingkan dengan metode pewarnaan BTA. Pada koinfeksi HIV-TB, sensitifitas pewarnaan BTA dapat menurun. Namun hal ini tidak terjadi pada metode PCR WHO,2011

2.2.6. Penatalaksanaan TB

Tujuan penatalaksanaan TB adalah menghentikan transmisi tuberkulosis dengan menjadikan pasien tidak infeksi dan mencegah morbiditas dan mortalitas dengan mengobati pasien. Empat obat-obatan lini pertama digunakan pada penatalksanaan TB yaitu : Isoniazid H, Rifampicin R, Pyrazinamide Z, dan Ethambutol E. Lini kedua pada pengobatan TB digunakan pada pasien-pasien yang telah mengalami resisten pada pengobatan lini pertama. Terdapat enam golongan obat-obatan lini kedua yaitu: golongan aminoglikosida yang dapat diinjeksikan Streptomycin S, Kanamycin, Amikasin; Capreomycin Polypeptida yang dapat diinjeksikan; Ethionamide, cycloserine, dan Para-Aminosalicylic PAS; dan antibiotik golongan flouroquinolon Raviglione O’Brien, 2010 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2011 menetapkan regimen pengobatan terhadap TB sebagai berikut: a. Kategori 1 Diberikan untuk pasienbaru TB paru BTA positif, pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif, dan TB ekstra paru. Regimen pengobatan yang diberikan adalah pada tahap intensif diberikan 2HRZE HRZE diberikan Universitas Sumatera Utara sekali sehari selama 2 bulan dan tahap lanjutan diberikan 4H3R3 HR diberikan 3 kali seminggu selama 4 bulan. b. Kategori 2 Panduan obat ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya dimana pasien mengalami pasien kambuh, pasien gagal, dan pasien dengan pengobatan setelah putus berobat. Panduan yang diberikan pada tahap intensif adalah 2HRZES HRZES diberikan sekali sehari selama 2 bulan atau 2HRZE HRZE diberikan sekali sehari selama 2 bulan dan tahap lanjutan diberikan 5H3R3E3 HRE diberikan 3 kali seminggu selama 5 bulan. c. OAT sisipan OAT sisipan adalah sama seperti panduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang diberikan selama sebulan. Pemantauan hasil pengobatan adalah dengan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis. Pemeriksaan dahak dinilai lebih baik dalam mengontrol hasil pengobatan dibandingkan dengan hasil pemriksaan radiologi. Dahak diperiksa 2 kali yaitu sewaktu dan pagi. Hasil pemeriksaan dikatakan negatif bila didapatkan kedua pemeriksaan tersebut negatif, dan postif jika didapatkan salah satu atau keduanya positif Kemenkes,2011.

2.3. Koinfeksi TB-HIV