B. 3 Efek Samping Pengobatan Kanker

30 adalah intracavity therapy dan interstitial therapy. Dalam intracavity therapy, zat radioaktif ditempatkan dalam body cavity selama kira-kira 24- 72 jam, kemudian diangkat kembali, misalnya zat radioaktif ditempatkan di vagina dalam pengobatan kanker serviks. Interstitial therapy menempatkan zat radioaktif di jarum ataupun alat bantu lainnya dan kemudian diimplamantasikan secara langsung ke tumor. Selama terapi radiasi eksternal, sebuah mesin mengeluarkan sinar berenergi tinggi terhadap kanker sehingga efek maksimum dari radiasi langsung mengenai tumor tersebut. Pengobatan-pengobatan di atas dapat berdiri sendiri ataupun dikombinasikan dengan mempertimbangkan jenis kanker dan stadium kanker. Kanker yang berkembang dalam tingkatan berbeda, muncul dan membesar di tempat yang berbeda, akan memiliki reaksi yang bebeda terhadap beragam pengobatan. Seringkali, dokter melakukan beberapa penanganan yang dikombinasikan, disebut sebagai multimodal Falvo, 2005.

II. B. 3 Efek Samping Pengobatan Kanker

Bagi banyak pasien, ada dua efek samping dari pengobatan kanker yang sulit. Pertama, kebanyakan orang yang mendapatkan radiasi dan kemoterapi berulang mengalami kelelahan yang parah dan berkepanjangan, yang biasanya akan semakin memburuk setelah pengobatan berakhir Cella et al., 1998; Jacobsen Thors., 2003 dalam Sarafino., 2011. Kedua, kemoterapi dan radiasi biasanya menghasilkan periode mual dan muntah selama dan segera setelah pengobatan. Universitas Sumatera Utara 31 Obat-obatan untuk mengurangi mual hanya efektif pada beberapa pasien Jordan, Schmoll Aapro., 2007 dalam Sarafino., 2011. Mual dan muntah dapat mengakibatkan dampak yang serius, misalnya pasien menjadi sangat aversif sehingga tidak melanjutkan pengobatan, yang dapat memperburuk keadaan mereka Carey Burish., 1988 dalam Sarafino., 2011. Dan banyak pasien kemudian mengembangkan anticipatory nausea serta mengalami learned food aversion. Anticipatory nausea adalah keadaan ketika pasien yang telah menerima sedikit pengobatan dan akan menerima obat lagi, mengalami muntah sebelum obat diberikan. Beberapa juga mengalami mual ketika mereka tiba di rumah sakit ataupun ketika memikirkan pengobatan yang akan diberikan ketika di rumah Andrykowski., 1990; Carey Burish., 1988 dalam Sarafino., 2011. Pasien kanker yang menerima kemoterapi atau terapi radiasi biasanya melaporkan bahwa mereka mengembangkan rasa tidak suka pada makanan yang dulu mereka sukai, yang disebut sebagai learned food aversion. Makanan tersebut menjadi tidak disukai karena individu mengasosiasikannya dengan gejala mual dan muntah. Learned food aversion merupakan permasalahan medis karena pasien kanker biasanya mengalami kehilangan nafsu makan, yang dapat mengarahkan pada kehilangan berat badan yang drastis Mattes, Arnold, Boraas, 1987a, 1987b dalam Sarafino., 2011. Universitas Sumatera Utara 32

II. B. 4 Dampak Psikososial Kanker