Pengertian Kesejahteraan Sosial Kesejahteraan Sosial

34 atas peraturan perkawinan yang sah, tetapi tidak selamanya keluarga inti terwujud karna telah disahkan oleh suatu peraturan perkawinan. Keluarga yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat di dalamnya terdapat konsep dan nilai serta pembagian kerja nya masing-masing. Didalam keluarga tradisional, peran domestik merupakan wilayah yang identik dengan perempuan, sedangkan peran publik adalah wilayah nya laki-laki Mudzakkir, 2010:20. Berbagai fungsi keluarga bertanggung jawab memenuhi kebutuhan fisik sampai mempersiapkan anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab. Selain itu sebagai pusat penerus nilai. Keluarga yang pertama-tama yang berperilaku sesuai dengan budaya dan harapan masyarakat dimanapun ia berada Sadli, 2010 :143-144.

2.4 Kesejahteraan Sosial

2.4.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial

Istilah kesejahteraan sosial social welfare tidak merujuk pada suatu kondisi yang baku dan tetap. Istilah ini dapat berubah-ubah karena ukuran sejahtera atau tidak sejahtera kadang-kadang berbeda antara satu ahli dengan ahli yang lain. Pada umumnya orang kaya dan segala kebutuhannyatercukup i itulah yang disebut orang yang sejahtera. Namun demikian, dilain pihak orang yang miskin dan segala kebutuhannya tidak terpenuhi kadang juga dianggap justru lebih bahagia karena tidak memiliki masalah yang pelik sebagaimana umumnya orang kaya Dalam sistem kenegaraan Indonesia, Konsep kesejahteraan sosial terdapat dalam Undang-Undang Kesejahteraan Sosial No. 11 tahun 2009, pasal satu yang menyebutkan bahwa kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spritiual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnyaElmussi, Rahmatullah. 2010. Memahami Universitas Sumatera Utara 35 Dinamika Perilaku Manusia Dalam Implementasi Kesejahteraan Sosial. Diakses tanggal 14 april 2014 pukul 13.45 http: rahmatullah.banteinstuste.org. James Midgley 1997:5 mendefinisikan kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi yang harus memenuhi tiga syarat utama: 1 ketika masalah sosial dapat di- manage dengan baik; 2 ketika kebutuhan terpenuhi; 3 ketika peluang-peluang sosialterbuka secara maksimal. Pengertian lain juga dapat dikembangkan dari hasil Pre-Conference Working for the 15th International Conference of Social Welfare yakni kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha social yang terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya. Di dalamnya tercakup pula unsur kebijakan dan pelayanan dalam arti luas yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat, seperti pendapatan, perumahan, kesehatan, rekreasi budaya, dan lain sebagainya. Dalam konteks Indonesia sendiri, kesejahteraan sosial dapat dimaknai dengan terpenuhinya kebutuhan seseorang, kelompok atau masyarakat dalam hal material, spiritual maupun sosial. Ini seperti yang tertuang dalam Undang-Undang tentang Kesejaheraan Sosial yang baru disahkan pada 18 Desember 2008 sebagai pengganti terhadap UU No.6 Tahun 1974 juga tentang Kesejahteraan Sosial. Dalam pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa, “Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.” Huda, 2009:72-73. Berdasarkan definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Kesejahteraan Sosial mencakup berbagai usaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, baik itu dibidang fisik, mental, emosional, sosial ekonomi ataupun kehidupan spiritual. Universitas Sumatera Utara 36 Dari sini dapat dipahami bahwa kesejahteraan sosial lebih mudah dipahami sebagai sebuah kondisi. Tetapi kesejahteraan sosial pada dasarnya juga dapat dipahami dalam dua konteks lain, yakni sebuah institusi institution dan sebagai sebuah disiplin akademik academic discipline. Sebagai institusi, kesejahteraan sosial dapat dipahami sebagai sebuah program pelayanan maupun pertolongan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sedangkan sebagai sebuah disiplin ilmu kesejahteraan sosial mengacukepada suatu studi terhadap lembaga, program maupun kebijakan yang fokus kepada pelayanan pada masyarakat. Secara definisi, kesejahteraan sosial banyak diperdebatkan oleh para ahli,karena beda ahli beda pula cara menafsirkan tentang apa itu kesejahteraan sosial. Gambaran besar tentang definisi ini tidak lari dari, bahwa kesejahteraan sosial itu merupakan kondisi, kesejahteraan sosial itu merupakan ilmu dan kesejahteraan sosial itu merupakan upaya untuk merubah fakta sosial. Kalau dilihat dari gambaran definisi yang dibangun oleh para tokoh atau UU yang dipaparkan diatas, sebenarnya kesejahteraan sosial memiliki tiga orientasi besar, Berikut 3 orientasi ilmu kesejahteraansosial yaitu : a. Kesejahteraan sosial dari segi akademis Dari beberapa dispilin ilmu murni yang ada, kesejahteraan sosial ini menjadi ketertarikan sendiri untuk dibahas dari pendekatan teoritis. Karena dengan banyaknya fenomena-fenomena sosial yang ada taraf pemenuhan kebutuhan masyarakat belum sampai mengapa sub kajian ini dapat melahirkansintesis baru dalam penaggulangan masalah-masalah sosial. Universitas Sumatera Utara 37 b. Kesejahteraan sosial dari segi klinis Aktivitas dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat yang kental dengan pelayanan-pelayanan sosial yang ada menjadi bagian tak terpisahkan dari kesejahteraan sosial. Ini bisa dilihat beberapa metode pekerja sosial yang menjadi enabler, educator, advocate, activist, broker etc. memakai semua ilmu kesejahteraan sosial untuk dapat mengintervensi masalah- masalah klien. Ini juga sebenarnya bagian dari manifestasi seorang pekerja sosial. Selain itu sistem klien dan sistem sumber juga dijadikan alat untuk membangun interaksi dalam peneyelesaian masalahklien. c. Kesejahteraan sosialdari segi strategis Seorang pekerja sosial juga mengambil peranan penting dalam membuat suatu rumusan pemenuhan kebutuhan yang bersifat publik. Biar bagaimanapun ikut berpartisipasi dalam pembangunan publik juga dapat menjadi konsentrasi sendiri bagi seorang pekerja sosial Suud, 2006 : 2.

2.5 Kerangka Pemikiran