Aktivitas Antioksidan HASIL DAN PEMBAHASAN

commit to user 40 sebesar 0,1-1 Widaningrum dan Nurdi, 2009. Dengan demikian, kadar abu pada semua sampel memenuhi persyaratan ini. Sedangkan pada SNI keripik ubi jalar dan keripik singkong, kadar abu dipersyaratkan secara urut tidak lebih dari 2 dan 2,5 karena pada kedua produk tersebut kadar abu dihitung beserta garam bumbu Widaningrum dan Nurdi, 2009. Maka, sebagai pembanding, SNI keripik umbi gadung tanpa garam lebih mendekati.

B. Aktivitas Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang mampu menghambat proses autooksidasi. Antioksidan menghambat pembentukkan radikal bebas dengan bertindak sebagai donor H terhadap radikal bebas sehingga radikal bebas berubah menjadi bentuk yang lebih stabil Aini dkk., 2007. Aktivitas antioksidan pada bahan pangan selain tergantung pada senyawa antioksidan yang dikandung, juga sangat dipengaruhi oleh tipe pengolahan yang dipakai. Dan menurut data pada Tabel 4.2 Aktivitas Antioksidan Tortila Jagung-Jali dan Gambar 4.9 Aktivitas Antioksidan Tortila Jagung-Jali, substitusi jagung dengan jali ternyata menurunkan aktivitas antioksidan tortila. Tabel 4.2 Aktivitas Antioksidan Tortila Jagung-Jali JagungJali Parameter 1000 7525 5050 2575 0100 Aktivitas Antioksidan 26,190 c 23,469 b 21,768 b 22,789 b 17,687 a Ket: Angka dengan notasi sama dalam satu baris menunjukkan tidak beda nyata pada α = 5 commit to user 41 23.469 21.768 22.789 26.19 17.687 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 1000 7525 5050 2575 0100 rasio jagungjali akt ivi ta s ant ioks ida n c b b b a Gambar 4.6 Aktivitas Antioksidan Tortila Jagung-Jali Berdasarkan Gambar 4.6 Aktivitas Antioksidan Tortila Jagung-Jali, dapat diketahui bahwa tortila berbahan 100 jagung memiliki kandungan antioksidan tertinggi dan berbeda nyata dengan empat sampel lainnya, yaitu sebesar 26,190. Sedangkan aktivitas antioksidan sampel tortila jagungjali = 7525, 5050, dan 2575 tidak berbeda nyata satu dengan yang lain. Dan tortila berbahan 100 memiliki kandungan antioksidan terendah, yaitu sebesar 17,687. Dengan demikian, menurut pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH didapatkan bahwa substitusi jali pada pembuatan tortila dapat menurunkan aktivitas penangkalan radikal bebas. Aktivitas antioksidan jagung diperoleh dari pigmen karotenoid, senyawa fenolat, dan vitamin E Anonim, 2007; Hodzic et al., 2009; Suarni dan Widowati, 2007. Jagung kuning mengandung pigmen karotenoid, terutama dari jenis β-kriptoxantin, lutein, dan zeaxantin. β-kriptoxantin merupakan jenis karotenoid provitamin A. Sebanyak 24 µg β-kriptoxantin dibutuhkan untuk membentuk 1 µg retinol. Sedangkan lutein dan zeaxantin tidak memiliki aktivitas vitamin A Anonim, 2007. Menurut hasil penelitian Hodzic et al. 2009, total fenol jagung lebih tinggi dari beras dan gandum. Sedangkan pada jali, senyawa antioksidan diperoleh dari 6 senyawa fenolat, yaitu: koniferil alkohol, asam siringat, asam ferulat, siringaresinol, 4-ketopinoresinol, dan mayuenolida Kuo et al., 2001 dalam Khongjeamsiri et al., 2009. Dan telah banyak dilaporkan bahwa kontribusi senyawa fenolat terhadap aktivitas commit to user 42 antioksidan lebih besar dibandingkan vitamin C, E dan karotenoid Deniati, 2006. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, didapatkan bahwa aktivitas antioksidan biji jagung sebesar 73,851 dan jali sebesar 11,445. Tampak bahwa aktivitas antioksidan jagung menurun drastis setelah diolah menjadi tortila. Hal ini diduga disebabkan karena proses pembuatan tortila yang melibatkan panas. Proses pembuatan tortila yang melibatkan pemanasan berulang diduga kuat berpotensi mengurangi aktivitas antioksidan. Aktivitas penangkalan radikal bebas yang turun dapat disebabkan karena hilangnya atau terdegradasinya tipe senyawa fenolat tertentu atau senyawa antioksidan lain selama pemanasan Amin et al., 2006. Sebagaimana hasil penelitian Papetti et al. 2002 dalam Amin et al. 2006 terhadap sayuran yang menunjukkan bahwa aktivitas penangkalan radikal bebas dapat menurun jika terkena panas. Dan menurut Joubert 1990 dalam Amin et al. 2006 blanching pada sayuran dapat melarutkan senyawa fenolat dan oleh sebab itu menurunkan total fenol pada produk akhir Amin et al., 2006. Karotenoid dalam jagung pun mudah rusak oleh panas. Hal ini disebabkan karena karotenoid mudah teroksidasi serta terisomerisasi saat terkena panas dan cahaya Morris et al., 2004. Vitamin A akan stabil dalam kondisi ruang hampa udara, tetapi cepat rusak ketika dipanaskan dengan adanya oksigen, terutama pada suhu yang tinggi. Vitamin A rusak seluruhnya apabila dioksidasi dan didehidrogenasi. Dan vitamin A lebih sensitif terhadap sinar ultra violet dibandingkan dengan sinar pada panjang gelombang yang lain Palupi dkk., 2007. Sedangkan senyawa antioksidan jagung yang tahan panas adalah vitamin E. Vitamin E stabil pada suhu tinggi, tetapi mudah teroksidasi bila terdapat lemak yang tengik, timah, garam besi, serta mudah pula rusak oleh sinar UV Winarno, 2004. Pada kondisi tertentu, pemanasan ternyata dapat meningkatkan aktivitas antioksidan. Seperti yang terjadi pada jali, dimana aktivitas antioksidannya sedikit meningkat setelah diolah menjadi tortila dari 11,445 menjadi commit to user 43 17,687. Suhu pemanasan dapat meningkatkan konsentrasi polifenol karena proses pemanasan dapat melepaskan lebih banyak ikatan polifenolat akibat pemutusan bagian-bagian sel. Pemanasan juga menonaktifkan enzim polifenol-oksidase dan mencegah hilangnya polifenol selama proses pencoklatan enzimatis. Dan yang terakhir, pemanasan dapat meningkatkan jumlah senyawa antioksidan flavonoid dengan melepaskannya dari matiks sel De Bruijn et al., 2008.

C. Karakteristik Sensori