daerah mangrove nilai BOD
5
lebih rendah yaitu sebesar 0,4 mgl. Nilai BOD
5
pada perairan ini masih sesuai dengan baku mutu air untuk biota yang ditetapkan oleh
Menteri Negara Lingkungan Hidup KEP No-51MNLHI2004 bahwa nilai BOD
5
yang masih dapat menopang kehidupan biota adalah 20 mgl MNLH, 2004. Menurut Brower et al., 1990, apabila konsumsi oksigen selama 5 hari
berkisar 5 mgl O
2
, maka perairan tersebut tergolong baik. Sebaliknya apabila konsumsi oksigen antara 10 - 20 mgl O
2
menunjukkan bahwa tingkat pencemaran oleh senyawa organik tinggi. Selanjutnya Wardhana 1995 mengatakan bahwa
peristiwa penguraian bahan buangan organik melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme di dalam lingkungan adalah proses alamiah yang mudah terjadi
apabila air lingkungan mengandung oksigen yang cukup.
k. COD Chemical Oxygen Demand
Nilai COD yang didapat dari ketiga stasiun penelitian berkisar 25,60 – 54,40 mgl. Nilai COD tertinggi terdapat pada stasiun 2 sebesar 54,40 mgl sedangkan
terendah pada stasiun 3 sebesar 25,60 mgl. Tingginya kadar COD disebabkan karena limbah kimia dari aktifitas operasional pelabuhan dan kapal mesin yang
mengakibatkan makin sulitnya penguraian limbah ini melalui reaksi oksidasi yang membutuhkan kadar oksigen yang banyak. Menurut Wardhana 1995, pada
penentuan nilai COD, jumlah oksigen yang diperlukan untuk reaksi oksidasi terhadap buangan organik sama dengan jumlah kalium bikromat. Makin banyak kalium
bikromat yang dibutuhkan untuk reaksi oksidasi, berarti semakin banyak pula oksigen
Universitas Sumatera Utara
yang dibutuhkan. Nilai COD pada perairan ini masih sesuai dengan baku mutu air untuk biota yang ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup KEP No-
51MNLHI2004 bahwa nilai COD yang masih dapat menopang kehidupan biota adalah 80 mgl MNLH, 2004.
l. NO
3
Nitrat
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kadar nitrat pada ketiga stasiun berkisar antara 0,10 mgl – 0,12 mgl, terendah pada stasiun 3 muara sebesar 0,10
mgl dan tertinggi pada stasiun 1 mangrove sebesar 0,12 mgl. Kisaran Nitrat pada Perairan muara sungai Asahan sudah berada dibawah kisaran normal baku mutu
kualitas air untuk biota yang ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup melalui KEP No-51MNLHI2004 yaitu 0,008 mgl MNLH, 2004. Keadaan ini
mungkin disebabkan oleh adanya bahan organik maupun anorganik yang berasal dari daratan yang terkikis dan menjadi mineral terlarut yang terbawa oleh aliran sungai.
Salmin 2005 menyatakan bahan organik dan anorganik yang terbawa aliran sungai menjadikan estuarin menjadi perairan yang subur.
Menurut Barus 2004, nitrat merupakan produk akhir dari proses penguraian protein dan nitrit. Nitrat merupakan zat nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan
termasuk algae dan fitoplankton untuk dapat tumbuh dan berkembang, sementara nitrit merupakan senyawa toksik yang dapat mematikan organisme air.
Universitas Sumatera Utara
m. PO