prasarana pada bangunan gedung juga sangat penting yaitu kepentingan umum meliputi penyediaan fasilitas yang cukup untuk ruang ibadah, ruang
ganti, ruangan bayi, toilet, tempat parkir, tempat sampah, serta fasilitas komunikasi dan informasi.
2.4. Keandalan bangunan
Keandalan bangunan gedung adalah keadaan bangunan gedung yang memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan
bangunan gedung sesuai dengan kebutuhan fungsi yang telah ditetapkan. Keselamatan bangunan gedung adalah kondisi yang menjamin keselamatan
bangunan gedung beserta pemilik dan penggunan bangunan, sekaligus masyarakat lingkungan di sekitarnya terhadap bencana seperti gempa bumi, bahaya petir,
bahaya kebakaran, dan bencana lainnya. Kesehatan bangunan gedung merupakan kondisi yang menjamin tercegahnya segala gangguan yang dapat menimbulkan
penyakit atau rasa sakit bagi pemilik dan pengguna bangunan bangunan, sekaligus masyarakat lingkungan sekitarnya. Sedangkan kenyamanan bangunan gedung
yaitu keadaan yang menjamin rasa nyaman sehingga pengguna gedung dapat melakukan kegiatan dengan baik dan atau merasa betah dan merasakan suasana
tenang berada dalam atau sekitar gedung. Kemudahan bangunan gedung adalah kondisi yang menyediakan berbagai kemudahan yang diperlukan bagi pengguna
sesuai dengan fungsi pada bangunan gedung dan lingkungannya seperti fasilitas- fasilitas pada bangunan gedung.
Dalam melakukan pemeriksaan keandalan bangunan gedung dilakukan penilaian-penilaian pada bangunan gedung yang meliputi penilaian segala sesuatu
Universitas Sumatera Utara
yang terdapat pada bangunan gedung tersebut. Penilaian dilakukan berdasarkan dengan survei di lapangan yang selanjutnya hasil survei dianalisis menurut nilai
kriteria keandalan bangunan suatu gedung.
2.5. Penialaian Keandalan Bangunan
Pada penilaian keandalan bangunan gedung terdapat 5 aspek pengamatan yang dinilai untuk menjamin keandalannya, yaitu penialaian aspek arsitektur,
struktur, utilitas, aksesibilitas, dan tata bangunan dan lingkungan.
2.5.1. Penilaian Aspek Aristektur
Nilai kondisi arsitektur merupakan suatu nilai tertentu yang berdasarkan dari kondisi pada setiap bagian arsitektur bangunan. Nilai kondisi dapat
menjelaskan mengenai kwalitas dan kwantitas suatu elemen bila terjadi kerusakan.
Terdapat 2 komponen yang dinilai secara visual pada aspek arsitektur dalam pemeriksaan keandalan bangunan yaitu komponen ruang dalam dan
komponen ruang luar. a.
Komponen Ruang Dalam 1.
Kesesuaiaan penggunaan fungsi Kondisi yang menjamin bentuk dan dimensi serta organisasi ruang,
sirkulasi dalam bangunan dan hubungan antar ruang sesuai dengan fungsinya.
2. Pelapis muka lantai
Kondisi dimana pelapis muka lantai dalam kondisi baik tidak retak rambut, terbelah ataupun terpecah.
Universitas Sumatera Utara
3. Pelasteran lantai
Kondisi dimana plesteran lantai dalam kondisi baik tidak retak, terbelah atupun pecah.
4. Pelapis muka dinding
Kondisi dimana pelapis muka dinding dalam kondisi baik tidak terkelupas, hilang ataupun tak tampak.
5. Pelapis muka dinding
Kondisi dimana pelpis muka dinding dalam kondisi baik tidak pudar, lembab, berlumutberjamur, terkelupas hilang atau pun tidak tampak.
6. Kosen pintu dan jendela
Kondisi dimana kosen pintu dan jendela masih berfungsi dengan baik tidak lapuk, rapuhkeropos, retak, berlubang, bagian pintu dan jendela ada yang
patah, sambungan lepas, melengkung dan rusak. 7.
Lapisan muka langit-langit Kondisi dimana lapisan muka langit-langit tidak rusak, kotorbebercak,
pudar, panil hilang, ataupun terkelupas. b.
Komponen Ruang Luar 1.
Penutup atap Kondisi dimana penutup atap tidak retak, pecah, rembes, bocor, hilang,
korosi, berlumutberjamur, ditumbuhi tanaman, paku lepas, flshing rusak, dilatasi rusak.
2. Pelapis muka idnding luar
Kondisi dimana pelapis muka dinding dalam kondisi baik tidak pudar, lembab, berlumutberjamur, terkelupas, hilang atau pun tidak tampak.
Universitas Sumatera Utara
3. Pelasteran dinding luar
Kondisi dimana pelasteran dinding dalam kondisi baik tidak terkelupas, hilang ataupun tidak tampak.
4. Pelapis muka lantai luar
Kondisi dimana plesteran dinding dalam kondisi baik tidak terkelupas, hilang ataupun tidak tampak.
5. Plesteran lantai luar
Kondisi dimana plesteran lantai dalam kondisi baiktidak retak, terbelah ataupun pecah.
6. Pelapis muka langit-langit
Kondisi dimana lapisan muka langit-langit tidak rusak, kotorbebercak, pudar, panil hilang, ataupun terkelupas.
Pengamatan dilapangan dilakukan secara visual kemudian dilakukan penilaian pada bangunan gedung dalam formulir penilaian keandalan bangunan mengacu
pada Pajak Bumi Bangunan, dll. Data dianalisis dengan menggunakan panduan Teknis Tata Cara Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung, tahun 1998,
Departemen PU, dan Peraturan Permen PU No.29PRTM2007, Permen PU No.26PRTM2008 dan Dinas Tarukim Kota Medan menerapkan sistem
penilaian keandalan arsitektur dengan ketentuan seperti terlihat pada Tabel 2. 1.
Tabel 2.1 Penilaiaan Aeandalan Arsitektur
Kompo nen
Kondisi Kefungsian Komponen
Nilai Maks
Kriteria Penilaian Nilai
Total Andal
95-100 Nilai
K Kurang
andal 75- 94
Nilai K
Tida k
75 Nilai
K
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Penilaiaan Aeandalan Arsitektur lanjutan Tabel 2.1
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
Ruang dalam
80
Kesesuaian penggunaan fungsi Pelapis muka lantai
Pelapis muka dinding Plesteran dinding
Kosen pintu dan jendela Lapisan muka langit
Sub Total Ruang
Luar 20
Penutup atap Pelapis muka dinding luar
Plesteran dinding luar Pelapis muka lantai luar
Plesteran lantai luar Pelapis muka langit langit
Sub Total Total Nilai
Sumber : Dinas Tarukim Kota Medan, 2011 Keterangan :
a. Nilai pada kolom 10 di dapat dari hasil penyelesaiaan pada tiap-tiap
komponen dengan tahapan dan persamaan sebagai berikut. Faktor reduksi kerusakan
� =
�� �
2.1 Dimana, r = faktor reduksi kerusakan
nr = jumlah komponen rusak bh n = jumlah komponen yang tiap lantai bh
tingkat keandalan tereduksi �� = �� − �
2.2 Dimana, Ka
= Tingkat keandalan awal komponen Ri
= Faktor reduksi posisi Ri = 1 Nilai keandalan awal
�� =
� ∑ �
. K max 2.3
Universitas Sumatera Utara
Dimana, Ka = keandalan awal komponen
∑n = total jumlah komponen pada gedung bh K max = nilai maksimum keandalan komponen
Nilai keandalan reduksi kerusakan Kr = r . Ka 2.4
Dimana, Kr = nilai keandalan reduksi kerusakan
Nilai keandalan komponen Klt = Kt . Ka 2.5
Dimana, Klt = nilai keandalan komponen tiap lantai Nilai total keandalan komponen ∑K = Klt1+Klt2+.....+Kltn
2.6 Dimana, ∑K = nilai total keandalan komponen
b. Nilai pada kolom 5, 7, dan 9 merupakan nilai presentase tingkat
keandalan K pada masing-masing komponen yang didapat dari hasil perhitungan =
3
. 100 2.5.2.
Penilaiaan Aspek Struktur
Nilai kondisi struktur merupakan suatu nilai tertentu yang berdasarkan dari kondisi pada setiap bagian struktur bangunan. Nilai kondisi dapat
menjelaskan mengenai kwalitas dan kwantitas suatu elemen bila terjadi kerusakan.
terdapat 2 komponen yang dinilai secara visual pada aspek struktur dalam pemeriksaan keandalan bangunan yaitu struktur utama dan struktur pelengkap,
a. Struktur utama
1. Pondasi
Kondisi dimana pondasi berfungsi dengan baik tidak terjasi kerusakan seperti deformasipenurunan pondasi, retak pondasi, rapuh atau bocor bila pengguna
pondasi pelat atau basement.
Universitas Sumatera Utara
2. Kolom struktur
Kondisi dimana kolom tidak terjadi kerusakan seperti melengkung, retak rambut, retak atau patah.
3. Balok struktur
Kondisi dimana balok struktur tidak terjadi kerusakan seperti melengkung, retak rambut, retak atau patah.
4. Joint kolom-balok
Kondisi dimana joint kolom-balok tidak terjadi kerusakan seperti retak rambut, retak atau patah.
5. Plat lantai
Kondisi dimana plat lantai tidak terjadi kerusakan seperti melengkung, rusak atau patah.
6. Plat tap
Kondisi dimana plat atap tidak terjadi kerusakan seperti bocor, melengkung, retak atau patah.
7. Penggantung langit-langit
Kondisi dimana penggantung langit-langit tidak terjadi kerusakan seperti penggantung hilang, kendur, dan patah.
b. Struktur pelengkap
1. Platbalok tangga
Kondisi dimana balok anak tidak terjadi kerusakan seperti melengkung, retak rambut, retak dan patah.
2. Balok anak
Universitas Sumatera Utara
Kondisi dimana balok anak terjadi kerusakan seperti melengkung, retak rambut, retak atau patah.
3. Lain-lain balok canopy, balok laufel
Kondisi dimana komponen pelengkap struktur lainnya dalam kondisi baik. Pengamatan dilakukan dilapangan secara visual kemudian dilakukan penilaian
pada bangunan gedung dalam formulir penilaian keandalan bangunan mengacu pada Teknis Tata Cara Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung, tahun 1998,
Departemen PU, dan Peraturan Permen PU No.29PRTM2007, Permen PU No.26PRTM2008 dan Dinas Tarukim Kota Medan menerapkan sistem
penilaiaan keandalan struktur dengan ketentuan seperti terlihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Tabel penilaian keandalan struktur
No Kondisi Kefungsian
Komponen Struktur K
max
Faktor Reduksi Nilai keandalan Bagian
komponen.Str Akibat
kegagalan Sesuai
posisitingkat 1
2 3
4 5
6 I
STRUKTUR UTAMA 1
Pondasi 25.00
2 Kolom struktur
20.00 3
Balok struktur 15.00
4 Joint kolom-balok
15.00 5
Plat lantai 4.50
6 Plat atap
0.50 7
Penggantung langit-langit 5.00
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Tabel penilaian keandalan struktur lanjutan tabel 2. 2
No Kondisi Kefungsian
Komponen Struktur K
max
Faktor Reduksi Nilai keandalan Bagian
komponen.Str Akibat
kegagalan Sesuai
posisitingkat 1
2 3
4 5
6 Sub total
85.00 II
STRUKTUR PELENGKAP
1 Platbalok tangga
6.00 2
Balok anak 5.00
3 Lain-lain
4.00 Sub total
15 Total nilai
100 Total Nilai Keandalan
Struktur
Sumber : Dinas Tarukim Kota Medan, 2011 Keterangan :
a. Nilai pada kolom 6 di dapat dari hasil penyelesaiaan pada tiap-tiap
komponen dengan tahapan dan persamaan sebagai berikut. Faktor reduksi kerusakan
� =
�
�
�
2.7 Dimana, r
= faktor reduksi kerusakan A
r
= luas komponen rusak m
2
A = luas komponen yang ada tiap lantai m
2
Tingkat keandalan tereduksi Kt = Ri – r
2.2 Dimana, Kt
= tingkat keandalan tereduksi Ri
= faktor reduksi posisi Ri=1 Nilai keandalan awal
�� =
� ∑�
. ���� 2.8
Universitas Sumatera Utara
Dimana, Ka = Keandalan awal komponen ∑A = total luas komponen pada gedung m
2
K
max
= nilai maksimum keandalan komponen Nilai keandalan komponen K
Lt
= Kt . Ka 2.5
Dimana, K
Lt
= nilai keandalan komponen Nilai total keandalan komponen ∑K = K
Lt1
+ K
Lt2
+...+ K
Ltn
2.6 Dimana, ∑K= nilai total keandalan komponen
b. Nilai pada kolom 4 merupakan nilai presentasi tingkat keandalan K
pada masing-masing komponen yang didapat dari hasil perhitungan =
3
. .
2.5.3. Penilaiaan Aspek Utilitas dan Proteksi Kebakaran
Nilai kondisi utilitas merupakan suatu nilai tertentu yang berdasrkan dari kondisi pada setiap bagian utilitas bangunan. Nilai kondisi dapat menjelaskan
mengenai kwalitas dan kwantitas suatu elemen bila terjadi kerusakan. Terdapat 7 komponen yang dinilai pada aspek utilitas dalam pemeriksaan
keandalan bangunan yaitu sistem pencegahan kebakaran, transportasi vertikal, plambing, instalasi listrik, instalasi tata udara, penangkal petir, dan instalasi
komunikasi. Persyaratan utilitas dan proteksi kebakaran telah diatur dalam Peraturan Mentri Pekerjaan Umum N0.26PRTM2008.
a. Sistem Pencegahan Kebakaran
1. Alarm kebakaran
Universitas Sumatera Utara
Kondisidimana alarm kebakaran tidak terjadi kerusakan pada detektor, titik panggil manual, panel kontrol kebakaran, catu daya, alarm, kabel
instalasi kebakaran. 2.
Sprikler otomatis Kondisi dimana spronkler tidak terjadi kerusakan pada pompa air, kepala
sprinkler, kran uji, tangki air, pipa instalasi kebakaran. 3.
Gas pemadam api Kondisi dimana tidak terjadi kerusakan pada kumpulan tabung gas
pemadam, alarm kebakaran, starter otomatis, catu daya, panel kontrol, kotak operasi manual, peralatan detektor, nosel gas, kran pemilih otomatis.
4. Hidran
5. Kondisi dimana tidak terjadi kerusakan pada pompa air, pipa instalasi,
tangki penekan atasalat kontrol, hidran kotak, hidran pilar, sumber air, tangki penampung air.
6. Tabung pemadam api ringan
Kondisi dimana tidak terjadi kerusakan pada tabung gas tersegel dan selang.
b. Transportasi Vertikal
1. Elevator lift
Kondisi dimana tidak terjadi kerusakan pada motor penggerak, sngkar dan alat kontrol, motor penggerak pintu, kabel dan panel listrik, rel kereta lift,
alat penyeimbang sangkar, peredam sangkar. 2.
Eskalator tangga berjalan
Universitas Sumatera Utara
Kondisi dimana tidak terjadi kerusakan pada motor penggerak, alat kontrol, kabel dan panel listrik, rantai penarik, roda-roda gigi penarik,
badan escalator, anak tanggalantai. 3.
Tangga biasa Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam dan
memiliki kemiringan tangga kurang dari 60 ◦. Tidak terdapat tanjakan yang
berlubang yang dapat membahayakan pengguna tangga. Harus dilengkapi dengan pegangan rambat handrail minimum pada salah satu sisi tangga.
Pegangan rambat harus mudah dipegang dengan ketinggian 65 – 80 cm
dari lantai, bebas dari elemen konstruksi yang mengganggu, dan bagian ujungnya harus bulat atau dibelokkan dengan baik ke arah lantai, dinding
atau tiang. Pegangan rambat harus ditambah panjangnya pada bagian ujung-ujungnya puncak dan bagian bawah dengan 30 cm. Untuk tangga
yang terletak diluar bangunan, harus dirancang sehingga tidak ada air hujan yang menggenangi lantainya.
c. Plambing
1. Air bersih
Kondisi dimana tidak terjadi permasalahan pada sumber air dari PDAM dan meteran, sumber air dari sumur dan pompa, tangki penampung air,
tangki air atasmenara house tank, pompa penampung air dan alat kontrol, listrikuntuk panel pompa, pompa instalasi dan kran.
2. Air kotor
Kondisi dimana tidak terjadi permasalahan pada klosedbideturioir. Saluran tangki septic, tangki septic, bak cuci, tempat cuci tangan, saluran
Universitas Sumatera Utara
bak cuci ke saluran terbuka, lobangsaluran pengurasan lantai, pipa air hujan.
d. Instalasi Listrik
1. Sumber daya PLN
Kondisi dimana tidak terjadi permasalahan pada panel tegangan utam, transformator, panel tegangan tengah, panel distribusi, lampu, armatur,
kabel instalasi. 2.
Sumber daya generator genset Kondisi dimana tidak terjadi permasalahan pada motor penggerak,
alternator, alat pengisi aki kabel dan panel listrik, radiatorpendingin, kabel instalasi, AMF, daily tank, dan panel kontak.
e. Instalasi Tata Udara
1. Sistem pendingin langsung media udara
Kondisi dimana tidak terjadi permasalahan pada kompresor, evaporator, kondensor, panel distribusi, kipas udara kondensator, media pendingin,
pipa instalasi media pendingin, alat kontrol, difuser grill, cerobong udara, menara pendingin, pipa instalasi air, pendingin kondensor, pompa sirkulasi
air pendingin kondensor, panel kontrol. 2.
Sistem pendingin tak langsung media air Kondisi dimana tidak terjadi permasalahan pada kompressor, evaporator,
pipa instalasi air es, pipa sirkulasi es, kondensor, kipas udara kondensator, media pendingin, media pendingin air es, unit pengolah udara, alat kontrol
cerobong, difuser grill, pipa instalasi air pendingin kondensor, pipa sirkulasi pendingin kondensor, panel kontrol.
Universitas Sumatera Utara
f. Penangkal petir
1. Sistem utama proteksi petir
Kondisi dimana tidak terjadi permasalahan pada kepla penangkal petir, hantaran pembumian, dan elektroda pembumian.
2. Instalasi proteksi petir
Kondisi dimana tidak terjadi permasalahan pada erester tegangan tengah, strip pengikat ekuipotensial, hantaran pembumian, dan elektroda
pembumian. g.
Instalasi Komunikasi 1.
Instalasi telepon Kondisi dimana tidak terjadi permasalahan pada pesawat telpon dan kabel
instalasi. 2.
Instalasi tata suara Kondisi dimana tidak terjadi permasalahan pada mikropon, speaker, dan
kabel instalasi. Pengamatan dilakukan dilapangan secara visual kemudian dilakukan
penilaian pada bangunan gedung dalam formulir penilaian keandalan bangunan mengacu pada Teknis Tata Cara Pemeriksaan Keandalan
Bangunan Gedung, tahun 1998, Departemen PU, dan Peraturan Permen PU No.29PRTM2007, Permen PU No.26PRTM2008 dan Dinas
Tarukim Kota Medan menerapkan sistem penilai keandalan utilitas dengan ketentuan seperti yang terlihat pada Tabel 2.3
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. 3. Formulir Penilaian Keandalan Utilitas dan Proteksi Kebakaran
No Kode KU
Komponen Utilitas
Kondisi Kefungsian Komponen utilitas
Fungsi K
max
keandalan Faktor
Reduksi Nilai Keandalan
Baik kurang
Tidak Bagian
Utilits Utilitas
K 1
2 3
4 5
6 7
8 9
A. SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN
1 Sistem Alarm
Kebakaran 20
2 Sprinkler
20 3
Gas Pemadam 20
4 Hidran
20 5
Tabung PAR 20
Sub Total 100
B. TRANSPORTASI VERTIKAL
1 ElevatorLift : Ada
Tidak ada 50
2 Eskalator: Ada
Tidak ada 50
Sub Total 100
ATAU : 1
Tangga biasa, kondisinya
100 Sub Total
100 C.
PLAMBING 1
Air Bersih 50
2 Air Kotor
50 Sub Total
100 D.
INSTALASI LISTRIK 1
Sumber daya PLN 50
2 Sumber daya
generator Genset 50
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. 3. Formulir Penilaian Keandalan Utilitas dan Proteksi Kebakaran lanjutan Tabel 2.3
No Kode KU
Komponen Utilitas
Kondisi Kefungsian Komponen utilitas
Fungsi K
max
keandalan Faktor
Reduksi Nilai Keandalan
Baik kurang
Tidak Bagian
Utilits Utilitas
K 1
2 3
4 5
6 7
8 9
Sub Total 100
E INSTALASI TATA UDARA
1 Sistem Pendingin
Langsung 50
2 Sistem Pendingin
Tak Langsung 50
Sub Total 100
F PENANGKAL PETIR
1 Sistem Utama
Proteksi Petir 50
2 Instalasi Proteksi
Petir 50
Sub Total 100
G INSTALASI KOMUNIKASI
1 Instalasi Telepon
50 2
Instalasi Tata Suara 50
Sub Total 100
Total Nilai Keandalan Utilitas
Sumber : Dinas Tarukim Kota Medan, 2011 Keterangan :
a. Pada kolom 3, 4, dan 5 merupakan kolom yang menyatakan kondisi
suatu fungsi komponen yang diberi tanda check list √ berdasarkan kondisi yang ada.
Universitas Sumatera Utara
b. Pada kolom 7 merupakan kolom yang menyatakan faktor reduksi
kerusakan komponen yang didapat dari hasil perhitungan seperti Tabel 2.4.
Tabel 2. 4. Contoh Perhitungan Faktor Reduksi Komponen Instalasi Listrik
Komponen Instalasi Listrik Rusak
Bobot Fungsi
100 Nilai Tingkat
Keandalan Nilai
Ya Tidak
Awal Reduksi SUMBER DAYA PLN
1. Panel Tegangan Utama
8.00 100
2. Transformator
7.00 100
3. Panel tegangan tengah
7.00 100
4. Panel distribusi
7.00 100
5. Lampu
TLPijarHalogenSL 7.00
100 6.
Armatur 7.00
100 7.
Kabel Instalasi 7.00
100 Sub Total
50.00 100
SUMBER DAYA GENERATOR GENSET 1.
Motor penggerak 7.00
100 2.
Alternator 7.00
100 3.
Alat pengisi aki kabel dan panel listrik
4.00 100
4. Radiatorpendingin
6.00 100
5. Kabel instalasi
7.00 100
6. AMF
7.00 100
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. 4. Contoh Perhitungan Faktor Reduksi Komponen Instalasi Listrik lanjutan Tabel 2. 4
Komponen Instalasi Listrik Rusak
Bobot Fungsi
100 Nilai Tingkat
Keandalan Nilai
7. Daily Tank
6.00 100
8. Panel Kontak
6.00 100
Sub total 50.00
Total Bobot Maksimal 100
Nilai Keandalan Utiltas : Instalasi Listrik
Sumber: Dinas Tarukim Kota Medan, 2011 Pada kolom nilai tingkat keandalan reduksi diidi berdasarkan dari rusak
atau tidaknya komponen penyusun. Nilai presentasi factor reduksi didapat dari hasil perkalian antara bobot fungsi dan nilai tingkat keandalan reduksi.
c. Pada kolom 8 merupakan kolom yang menystsksn tingkst keandalan
tiap bagian komponen utilitas yang didapat dari hasil perhitungan = 6 x 7.
d. Pada kolom 9 merupakan kolom yang menytakan tingkat keandalan
total kompopnen yang didapat dari hasil penjumlahan masing-masing tingkat
keandalan dari kolom 8.
2.5.4. Penilaian Aspek Aksesibilitas
Nilai kondisi aksesibilitas merupakan suatu nilai tertentu yamg berdasarkan dari kondisi pada setiap bagian aksesibilitas bangunan. Nilai kondisi
Universitas Sumatera Utara
dapat menjelaskan mengenai kwalitas dan kwantitas suatu elemen bila terjadi kerusakan.
Terdapat 9 komponen yang dinilai secara visual pada aspek aksesibilitas dalam pemeriksaan keandalan bangunan yaitu ukuran dasar ruangan, jalur
pedestrian dan ram, area parkir, perlengkapan dan peralatan kontrol, toilet, pintu, lift aksesibilitas, telepon, dan lift tangga. Persyaratan aksesibilitas telah diatur
dalam Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No. 30PRTM2006. a.
Ukuran Dasar Ruangan Ukuran dasar ruang tiga dimensi panjang, lebar, tinggi mengacu kepada
ukuran tubuh manusia dewasa, peralatan yang digunakan, dan ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi pergerakan penggunanya.
b. Jalur pedestrian dan Ram
Jalur pedistrian memiliki esensi jalur yang digunkan untuk berjalan kaki atau berkursi roda bagi penyandang cacat secara mandiri yang dirancang
berdasarkan kebutuhan orang untuk bergerak aman, mudah, nyaman, dan tanpa hambatan. Ram adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan
kemiringan tertentu, sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga.
c. Area parkir
Area parkir adalah empat parkir kendaraan yang dikendarai oleh pengendara termasuk penyandang cacat, sehingga diperlukan tempat yang lebih luas untuk
naik turun kursi roda, daripada tempat parkir yang biasa. Sedangkan daerah untuk menaik-turunkan penumpang Passenger Loading Zones adalah tempat
Universitas Sumatera Utara
bagi semua penumpang termasuk penyandang cacat, untuk naik turun dari kendaraan.
d. Perlengkapan dan Peralatan Kontrol
Perlengkapan dan peralatan kontrol dapat dinilai pada kondisi kelengkapan yaitu :
1. Perlengkapan dan peralatan kontrol pencahayaan
2. Perlengkapan dan peralatan peringatan darurat
e. Toilet
Esensi toilet yaitu sebagai fasilitas sanitasi yang aksesibel untuk semua orang, termasuk penyandang cacat dan lansia pada bangunan atau fasilitas umum
lainnya.
f. Pintu
Pintu adalah bagian dari suatu tapak, bangunan atau ruangan yang merupakan tempat untuk masuk dan keluar dan pada umumnya dilengkapi dengan
penutup daun pintu. g.
Lif aksesibilitas Lif adalah alat mekanis elektris untuk membantu pergerakan vertikal didalam
bangunan, baik yang digunkan khusus bagi penyandang cacat maupun yang merangkap sebagai lif barang.
Untuk bangunan gedung lebih dari 5 lantai harus menyediakan minimal 1 satu buah lif yang aksesibel, kecuali untuk rumah sakit dan kebutuhan
khusus. h.
Telepon
Universitas Sumatera Utara
Peralatan komunikasi yang disediakan untuk semua orang yang sedang mengunjungi suatu bangunan atau fasilitas umum.
i. Lif Tangga
Lif tangga adalah alat mekanis elektrik untuk membantu pergerakan vertikal dalam bangunan, yang digunkan khusu bagi penyandang cacat secara individu.
Untuk bangunan dengan jumlah lantai minimal 3tiga, dengan perbedaan ketinggian lantai minimal empat meter, harus memilii minimal 1 satu buah
lift tangga, yang terdapat pada jalur tangga di salah satu sisi pada dinding dan memenuhi standar teknis yang berlaku.
Pengamatan aksesibilitas dilakukan dilpangan secara visual kemudian dilakukan penilaiaan pada bangunan gedung dalam formulir penilaiaan keandalan bangunan
mengacu pada Teknis Tata Cara Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung, tahun 1998, Departemen PU, dan Peraturan Permen PU No.29PRTM2007,
Permen PU No.26PRTM2008 dan Dinas Tarukim Kota Medan menerapkan sistem penilaiaan keandalan aksesibilitas dengan ketentuan seperti yang terlihat
pada Tabel 2. 5.
Tabel 2. 5 Formulir penilaiaan keandalan aksesibilitas
No.Kom ponen
Jenis Komponen
Aksesibilitas gedung
Nilai Maks
Bobot Kriteria penilaian
Nilai Keandalan
terfaktor Keandalan
K
Andal 95-100
Kurang 75-95
Tidak 75
1 2
3 4
5 6
7 8
9 1
Ukuran Dasar Ruangan
20.00 100
20.00
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. 5 Formulir penilaiaan keandalan aksesibilitas lanjutan Tabel 2. 5
No.Kom ponen
Jenis Komponen
Aksesibilitas gedung
Nilai Maks
Bobot Kriteria penilaian
Nilai Keandalan
terfaktor Keandalan
K
Andal 95-100
Kurang 75-95
Tidak 75
1 2
3 4
5 6
7 8
9 2
Jalur Pedestrian dan Ram
20.00 100
20.00 3
Area Parkir 20.00
100 20.00
4 Perlengkapan
dan peralatan 5.00
100 5.00
5 Toilet
20.00 100
20.00 6
Pintu 15.00
100 15.00
7 Lift aksesibilitas
0.00 X
0.00 8
Telepon 0.00
X 0.00
9 Lift Tangga
0.00 X
0.00 Sub Total
100 100
Total Nilai Keandalan Aksesibilitas
Sumber : Dinas Tarukim Kota Medan, 2011 Keterangan :
a. Kolom 5, , dan 7 merupakan kolom kreteria penilaian keandalan
yang didapat dari hasil perhitungan nilai keandalan masing-masing komponen.
b. Kolom 9 merupakan presentasi keandalan komponen dari nilai keandalan
terfaktor yang didapat dari hasil perhitungan =
, ,
�
Universitas Sumatera Utara
2.5.5. Penilaian Aspek tata Bangunan dan Lingkungan
Nilai kondisi tata bangunan dan lingkungan merupakan suatu nilai tertentu yang berdasarkan dari kondisi pada setiap bagian tata bangunan dan lingkungan
bangunan. Terdapat 3 item yang dinilai pada aspek tata bangunan dan lingkungan
dalam pemeriksaan keandalan bangunan yaitu Koefisien dasar Bangunan KDB, Koefisien Lantai bangunan KLB, dan Garis Sepadan Bangunan GSB.
a. Koefisien Dasar Bangunan KDB
Koefisien Dasar Bangunan KDB adalah angka presentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas lahantanah
perpetakandaerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tataruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan. KDB wilyah Medan yaitu maksimum
40. Perda Kota Medan No. 2 tahun 2002. KDB
=
��� ∑��
. 100 Dimana, A
ld
= luas lantai dasar m
2
∑A
t
= Luas seluruh lahan tanah m
2
b. Koefisien Lantai Bangunan KLB
Koefisien Lantai Bangunan KLB adalah angka presentase perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan gedung dan luas tanah perpetakandaerah
perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan. KLB wilyah Medan yaitu 0
– 1.2 Perda Kota Medan No.2 tahun 2010
KLB =
∑�� ∑��
Dimana, ∑Al = luas seluruh lantai bangunan
Universitas Sumatera Utara
∑At = luas seluruh lahan tanah m
2
c. Koefisien Dasar Hijau KDH
Koefisien Dasar Hijau KDH adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara jumlah luas lantai dasar yang tidak diperkeras dihitung
terhadap luas tanah perpetakan. KDH wilayah Medan yaitu minimum 50 Perda Kota Medan No.2 Tahun 2010 .
KDH =
�� ∑��
. 100 Dimana, A
t
= luas lahan tidak diperkeras m
2
∑A
t
= luas seluruh lahan tanah m
2
Pengamatan tata bangunan dan lingkungan dilakukan dilapangan kemudian dilakukan penilaian pada bangunan gedung dalam formulir penilaian
keandalan bangunan mengacu pada Teknis Tata Cara Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung, tahun 1998, Departemen PU, dan Peraturan Permen PU
No.29PRTM2007, Permen PU No.26PRTM200811 dan Dinas Tarukim Kota Medan menerapkan sistem penilaian keandalan tata bangunan dan
lingkungan dengan ketentuan seperti yang terlihat pada Tabel 2. 6.
Tebel 2. 6. Formulir Penilaian Keandalan Tata bangunan dan Lingkungan
No Item yang dinilai
YA TIDAK
Nilai Maksim
um Realita
s Nilai
Keandala n
KESESUAIAN DENGAN DOKUMEN RENCANA KOTA
5 1
Kesesuaian dengan Koefisien Dasar Bangunan KDB
2.00
Universitas Sumatera Utara
Tebel 2. 6. Formulir Penilaian Keandalan Tata bangunan dan Lingkungan lanjutan Tabel 2.6
2 Kesesuaian dengan Koefisien
Lantai Bangunan KLB 2.00
3 Kesesuaian dengan Koefisien
Daerah Hijau KDH 1.00
SUB TOTAL Keandalan Tata Bangunan
Sumber : Dinas Tarukim Kota Medan, 2011
2.6. Metode Statistik
2.6.1. Defenisi Statistika
Statistika dapat didefenisikan sebagai suatu metode yang digunakan dalam pengumpulan dan analisa data yang berupa angka sehingga dapat diperoleh
informasi yang berguna.
2.6.2. Klasifikasi Statistika
Berdasarkan aktifitas yang dilakukan, statistika dapat dibedakan menjadi statistika deskriptif dan statistika inferensia.
a. Statistika Deskriptif
Statistika deskriptif merupkan bagian statistika yang membicarakan cara- cara pengumpulan data dan menyederhanakan angka-angka pengamatan yang
diperoleh mengumpulkan, meringkas, dan menyajikan data.
b. Statistika Inferensia
Statistika inferensia merupakan bagian statistika yang membicarakan cara- cara menganalisa data serta mengambil kesimpulan yang pada dasarnya
Universitas Sumatera Utara
berkaitan dengan estimasi parameter populasi dan pengujian hipotesis. Dengan menggunakan statistika inferensia, pengamat dapat menarik kesimpulan
meskipun tidak membuktikan sesuatu. Berdasarkan metode yang digunkan, statitika inferensia dapat dibedakan
menjadi statistika parametik dan statistika non parametik. 1.
Statistika Parametrik Statistika parametrik adalah bagian dari statistika inferensia yang
mempertimbangkan nilai dari satu atau lebih parameter populasi dan sehubungan dengan kebutuhan inferensianya. Pada umumnya statistika
parametik membutuhkan data yang skala pengukuran minimalnya adalah interval. Selain itu penurunan dari prosedur dan penetapan teorinya
berpijak pada asumsi spesifik mengenai bentuk distribusi populasi yang biasanya diasumsikan normal.
2. Statistik Non Parametrik
Statistika non parametrik merupakan bagian dari statistik inferensia yang tidak memperhatikan nilai dari satu atau lebih parameter populasi. Pada
umumnya validitas pada statistik non parametrik tidak tergantung pada model peluang yang spesifik dari populasi. Statistik non parametrik
menyediakan metode statistik untuk menganalisa data yang distribusinya tidak dapat diasumsikan normal.
Universitas Sumatera Utara
2.7. Penelitian Terdahulu