Metode Pengumpulan Data Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara

34 data cross section adalah sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena tertentu dalam kurun waktu.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode data pada penelitain ini dilakukan dengan teknik Dokumentasi, yaitu peneliti melakukan pengmpulan data skunder yang diperoleh dari situs, http:sumut.bps.go.idfrontend , www.djpk.kemenkeu.go.id , www.sumutprov.go.id . Selain itu metode pengumpulan data juga dilakukan dengan studi kepustakaan. Studi pustaka adalah metode pengumpulan data yang dapat dilakukan cara melakukan pengamatan data dari literatur - literatur, buku - buku dan jurnal yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan teknik perhitungan statistik. Analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini akan menggunakan bantuan teknologi komputer yaitu Microsoft Exel dan program aplikasi SPSS Statistical Product Service Solution. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan meotode analisis Regresi Linear Berganda. Dalam melakukan analisis regresi linier berganda, metode ini mensyaratkan untuk melakukan uji asumsi klasik agar mendapatkan hasil regresi yang baik.Uji asumsi klasik tersebut terdiri dari: 1. Uji Normalitas dengan menggunakan grafik Normal P-P Plot dan uji Klomogrov-Smirnov dengan tingkat signifikansi 5, Universitas Sumatera Utara 35 2. Uji Multikoliniearitas dengan menggunkan nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor VIF. 3. Uji Homoskedastisitas dengan menggunakan scatterplot dan uji Gletser, 4. Uji Autokorelasi dengan melakukan pengujian run test dan nilai Durbin- Watson.

3.7.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakam proses transformasi data penelitian dalam tabulasi, sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Menurut Azwar 2004 : 76 tujuan analisis deskriptif ini ialah “untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti”. Ukuran yang dapat digunakan dalam statistik deskriptif lain frekuensi, tendensi sentra rata-rata, median, modus, dispersi deviasi standar, variance, dan pengukur-pengukur bentuk measures of shapes.

3.7.2 Uji Asumsi Klasik

Peneliti melakukan terlebih dahulu uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk menghindari atau mengurangi bias atas hasil penelitian yang diperoleh Erlina, 2011 : 99. Uji asumsi klasik penting dilakukan untuk menghasilkan estimator yang linier tidak bias dengan varian yang minimum Best Linier Unbiased Universitas Sumatera Utara 36 Estimator = BLUE, yang berarti model regresi tidak mengandung masalah. Tidak ada ketentuan yang pasti tentang urutan uji yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Berikut ini adalah uji asumsi klasik yang harus dipenuhi oleh model regresi.

3.7.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mendekati distribusi normal yaitu distibusi data dalam bentuk lonceng. Menurut Situmorang dan Lufti data yang baik adalah “ data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yaitu distribusi data tersebut tidak menceng ke kirir atau menceng ke kanan”. Ada dua cara untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak yakni dengan analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik dapat dilakukan dengan melihat grafik histogram dan normal probability plot. Distribusi dapat dikatakan normal jika garis tren pada histogram berbentuk lonceng dan garis tren pada grafik normal probability plot tidak melenceng jauh dari garis tren. Analisis statistik dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov. Jika nilaai signifikansi 0,05 maka data berdistribusi normal.

3.7.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas ini bertujuan untuk melihat apakah ada korelasi diantara variabel independen. Menurut Erlina 2011 : 89 Universitas Sumatera Utara 37 multikolinearitas adalah “situasi adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya”. Adanya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolarance value dan nilai Variance Inflation Factor VIF. Tolerance value adalah mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya Situmorang dan Lutfi, 2012 : 135. Sedangkan VIF menurut Erlina 2011 : 89 adalah “estimasi berapa besar multikolinearitas meningkatkan varian pada suatu koefisien estimasi sebuah variabel independen”. Batas tolarence value adalah 0,1 dan VIF adalah 10. Jika tolarance value 0,1 atau VIF10 maka tidak terjadi multikoniearitas. Selain itu dapat juga dilakukan dengan melihat nilai korelasi antar variabel independennya. Jika nilai korelasi antar variabel independennya dibawah 0,9 maka tidak terjadi multikolinearitas.

3.7.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians sama, dan ini yang seharusnya terjadi maka dikatakan sebagai homoskedastisitas, sedangkan jika varians tidak sama dikatakan terjadi heteroskedastisitas. Alat untuk menguji heteroskedastisitas adalah dengan analisis grafik. Pada analisis grafik jika titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta Universitas Sumatera Utara 38 tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Selain analisis grafik uji heterokedasstisitas juga dapat dilakukan dengan uji Park. Jika nilai signifikansi setiap variabel independen diatas 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tidak terkena heterokedastisitas.

3.7.2.4 Uji Autokorelasi

Situmorang dan Lutfi 2012 : 120 mendefenisikan autokorelasi sebagai “korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu seperti dalam data deret waktu atau ruang seperti dalam data cross-section. Menurut Erlina 2011 tujuan dari uji autokorelasi adalah “untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya.” Autokorelasi dapat muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Uji autokorelasi dilakukan dengan uji run test dan uji durbin-watson. Pada uji run test jika nilai signifikannya diatas 0,05 maka tidak terjadi gejala autokorelasi, dan pada uji durbin-watson dilakukan dengan cara melihat nilai d nya pada tabel durbin-watson. Universitas Sumatera Utara 39 Tabel 3.3 Tabel Nilai Durbin-Watson Hipotesis nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 d dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negative Tolak 4 – dl d 4 Tidak ada korelasi negative No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tidak ditolak du d d – du Sumber : Situmorang dan Lutfi 2012

3.7.3 Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen Situmorang dan Lutfi, 2012 : 151. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda karena model yang diujikan memiliki lebih dari satu variabel independen yang mempengaruhi satu variabel dependen. Analisis regresi linier berganda ditujukan untuk menentukan hubungan linier antar beberapa variabel bebas yang biasa disebut x 1 , x 2 , x 3 , dan satu variabel terikat yang disebut Y Situmorang dan Lutfi, 2012 : 151. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan analisis regresi linear berganda dengan persamaan sebagai berikut : Y = α + β 1 x 1 + β 2 x 2 + β 3 x 3 + ε Keterangan : Y = Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Universitas Sumatera Utara 40 α = Konstanta β 1 – β 3 = Koefisien regresi x 1 = Pajak Daerah x 2 = Retribusi Daerah x 3 = Pertumbuhan Ekonomi ε = Error Kesalahan pengganggu 3.7.3 Pengujian Hipotesis 3.7.3.1 Uji Koefisien Determinan R 2 Uji koefisien determinasi R 2 pada intinya mengukur seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R 2 yang lebih kecil, berarti juga sebaliknya.terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Jika R 2 semakin mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas x 1, x 2, x 3 adalah kuat terhadap variabel terikat Y. Hal ini berati model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas Y yang diteliti terhadap variabel terikat dan begitu juga sebaliknya. Universitas Sumatera Utara 41 3. 7.3.2 Uji Signifikansi Simultan Uji F Uji ini digunakan untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak. Pengujian ini dilakukan dengan melihat apakah variabel bebas yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, dan pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat yakni tingkat kemandirian keuangan daerah. H : β 1 β 2 β 3 = 0, artinya variabel bebas yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah dan pertumbuhan ekonomi secara serentak tidak berpengaruh terhadap variabel terikat, yakni tingkat kemandirian keuangan daerah. H : β 1 β 2 β 3 ≠ 0, artinya variabel bebas yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah dan pertumbuhan ekonomi secara serentak berpengaruh terhadap variabel terikat, yakni tingkat kemandirian keuangan daerah. Selanjutnya, nilai f hitung akan dibandingkan dengan nilai f tabel. Kriteria pengambilan keputusannya adalah : H diterima jika F hitung F tabel pada α = 5 H a diterima jika F hitung F tabel pada α = 5 Universitas Sumatera Utara 42

3.7.3.3 Uji Signifikansi Parsial Uji T

Uji ini digunakan untuk menentukan seberapa besar pengaruh variabel bebas X secara parsial atau terpisah terhadap variabel terikat Y. H : β 1 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh dari variabel bebas yakni pajak daerah, retribusi daerah dan pertumbuhan ekonomi terhadap variabel terikat yakni tingkat kemandirian keuangan daerah. H : β 1 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh dari variabel bebas yakni pajak daerah, retribusi daerah dan pertumbuhan ekonomi terhadap variabel terikat yakni tingkat kemandirian keuangan daerah. Kriteria pengambilan keputusan : H diterima jika t hitung t tabel pada α = 5 H a diterima jika t hitung t tabel pada α = 5 Universitas Sumatera Utara 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara

Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 1 o – 4 o Lintang Utara dan 98 o – 100 o Bujur Timur atau terbesar ketujuh dari luas wilayah Republik Indonesia. Berdasarkan posisi geografis, provinsi Sumatera Utara berbatasan sebagai berikut: Utara : berbatasan dengan Provinsi Aceh Timur : berbatasan dengan Negara Malaysia Selat Malaka Selatan : Berbatasan dengan Provinsi Riau dan Sumatera Barat Barat : berbatasan dengan Samudra Hindia Berdasarkan kondisi geografis, wilayah Provinsi Sumatera Utara dibagi dalam 3 kelompok wilayah yaitu: 1 Pantai Barat Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Sibolga dan Nias. 2 Daratan Tinggi Tapanuli Utara, Simalungun, Pematang Siantar, Karo dan Dairi. 3 Pantai Timur Medan, Binjai, Langkat, Tebing Tinggi, Asahan, Tanjung Balai, dan Labuhan Batu Pusat pemerintahan Provinsi Sumatera Utara terletak di Kota Medan. Sebelumnya, Sumatera Utara termasuk ke dalam Provinsi Sumatra sesaat Indonesia merdeka pada tahun 1945. Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 71.680 km 2 . Universitas Sumatera Utara 44 Sumatera utara merupakan Provinsi keempat yang terbesar setelah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Berdasarkan hasil proyeksi sensus penduduk 2010, tercatat jumlah penduduk Sumatera Utara pada tahun 2013 sebanyak 13,32 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk mencapai 1,22 persen. Etnis terbesar yang ada di Sumatera Utara adalah suku Batak Karo, Pakpak, TapanuliToba, Simalungun dan Mandailing sebesar 41,95, kemudian suku Jawa sebesar 32,62, suku Nias sebesar 6,36, suku Melayu sebesar 4,92, suku Tioghoa sebesar 3,07, suku Banjar 0,97 dan lain lain sebesar 7,45. Dilihat dari kerukunan umat beragama, hasil sensus penduduk 2010 menunjukkan bahwa penduduk Sumatera Utara paling banyak memeluk agama Islam sebesar 66,09, kemudian agama Kristen Katolik dan Protestan sebesar 31, Budha sebesar 2,34 Hindu sebesar 0,11, dan Konghucu sebesar 0,01. Penyelenggaraan otonomi daerah disambut masyarakat dengan usulan pembentukan wilayah administrasi baru. Selama periode 2006 - 2013, wilayah administrasi setingkat kabupaten telah bertambah 6 wilayah administrasi dari 19 kabupaten menjadi 25 kabupaten. Setingkat kota bertambah 1 wilayah administrasi dari 7 kota menjadi 8 kota. Setingkat kecamatan bertambah dari 378 Wilayah administrasi menjadi 422 wilayah administrasi, dan setingkat desakelurahan bertambah dari 5.876 wilayah administrasi menjadi 5.876wilayah administrasi. Wilayah Provinsi Sumatera Utara secara administratif terbagi dalam 25 kabupaten dan 8 kota yaitu : Universitas Sumatera Utara 45 Tabel 4.1. Kabupaten dan Kota Provinsi Sumatera Utara No Nama KabupatenKota Ibu Kota Luas Wilayah 1 Kabupaten Nias Gunung Sitoli 1,842.51 2 Kabupaten Mandailing Natal Panyabungan 6,134.00 3 Kabupaten Tapanuli Selatan Sipirok 6,030.47 4 Kabupaten Tapanuli Tengah Pandan 2,188.00 5 Kabupaten Tapanuli Utara Tarutung 3,791.64 6 Kabupaten Toba Samosir Balige 2,328.89 7 Kabupaten Labuhan Batu Rantau Prapat 2,156.02 8 Kabupaten Asahan Kisaran 3,702.21 9 Kabupaten Simalungun Raya 4,369.00 10 Kabupaten Dairi Sidikalang 1,927.80 11 Kabupaten Karo Kaban Jahe 2,127.00 12 Kabupaten Deli Serdang Lubuk Pakam 2,241.68 13 Kabupaten Langkat Stabat 6,262.00 14 Kabupaten Nias Selatan Teluk Dalam 1,825.20 15 Kabupaten Humbang Hasundutan Dolok Sanggul 2,335.3 16 Kabupaten Pakpak Bharat Salak 1,218.30 17 Kabupaten Samosir Pangururuan 2,069.05 18 Kabupaten Serdang Bedagai Sei Rampah 1,900.22 19 Kabupaten Batu Bara Limapuluh 922.20 20 Kabupaten Padang Lawas Utara Gunung Tua 3,918.05 21 Kabupaten Padang Lawas Sibuhuan 3,892.74 22 Kabupaten Labuhanbatu Selatan Kota Pinang 3,596.00 23 Kabupaten Labuanbatu Utara Aek Kanopan 3,570.98 24 Kabupaten Nias Utara Lotu 1,202.78 25 Kabupaten Nias Barat Lahomi 473.73 26 Kota Sibolga - 41.31 27 Kota Tanjungbalai - 107.83 28 Kota Pematangsiantar - 55.66 29 Kota Tebing Tinggi - 31.00 30 Kota Medan - 265.00 31 Kota Binjai - 59.19 32 Kota Padangsidimpuan - 114.66 33 Kota Gunungsitoli - 280.78 Sumber : indonesiadata.co.id Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive judgement sampling method yaitu berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Berdasarkan metode tersebut diperoleh sampel penelitian yaitu sebanyak 15 Kabupaten dan 7 Kota Universitas Sumatera Utara 46 yang terdapat di provinsi Sumatera Utara, periode penelitian tahun 2011 - 2013 yaitu sebanyak 3 tahun sehingga data pooling sebanyak 66. 4.2 Data Penelitian 4.2.1 Data Tingkat Kemandirian Daerah