Keandalan bangunan Statistika Deskriptif Statistika Inferensia

prasarana pada bangunan gedung juga sangat penting yaitu kepentingan umum meliputi penyediaan fasilitas yang cukup untuk ruang ibadah, ruang ganti, ruangan bayi, toilet, tempat parkir, tempat sampah, serta fasilitas komunikasi dan informasi.

2.4. Keandalan bangunan

Keandalan bangunan gedung adalah keadaan bangunan gedung yang memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan bangunan gedung sesuai dengan kebutuhan fungsi yang telah ditetapkan. Keselamatan bangunan gedung adalah kondisi yang menjamin keselamatan bangunan gedung beserta pemilik dan penggunan bangunan, sekaligus masyarakat lingkungan di sekitarnya terhadap bencana seperti gempa bumi, bahaya petir, bahaya kebakaran, dan bencana lainnya. Kesehatan bangunan gedung merupakan kondisi yang menjamin tercegahnya segala gangguan yang dapat menimbulkan penyakit atau rasa sakit bagi pemilik dan pengguna bangunan bangunan, sekaligus masyarakat lingkungan sekitarnya. Sedangkan kenyamanan bangunan gedung yaitu keadaan yang menjamin rasa nyaman sehingga pengguna gedung dapat melakukan kegiatan dengan baik dan atau merasa betah dan merasakan suasana tenang berada dalam atau sekitar gedung. Kemudahan bangunan gedung adalah kondisi yang menyediakan berbagai kemudahan yang diperlukan bagi pengguna sesuai dengan fungsi pada bangunan gedung dan lingkungannya seperti fasilitas- fasilitas pada bangunan gedung. Dalam melakukan pemeriksaan keandalan bangunan gedung dilakukan penilaian-penilaian pada bangunan gedung yang meliputi penilaian segala sesuatu Universitas Sumatera Utara yang terdapat pada bangunan gedung tersebut. Penilaian dilakukan berdasarkan dengan survei di lapangan yang selanjutnya hasil survei dianalisis menurut nilai kriteria keandalan bangunan suatu gedung.

2.5. Penialaian Keandalan Bangunan

Pada penilaian keandalan bangunan gedung terdapat 5 aspek pengamatan yang dinilai untuk menjamin keandalannya, yaitu penialaian aspek arsitektur, struktur, utilitas, aksesibilitas, dan tata bangunan dan lingkungan.

2.5.1. Penilaian Aspek Aristektur

Nilai kondisi arsitektur merupakan suatu nilai tertentu yang berdasarkan dari kondisi pada setiap bagian arsitektur bangunan. Nilai kondisi dapat menjelaskan mengenai kwalitas dan kwantitas suatu elemen bila terjadi kerusakan. Terdapat 2 komponen yang dinilai secara visual pada aspek arsitektur dalam pemeriksaan keandalan bangunan yaitu komponen ruang dalam dan komponen ruang luar. a. Komponen Ruang Dalam 1. Kesesuaiaan penggunaan fungsi Kondisi yang menjamin bentuk dan dimensi serta organisasi ruang, sirkulasi dalam bangunan dan hubungan antar ruang sesuai dengan fungsinya. 2. Pelapis muka lantai Kondisi dimana pelapis muka lantai dalam kondisi baik tidak retak rambut, terbelah ataupun terpecah. Universitas Sumatera Utara 3. Pelasteran lantai Kondisi dimana plesteran lantai dalam kondisi baik tidak retak, terbelah atupun pecah. 4. Pelapis muka dinding Kondisi dimana pelapis muka dinding dalam kondisi baik tidak terkelupas, hilang ataupun tak tampak. 5. Pelapis muka dinding Kondisi dimana pelpis muka dinding dalam kondisi baik tidak pudar, lembab, berlumutberjamur, terkelupas hilang atau pun tidak tampak. 6. Kosen pintu dan jendela Kondisi dimana kosen pintu dan jendela masih berfungsi dengan baik tidak lapuk, rapuhkeropos, retak, berlubang, bagian pintu dan jendela ada yang patah, sambungan lepas, melengkung dan rusak. 7. Lapisan muka langit-langit Kondisi dimana lapisan muka langit-langit tidak rusak, kotorbebercak, pudar, panil hilang, ataupun terkelupas. b. Komponen Ruang Luar 1. Penutup atap Kondisi dimana penutup atap tidak retak, pecah, rembes, bocor, hilang, korosi, berlumutberjamur, ditumbuhi tanaman, paku lepas, flshing rusak, dilatasi rusak. 2. Pelapis muka idnding luar Kondisi dimana pelapis muka dinding dalam kondisi baik tidak pudar, lembab, berlumutberjamur, terkelupas, hilang atau pun tidak tampak. Universitas Sumatera Utara 3. Pelasteran dinding luar Kondisi dimana pelasteran dinding dalam kondisi baik tidak terkelupas, hilang ataupun tidak tampak. 4. Pelapis muka lantai luar Kondisi dimana plesteran dinding dalam kondisi baik tidak terkelupas, hilang ataupun tidak tampak. 5. Plesteran lantai luar Kondisi dimana plesteran lantai dalam kondisi baiktidak retak, terbelah ataupun pecah. 6. Pelapis muka langit-langit Kondisi dimana lapisan muka langit-langit tidak rusak, kotorbebercak, pudar, panil hilang, ataupun terkelupas. Pengamatan dilapangan dilakukan secara visual kemudian dilakukan penilaian pada bangunan gedung dalam formulir penilaian keandalan bangunan mengacu pada Pajak Bumi Bangunan, dll. Data dianalisis dengan menggunakan panduan Teknis Tata Cara Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung, tahun 1998, Departemen PU, dan Peraturan Permen PU No.29PRTM2007, Permen PU No.26PRTM2008 dan Dinas Tarukim Kota Medan menerapkan sistem penilaian keandalan arsitektur dengan ketentuan seperti terlihat pada Tabel 2. 1. Tabel 2.1 Penilaiaan Aeandalan Arsitektur Kompo nen Kondisi Kefungsian Komponen Nilai Maks Kriteria Penilaian Nilai Total Andal 95-100 Nilai K Kurang andal 75- 94 Nilai K Tida k 75 Nilai K Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Penilaiaan Aeandalan Arsitektur lanjutan Tabel 2.1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Ruang dalam 80 Kesesuaian penggunaan fungsi Pelapis muka lantai Pelapis muka dinding Plesteran dinding Kosen pintu dan jendela Lapisan muka langit Sub Total Ruang Luar 20 Penutup atap Pelapis muka dinding luar Plesteran dinding luar Pelapis muka lantai luar Plesteran lantai luar Pelapis muka langit langit Sub Total Total Nilai Sumber : Dinas Tarukim Kota Medan, 2011 Keterangan : a. Nilai pada kolom 10 di dapat dari hasil penyelesaiaan pada tiap-tiap komponen dengan tahapan dan persamaan sebagai berikut. Faktor reduksi kerusakan � = �� � 2.1 Dimana, r = faktor reduksi kerusakan nr = jumlah komponen rusak bh n = jumlah komponen yang tiap lantai bh tingkat keandalan tereduksi �� = �� − � 2.2 Dimana, Ka = Tingkat keandalan awal komponen Ri = Faktor reduksi posisi Ri = 1 Nilai keandalan awal �� = � ∑ � . K max 2.3 Universitas Sumatera Utara Dimana, Ka = keandalan awal komponen ∑n = total jumlah komponen pada gedung bh K max = nilai maksimum keandalan komponen Nilai keandalan reduksi kerusakan Kr = r . Ka 2.4 Dimana, Kr = nilai keandalan reduksi kerusakan Nilai keandalan komponen Klt = Kt . Ka 2.5 Dimana, Klt = nilai keandalan komponen tiap lantai Nilai total keandalan komponen ∑K = Klt1+Klt2+.....+Kltn 2.6 Dimana, ∑K = nilai total keandalan komponen b. Nilai pada kolom 5, 7, dan 9 merupakan nilai presentase tingkat keandalan K pada masing-masing komponen yang didapat dari hasil perhitungan = 3 . 100 2.5.2. Penilaiaan Aspek Struktur Nilai kondisi struktur merupakan suatu nilai tertentu yang berdasarkan dari kondisi pada setiap bagian struktur bangunan. Nilai kondisi dapat menjelaskan mengenai kwalitas dan kwantitas suatu elemen bila terjadi kerusakan. terdapat 2 komponen yang dinilai secara visual pada aspek struktur dalam pemeriksaan keandalan bangunan yaitu struktur utama dan struktur pelengkap, a. Struktur utama 1. Pondasi Kondisi dimana pondasi berfungsi dengan baik tidak terjasi kerusakan seperti deformasipenurunan pondasi, retak pondasi, rapuh atau bocor bila pengguna pondasi pelat atau basement. Universitas Sumatera Utara 2. Kolom struktur Kondisi dimana kolom tidak terjadi kerusakan seperti melengkung, retak rambut, retak atau patah. 3. Balok struktur Kondisi dimana balok struktur tidak terjadi kerusakan seperti melengkung, retak rambut, retak atau patah. 4. Joint kolom-balok Kondisi dimana joint kolom-balok tidak terjadi kerusakan seperti retak rambut, retak atau patah. 5. Plat lantai Kondisi dimana plat lantai tidak terjadi kerusakan seperti melengkung, rusak atau patah. 6. Plat tap Kondisi dimana plat atap tidak terjadi kerusakan seperti bocor, melengkung, retak atau patah. 7. Penggantung langit-langit Kondisi dimana penggantung langit-langit tidak terjadi kerusakan seperti penggantung hilang, kendur, dan patah. b. Struktur pelengkap 1. Platbalok tangga Kondisi dimana balok anak tidak terjadi kerusakan seperti melengkung, retak rambut, retak dan patah. 2. Balok anak Universitas Sumatera Utara Kondisi dimana balok anak terjadi kerusakan seperti melengkung, retak rambut, retak atau patah. 3. Lain-lain balok canopy, balok laufel Kondisi dimana komponen pelengkap struktur lainnya dalam kondisi baik. Pengamatan dilakukan dilapangan secara visual kemudian dilakukan penilaian pada bangunan gedung dalam formulir penilaian keandalan bangunan mengacu pada Teknis Tata Cara Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung, tahun 1998, Departemen PU, dan Peraturan Permen PU No.29PRTM2007, Permen PU No.26PRTM2008 dan Dinas Tarukim Kota Medan menerapkan sistem penilaiaan keandalan struktur dengan ketentuan seperti terlihat pada tabel 2.2. Tabel 2.2 Tabel penilaian keandalan struktur No Kondisi Kefungsian Komponen Struktur K max Faktor Reduksi Nilai keandalan Bagian komponen.Str Akibat kegagalan Sesuai posisitingkat 1 2 3 4 5 6 I STRUKTUR UTAMA 1 Pondasi 25.00 2 Kolom struktur 20.00 3 Balok struktur 15.00 4 Joint kolom-balok 15.00 5 Plat lantai 4.50 6 Plat atap 0.50 7 Penggantung langit-langit 5.00 Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2 Tabel penilaian keandalan struktur lanjutan tabel 2. 2 No Kondisi Kefungsian Komponen Struktur K max Faktor Reduksi Nilai keandalan Bagian komponen.Str Akibat kegagalan Sesuai posisitingkat 1 2 3 4 5 6 Sub total 85.00 II STRUKTUR PELENGKAP 1 Platbalok tangga 6.00 2 Balok anak 5.00 3 Lain-lain 4.00 Sub total 15 Total nilai 100 Total Nilai Keandalan Struktur Sumber : Dinas Tarukim Kota Medan, 2011 Keterangan : a. Nilai pada kolom 6 di dapat dari hasil penyelesaiaan pada tiap-tiap komponen dengan tahapan dan persamaan sebagai berikut. Faktor reduksi kerusakan � = � � � 2.7 Dimana, r = faktor reduksi kerusakan A r = luas komponen rusak m 2 A = luas komponen yang ada tiap lantai m 2 Tingkat keandalan tereduksi Kt = Ri – r 2.2 Dimana, Kt = tingkat keandalan tereduksi Ri = faktor reduksi posisi Ri=1 Nilai keandalan awal �� = � ∑� . ���� 2.8 Universitas Sumatera Utara Dimana, Ka = Keandalan awal komponen ∑A = total luas komponen pada gedung m 2 K max = nilai maksimum keandalan komponen Nilai keandalan komponen K Lt = Kt . Ka 2.5 Dimana, K Lt = nilai keandalan komponen Nilai total keandalan komponen ∑K = K Lt1 + K Lt2 +...+ K Ltn 2.6 Dimana, ∑K= nilai total keandalan komponen b. Nilai pada kolom 4 merupakan nilai presentasi tingkat keandalan K pada masing-masing komponen yang didapat dari hasil perhitungan = 3 . .

2.5.3. Penilaiaan Aspek Utilitas dan Proteksi Kebakaran

Nilai kondisi utilitas merupakan suatu nilai tertentu yang berdasrkan dari kondisi pada setiap bagian utilitas bangunan. Nilai kondisi dapat menjelaskan mengenai kwalitas dan kwantitas suatu elemen bila terjadi kerusakan. Terdapat 7 komponen yang dinilai pada aspek utilitas dalam pemeriksaan keandalan bangunan yaitu sistem pencegahan kebakaran, transportasi vertikal, plambing, instalasi listrik, instalasi tata udara, penangkal petir, dan instalasi komunikasi. Persyaratan utilitas dan proteksi kebakaran telah diatur dalam Peraturan Mentri Pekerjaan Umum N0.26PRTM2008. a. Sistem Pencegahan Kebakaran 1. Alarm kebakaran Universitas Sumatera Utara Kondisidimana alarm kebakaran tidak terjadi kerusakan pada detektor, titik panggil manual, panel kontrol kebakaran, catu daya, alarm, kabel instalasi kebakaran. 2. Sprikler otomatis Kondisi dimana spronkler tidak terjadi kerusakan pada pompa air, kepala sprinkler, kran uji, tangki air, pipa instalasi kebakaran. 3. Gas pemadam api Kondisi dimana tidak terjadi kerusakan pada kumpulan tabung gas pemadam, alarm kebakaran, starter otomatis, catu daya, panel kontrol, kotak operasi manual, peralatan detektor, nosel gas, kran pemilih otomatis. 4. Hidran 5. Kondisi dimana tidak terjadi kerusakan pada pompa air, pipa instalasi, tangki penekan atasalat kontrol, hidran kotak, hidran pilar, sumber air, tangki penampung air. 6. Tabung pemadam api ringan Kondisi dimana tidak terjadi kerusakan pada tabung gas tersegel dan selang. b. Transportasi Vertikal 1. Elevator lift Kondisi dimana tidak terjadi kerusakan pada motor penggerak, sngkar dan alat kontrol, motor penggerak pintu, kabel dan panel listrik, rel kereta lift, alat penyeimbang sangkar, peredam sangkar. 2. Eskalator tangga berjalan Universitas Sumatera Utara Kondisi dimana tidak terjadi kerusakan pada motor penggerak, alat kontrol, kabel dan panel listrik, rantai penarik, roda-roda gigi penarik, badan escalator, anak tanggalantai. 3. Tangga biasa Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam dan memiliki kemiringan tangga kurang dari 60 ◦. Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan pengguna tangga. Harus dilengkapi dengan pegangan rambat handrail minimum pada salah satu sisi tangga. Pegangan rambat harus mudah dipegang dengan ketinggian 65 – 80 cm dari lantai, bebas dari elemen konstruksi yang mengganggu, dan bagian ujungnya harus bulat atau dibelokkan dengan baik ke arah lantai, dinding atau tiang. Pegangan rambat harus ditambah panjangnya pada bagian ujung-ujungnya puncak dan bagian bawah dengan 30 cm. Untuk tangga yang terletak diluar bangunan, harus dirancang sehingga tidak ada air hujan yang menggenangi lantainya. c. Plambing 1. Air bersih Kondisi dimana tidak terjadi permasalahan pada sumber air dari PDAM dan meteran, sumber air dari sumur dan pompa, tangki penampung air, tangki air atasmenara house tank, pompa penampung air dan alat kontrol, listrikuntuk panel pompa, pompa instalasi dan kran. 2. Air kotor Kondisi dimana tidak terjadi permasalahan pada klosedbideturioir. Saluran tangki septic, tangki septic, bak cuci, tempat cuci tangan, saluran Universitas Sumatera Utara bak cuci ke saluran terbuka, lobangsaluran pengurasan lantai, pipa air hujan. d. Instalasi Listrik 1. Sumber daya PLN Kondisi dimana tidak terjadi permasalahan pada panel tegangan utam, transformator, panel tegangan tengah, panel distribusi, lampu, armatur, kabel instalasi. 2. Sumber daya generator genset Kondisi dimana tidak terjadi permasalahan pada motor penggerak, alternator, alat pengisi aki kabel dan panel listrik, radiatorpendingin, kabel instalasi, AMF, daily tank, dan panel kontak. e. Instalasi Tata Udara 1. Sistem pendingin langsung media udara Kondisi dimana tidak terjadi permasalahan pada kompresor, evaporator, kondensor, panel distribusi, kipas udara kondensator, media pendingin, pipa instalasi media pendingin, alat kontrol, difuser grill, cerobong udara, menara pendingin, pipa instalasi air, pendingin kondensor, pompa sirkulasi air pendingin kondensor, panel kontrol. 2. Sistem pendingin tak langsung media air Kondisi dimana tidak terjadi permasalahan pada kompressor, evaporator, pipa instalasi air es, pipa sirkulasi es, kondensor, kipas udara kondensator, media pendingin, media pendingin air es, unit pengolah udara, alat kontrol cerobong, difuser grill, pipa instalasi air pendingin kondensor, pipa sirkulasi pendingin kondensor, panel kontrol. Universitas Sumatera Utara f. Penangkal petir 1. Sistem utama proteksi petir Kondisi dimana tidak terjadi permasalahan pada kepla penangkal petir, hantaran pembumian, dan elektroda pembumian. 2. Instalasi proteksi petir Kondisi dimana tidak terjadi permasalahan pada erester tegangan tengah, strip pengikat ekuipotensial, hantaran pembumian, dan elektroda pembumian. g. Instalasi Komunikasi 1. Instalasi telepon Kondisi dimana tidak terjadi permasalahan pada pesawat telpon dan kabel instalasi. 2. Instalasi tata suara Kondisi dimana tidak terjadi permasalahan pada mikropon, speaker, dan kabel instalasi. Pengamatan dilakukan dilapangan secara visual kemudian dilakukan penilaian pada bangunan gedung dalam formulir penilaian keandalan bangunan mengacu pada Teknis Tata Cara Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung, tahun 1998, Departemen PU, dan Peraturan Permen PU No.29PRTM2007, Permen PU No.26PRTM2008 dan Dinas Tarukim Kota Medan menerapkan sistem penilai keandalan utilitas dengan ketentuan seperti yang terlihat pada Tabel 2.3 Universitas Sumatera Utara Tabel 2. 3. Formulir Penilaian Keandalan Utilitas dan Proteksi Kebakaran No Kode KU Komponen Utilitas Kondisi Kefungsian Komponen utilitas Fungsi K max keandalan Faktor Reduksi Nilai Keandalan Baik kurang Tidak Bagian Utilits Utilitas K 1 2 3 4 5 6 7 8 9 A. SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN 1 Sistem Alarm Kebakaran 20 2 Sprinkler 20 3 Gas Pemadam 20 4 Hidran 20 5 Tabung PAR 20 Sub Total 100 B. TRANSPORTASI VERTIKAL 1 ElevatorLift : Ada Tidak ada 50 2 Eskalator: Ada Tidak ada 50 Sub Total 100 ATAU : 1 Tangga biasa, kondisinya 100 Sub Total 100 C. PLAMBING 1 Air Bersih 50 2 Air Kotor 50 Sub Total 100 D. INSTALASI LISTRIK 1 Sumber daya PLN 50 2 Sumber daya generator Genset 50 Universitas Sumatera Utara Tabel 2. 3. Formulir Penilaian Keandalan Utilitas dan Proteksi Kebakaran lanjutan Tabel 2.3 No Kode KU Komponen Utilitas Kondisi Kefungsian Komponen utilitas Fungsi K max keandalan Faktor Reduksi Nilai Keandalan Baik kurang Tidak Bagian Utilits Utilitas K 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sub Total 100 E INSTALASI TATA UDARA 1 Sistem Pendingin Langsung 50 2 Sistem Pendingin Tak Langsung 50 Sub Total 100 F PENANGKAL PETIR 1 Sistem Utama Proteksi Petir 50 2 Instalasi Proteksi Petir 50 Sub Total 100 G INSTALASI KOMUNIKASI 1 Instalasi Telepon 50 2 Instalasi Tata Suara 50 Sub Total 100 Total Nilai Keandalan Utilitas Sumber : Dinas Tarukim Kota Medan, 2011 Keterangan : a. Pada kolom 3, 4, dan 5 merupakan kolom yang menyatakan kondisi suatu fungsi komponen yang diberi tanda check list √ berdasarkan kondisi yang ada. Universitas Sumatera Utara b. Pada kolom 7 merupakan kolom yang menyatakan faktor reduksi kerusakan komponen yang didapat dari hasil perhitungan seperti Tabel 2.4. Tabel 2. 4. Contoh Perhitungan Faktor Reduksi Komponen Instalasi Listrik Komponen Instalasi Listrik Rusak Bobot Fungsi 100 Nilai Tingkat Keandalan Nilai Ya Tidak Awal Reduksi SUMBER DAYA PLN 1. Panel Tegangan Utama 8.00 100 2. Transformator 7.00 100 3. Panel tegangan tengah 7.00 100 4. Panel distribusi 7.00 100 5. Lampu TLPijarHalogenSL 7.00 100 6. Armatur 7.00 100 7. Kabel Instalasi 7.00 100 Sub Total 50.00 100 SUMBER DAYA GENERATOR GENSET 1. Motor penggerak 7.00 100 2. Alternator 7.00 100 3. Alat pengisi aki kabel dan panel listrik 4.00 100 4. Radiatorpendingin 6.00 100 5. Kabel instalasi 7.00 100 6. AMF 7.00 100 Universitas Sumatera Utara Tabel 2. 4. Contoh Perhitungan Faktor Reduksi Komponen Instalasi Listrik lanjutan Tabel 2. 4 Komponen Instalasi Listrik Rusak Bobot Fungsi 100 Nilai Tingkat Keandalan Nilai 7. Daily Tank 6.00 100 8. Panel Kontak 6.00 100 Sub total 50.00 Total Bobot Maksimal 100 Nilai Keandalan Utiltas : Instalasi Listrik Sumber: Dinas Tarukim Kota Medan, 2011 Pada kolom nilai tingkat keandalan reduksi diidi berdasarkan dari rusak atau tidaknya komponen penyusun. Nilai presentasi factor reduksi didapat dari hasil perkalian antara bobot fungsi dan nilai tingkat keandalan reduksi. c. Pada kolom 8 merupakan kolom yang menystsksn tingkst keandalan tiap bagian komponen utilitas yang didapat dari hasil perhitungan = 6 x 7. d. Pada kolom 9 merupakan kolom yang menytakan tingkat keandalan total kompopnen yang didapat dari hasil penjumlahan masing-masing tingkat keandalan dari kolom 8.

2.5.4. Penilaian Aspek Aksesibilitas

Nilai kondisi aksesibilitas merupakan suatu nilai tertentu yamg berdasarkan dari kondisi pada setiap bagian aksesibilitas bangunan. Nilai kondisi Universitas Sumatera Utara dapat menjelaskan mengenai kwalitas dan kwantitas suatu elemen bila terjadi kerusakan. Terdapat 9 komponen yang dinilai secara visual pada aspek aksesibilitas dalam pemeriksaan keandalan bangunan yaitu ukuran dasar ruangan, jalur pedestrian dan ram, area parkir, perlengkapan dan peralatan kontrol, toilet, pintu, lift aksesibilitas, telepon, dan lift tangga. Persyaratan aksesibilitas telah diatur dalam Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No. 30PRTM2006. a. Ukuran Dasar Ruangan Ukuran dasar ruang tiga dimensi panjang, lebar, tinggi mengacu kepada ukuran tubuh manusia dewasa, peralatan yang digunakan, dan ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi pergerakan penggunanya. b. Jalur pedestrian dan Ram Jalur pedistrian memiliki esensi jalur yang digunkan untuk berjalan kaki atau berkursi roda bagi penyandang cacat secara mandiri yang dirancang berdasarkan kebutuhan orang untuk bergerak aman, mudah, nyaman, dan tanpa hambatan. Ram adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan tertentu, sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga. c. Area parkir Area parkir adalah empat parkir kendaraan yang dikendarai oleh pengendara termasuk penyandang cacat, sehingga diperlukan tempat yang lebih luas untuk naik turun kursi roda, daripada tempat parkir yang biasa. Sedangkan daerah untuk menaik-turunkan penumpang Passenger Loading Zones adalah tempat Universitas Sumatera Utara bagi semua penumpang termasuk penyandang cacat, untuk naik turun dari kendaraan. d. Perlengkapan dan Peralatan Kontrol Perlengkapan dan peralatan kontrol dapat dinilai pada kondisi kelengkapan yaitu : 1. Perlengkapan dan peralatan kontrol pencahayaan 2. Perlengkapan dan peralatan peringatan darurat e. Toilet Esensi toilet yaitu sebagai fasilitas sanitasi yang aksesibel untuk semua orang, termasuk penyandang cacat dan lansia pada bangunan atau fasilitas umum lainnya. f. Pintu Pintu adalah bagian dari suatu tapak, bangunan atau ruangan yang merupakan tempat untuk masuk dan keluar dan pada umumnya dilengkapi dengan penutup daun pintu. g. Lif aksesibilitas Lif adalah alat mekanis elektris untuk membantu pergerakan vertikal didalam bangunan, baik yang digunkan khusus bagi penyandang cacat maupun yang merangkap sebagai lif barang. Untuk bangunan gedung lebih dari 5 lantai harus menyediakan minimal 1 satu buah lif yang aksesibel, kecuali untuk rumah sakit dan kebutuhan khusus. h. Telepon Universitas Sumatera Utara Peralatan komunikasi yang disediakan untuk semua orang yang sedang mengunjungi suatu bangunan atau fasilitas umum. i. Lif Tangga Lif tangga adalah alat mekanis elektrik untuk membantu pergerakan vertikal dalam bangunan, yang digunkan khusu bagi penyandang cacat secara individu. Untuk bangunan dengan jumlah lantai minimal 3tiga, dengan perbedaan ketinggian lantai minimal empat meter, harus memilii minimal 1 satu buah lift tangga, yang terdapat pada jalur tangga di salah satu sisi pada dinding dan memenuhi standar teknis yang berlaku. Pengamatan aksesibilitas dilakukan dilpangan secara visual kemudian dilakukan penilaiaan pada bangunan gedung dalam formulir penilaiaan keandalan bangunan mengacu pada Teknis Tata Cara Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung, tahun 1998, Departemen PU, dan Peraturan Permen PU No.29PRTM2007, Permen PU No.26PRTM2008 dan Dinas Tarukim Kota Medan menerapkan sistem penilaiaan keandalan aksesibilitas dengan ketentuan seperti yang terlihat pada Tabel 2. 5. Tabel 2. 5 Formulir penilaiaan keandalan aksesibilitas No.Kom ponen Jenis Komponen Aksesibilitas gedung Nilai Maks Bobot Kriteria penilaian Nilai Keandalan terfaktor Keandalan K Andal 95-100 Kurang 75-95 Tidak 75 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Ukuran Dasar Ruangan 20.00 100 20.00 Universitas Sumatera Utara Tabel 2. 5 Formulir penilaiaan keandalan aksesibilitas lanjutan Tabel 2. 5 No.Kom ponen Jenis Komponen Aksesibilitas gedung Nilai Maks Bobot Kriteria penilaian Nilai Keandalan terfaktor Keandalan K Andal 95-100 Kurang 75-95 Tidak 75 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 Jalur Pedestrian dan Ram 20.00 100 20.00 3 Area Parkir 20.00 100 20.00 4 Perlengkapan dan peralatan 5.00 100 5.00 5 Toilet 20.00 100 20.00 6 Pintu 15.00 100 15.00 7 Lift aksesibilitas 0.00 X 0.00 8 Telepon 0.00 X 0.00 9 Lift Tangga 0.00 X 0.00 Sub Total 100 100 Total Nilai Keandalan Aksesibilitas Sumber : Dinas Tarukim Kota Medan, 2011 Keterangan : a. Kolom 5, , dan 7 merupakan kolom kreteria penilaian keandalan yang didapat dari hasil perhitungan nilai keandalan masing-masing komponen. b. Kolom 9 merupakan presentasi keandalan komponen dari nilai keandalan terfaktor yang didapat dari hasil perhitungan = , , � Universitas Sumatera Utara

2.5.5. Penilaian Aspek tata Bangunan dan Lingkungan

Nilai kondisi tata bangunan dan lingkungan merupakan suatu nilai tertentu yang berdasarkan dari kondisi pada setiap bagian tata bangunan dan lingkungan bangunan. Terdapat 3 item yang dinilai pada aspek tata bangunan dan lingkungan dalam pemeriksaan keandalan bangunan yaitu Koefisien dasar Bangunan KDB, Koefisien Lantai bangunan KLB, dan Garis Sepadan Bangunan GSB. a. Koefisien Dasar Bangunan KDB Koefisien Dasar Bangunan KDB adalah angka presentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas lahantanah perpetakandaerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tataruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan. KDB wilyah Medan yaitu maksimum 40. Perda Kota Medan No. 2 tahun 2002. KDB = ��� ∑�� . 100 Dimana, A ld = luas lantai dasar m 2 ∑A t = Luas seluruh lahan tanah m 2 b. Koefisien Lantai Bangunan KLB Koefisien Lantai Bangunan KLB adalah angka presentase perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan gedung dan luas tanah perpetakandaerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan. KLB wilyah Medan yaitu 0 – 1.2 Perda Kota Medan No.2 tahun 2010 KLB = ∑�� ∑�� Dimana, ∑Al = luas seluruh lantai bangunan Universitas Sumatera Utara ∑At = luas seluruh lahan tanah m 2 c. Koefisien Dasar Hijau KDH Koefisien Dasar Hijau KDH adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara jumlah luas lantai dasar yang tidak diperkeras dihitung terhadap luas tanah perpetakan. KDH wilayah Medan yaitu minimum 50 Perda Kota Medan No.2 Tahun 2010 . KDH = �� ∑�� . 100 Dimana, A t = luas lahan tidak diperkeras m 2 ∑A t = luas seluruh lahan tanah m 2 Pengamatan tata bangunan dan lingkungan dilakukan dilapangan kemudian dilakukan penilaian pada bangunan gedung dalam formulir penilaian keandalan bangunan mengacu pada Teknis Tata Cara Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung, tahun 1998, Departemen PU, dan Peraturan Permen PU No.29PRTM2007, Permen PU No.26PRTM200811 dan Dinas Tarukim Kota Medan menerapkan sistem penilaian keandalan tata bangunan dan lingkungan dengan ketentuan seperti yang terlihat pada Tabel 2. 6. Tebel 2. 6. Formulir Penilaian Keandalan Tata bangunan dan Lingkungan No Item yang dinilai YA TIDAK Nilai Maksim um Realita s Nilai Keandala n KESESUAIAN DENGAN DOKUMEN RENCANA KOTA 5 1 Kesesuaian dengan Koefisien Dasar Bangunan KDB 2.00 Universitas Sumatera Utara Tebel 2. 6. Formulir Penilaian Keandalan Tata bangunan dan Lingkungan lanjutan Tabel 2.6 2 Kesesuaian dengan Koefisien Lantai Bangunan KLB 2.00 3 Kesesuaian dengan Koefisien Daerah Hijau KDH 1.00 SUB TOTAL Keandalan Tata Bangunan Sumber : Dinas Tarukim Kota Medan, 2011

2.6. Metode Statistik

2.6.1. Defenisi Statistika

Statistika dapat didefenisikan sebagai suatu metode yang digunakan dalam pengumpulan dan analisa data yang berupa angka sehingga dapat diperoleh informasi yang berguna.

2.6.2. Klasifikasi Statistika

Berdasarkan aktifitas yang dilakukan, statistika dapat dibedakan menjadi statistika deskriptif dan statistika inferensia.

a. Statistika Deskriptif

Statistika deskriptif merupkan bagian statistika yang membicarakan cara- cara pengumpulan data dan menyederhanakan angka-angka pengamatan yang diperoleh mengumpulkan, meringkas, dan menyajikan data.

b. Statistika Inferensia

Statistika inferensia merupakan bagian statistika yang membicarakan cara- cara menganalisa data serta mengambil kesimpulan yang pada dasarnya Universitas Sumatera Utara berkaitan dengan estimasi parameter populasi dan pengujian hipotesis. Dengan menggunakan statistika inferensia, pengamat dapat menarik kesimpulan meskipun tidak membuktikan sesuatu. Berdasarkan metode yang digunkan, statitika inferensia dapat dibedakan menjadi statistika parametik dan statistika non parametik. 1. Statistika Parametrik Statistika parametrik adalah bagian dari statistika inferensia yang mempertimbangkan nilai dari satu atau lebih parameter populasi dan sehubungan dengan kebutuhan inferensianya. Pada umumnya statistika parametik membutuhkan data yang skala pengukuran minimalnya adalah interval. Selain itu penurunan dari prosedur dan penetapan teorinya berpijak pada asumsi spesifik mengenai bentuk distribusi populasi yang biasanya diasumsikan normal. 2. Statistik Non Parametrik Statistika non parametrik merupakan bagian dari statistik inferensia yang tidak memperhatikan nilai dari satu atau lebih parameter populasi. Pada umumnya validitas pada statistik non parametrik tidak tergantung pada model peluang yang spesifik dari populasi. Statistik non parametrik menyediakan metode statistik untuk menganalisa data yang distribusinya tidak dapat diasumsikan normal. Universitas Sumatera Utara

2.7. Penelitian Terdahulu