Peran Petani Perempuan Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga Di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Baso, Zohra Andi. 2000. Langkah Perempuan. Yayasan Lembaga Konsumen, Sulsel.

Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitataif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan

Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Mirsel, Robert. 2006. Teori Pergerakan Sosial. Resist Book, Yogyakarta.

Macdonal, Sprenger, Dubel. 1999. Gender dan Perubahan Organisasi. Amsterdam: INSIST

Primariantari, Pratiwi, Nelwan, Hardy. 1998. Perempuan dan Politik Tubuh Fantastis.

Yogyakarta: Kanisius.

Situmorang, Abdul Wahib. 2007. Gerakan Sosial (Studi Kasus Beberapa Perlawanan).

Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Soleman, Munandar. 1986. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: P.T. Refika Aditama. Sajogyo, Pudjiwati. 1985. Peran Perempuan Dalam Masyarakat Pembangunan Desa.

Rajawali. Jakarta.

Tan, Melly G. 1996. Perempuan Indonesia Pemimpin Masa Depan, Sinar Harapan, Jakarta.

Wahyudi. 2005. Formasi Dan Struktur Gerakan Sosial Petani. UMM Press. Malang.


(2)

Ya’kub, Achmad. 2007. Konflik Agraria (Tinjauan Umum Kasus Agama di Indonesia). FSPI.

Jakarta.

Mudzakkir, 2010. IdentitasPerempuan Indonesia: Status Pergeseran Relasi Gender, dan Perjuangan Ekonomi Poilitik. Jakarta: Desantara Foundation

Subhan, Zaitunah.,2004,Membina Keluarga Sakinah, Yogyakarta: Pustaka Pesantren

Sumber Internet

http://bataviase.co.id Perempuan Petani Masih Dikorbankan. Diakses tanggal 12 April 2014 pukul 10.53

7 April 2014 pukul 13.18

www.pertaniansehat.or.id Pelatihan Peningkatan Pertanian Sehat. Diakes 9 April 2014 pukul 15.38

http:// rahmatullah.banteinstuste.org/diakses tanggal 14 april 2014 pukul 13.45

2014 pukul 12.30

Sumber Lain

Undang –undang RI No.11 tahun 2009, Tentang Kesejahteraan Sosial, Jakarta: Sinar Grafika Batviase, 2010. Perempuan Petani Masih Dikorbanka. Diakses dar

Ilmawan, Khairol. 2010. Nilai-Nilai Dasar dan Sumber Usaha Kesejahteraan Sosial. Diakses dari http://pekerjasosialtuban.wordpress.com 18 September 2014 Pukul 17.40WIB

Pertiwi, Gita. 2010. Pembangunan Pertanian yang Responsif Gender. Diakses Dari http://www.gitapertiwi.org. 20 September 2014 Pukul 13.05WIB


(3)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk tipe deskriptif,dimana penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan melukiskan obyek dari masalah yang diteliti. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan obyek dan fenomena yang diteliti (Siagian, 2011: 52).

Berdasarkan pengertian di atas, maka penelitian ini adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai gerakan sosial kaum petani perempuan di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu. Alasan saya memilih lokasi tersebut adalah karena saya tertarik mengenai gerakan sosial yang dilakukan oleh petani perempuan dimana hampir rata-rata petani perempuan didaerah tersebut bekerja dan mencari nafkah dalam kebutuhan rumah tangga.


(4)

3.3 Informan Penelitian

Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Subjek penelitian yang tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian ini (Suyanto, 2005: 171-172). Informan penelitian ini meliputi beberapa macam seperti informan kunci dan informan utama.

3.3.1 Informan Kunci

Informan kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Yang menjadi informan kunci petani perempuan yang ada di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu.

3.3.2 Informan Tambahan

Informan Tambahan yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Pihak yang menjadi informan Tambahan adalah seluruh kelompok petani perempuan yang ada di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu yang berjumlah 12 orang.

3.4Teknik Pengumpulan Data

Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a) Studi Kepustakaan dan Dokumentasi

Yaitu untuk memperoleh data sekunder rmelalui penelaahan terhadapbuku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, majalah, surat


(5)

kabar, jurnal dan bahan tulisan lain yang ada keterkaitannya dengan subyek yang diteliti serta mengumpulkan sejumlah bahan bukti yang terekam atau tercatat selama penelitian berlangsung, baik peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan.

b) Observasi c) Studi Lapangan

Yaitu untuk memperoleh data primer melalui wawancara mendalam (dept interview). Metode wawancara merupakan keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara. Wawancara mendalam yang dimaksudkan adalah percakapan pertemuan berulang kali secara langsung demi informan, dengan harapan informan dapat mengungkap informasi atau data yang diharapkan dengan datanya sendiri (Bungin, 2008:108).

3.5Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulakan kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif-kualitatif yang lebih mementingkan ketetapan dan kecukupan data. Data disajikan dalam bentuk life story, yaitu deskripsi tentang peristiwa dan pengalaman penting dari kehidupan atau beberapa bagian pokok dari kehidupan seseorang dengan kata-katanya sendiri (Suyanto dan Sutinah, 2008: 174-175).


(6)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Desa Meranti (Aek Nabara)

Dahulu nama Aek Nabara adalah Wingfoot yang berarti kaki terbang, karena perkebunan besar yang ada di sana dahulunya milik perusahaan asing Good Year yang lambangnya kaki terbang. Kemudian sekitar tahun 70 an perusahaan tersebut diambil alih oleh negara dan berubah menjadi Perusahaan Perkebunan Nusantara (PPN). Maka pada waktu itu nama Wingfoot bertukar menjadi Aek Nabara, yang didasarkan berasal dari bahasa batak “Aek Nabara”yang artinya “Air Yang Merah”. Kenapa demikian, karena air yang mengalir disungai yang melintas kota Aek Nabara itu airnya berwarna merah karena tercampur lumpur dan gambut/ rawa rawa. Demikian sekedar info yang saya ketahui tentang nama Aek Nabara.

4.2 Keadaan Geografis 4.2.1 Keadaan Alam

Penelitian ini dilakukan di Desa Meranti. Desa Meranti merupakan salah satu desa di Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu.

Adapun Desa Meranti berbatasan dengan :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan hutan negara Pinang Lombang 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Rantau Prapat

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Pinang 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Aek Kanopan


(7)

4.3 Keadaan Demografis

4.3.1 Luas dan Wilayah Penggunaan Lahan

Luas wilayah Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu adalah 1421 Ha. Luas ini digunakan penduduk dalam berbagai fungsi seperti pertanian sawah, pemukiman, hutan rakyat, tempat ibadahdan lain sebagainya. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1

Pengguanaan Wilayah Lahan Pertanian No Penggunaan

Lahan

Realisasi Dalam Satu Tahun Jumlah (Ha) (3)+(4)+(5)+(6) +(7)

Ditanami Padi Tidak Ditanami Padi Semantara Tidak Diusahakan Tiga Kali Dua Kali Satu Kali

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. LAHAN PERTANIAN 1.1 Lahan Sawah

a. Irigasi Teknis - - - -

b. Irigasi Setengah Teknis

- - - -

c. Irigasi Sederhana - - - -

d. Irigasi Desa/non PU

- - - 39 40 79

e. Tadah Hujan - - - -

f. Pasang Surut - - - -

g. Lebak - - - -

h. Lainnya

(Folder,rembesa n,dll)

- - - -

Jumlah Lahan Sawah

- - - 39 40 79


(8)

Tabel 4.2

Penggunaan Wilayah Lahan Bukan Sawah

No Penggunaan Lahan Luas (Ha)

(1) (2) (3)

1.2 Lahan Bukan Sawah

a. Tegal/kebun 16

b. Ladang/huma 730

c. Perkebunan -

d. Ditanami Pohon/Hutan Rakyat 12

e. Tambak -

f. Kolam/tebat/empang 4

g. Padang Pengembalaan/rumput -

h. Sementara tidak diusahakan 23

i. Lainnya (pekarangan yang ditanami tanaman pertanian, dll)

2

Jumlah Lahan Bukan Sawah 787

Sumber: Kantor Kepala Desa 2014

Tabel 4.3

Penggunaan Wilayah Lahan Bukan Pertanian

2 LAHAN BUKAN PERTANIAN LUAS (Ha)

a. Rumah, bangunan dan halaman sekitarnya

18

b. Hutan Negara -

c. Rawa-rawa (tidak ditanami) 25

d. Lainnya (jalan,sungai,danau,lahan tandus,dll)

512

Jumlah Lahan Bukan Pertanian 555 Sumber: Kantor Kepala Desa 2014


(9)

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui bahwa luas seluruh wilayah Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu dapat dihitung sebagai berikut :

Total (Luas Wilayah)= Jumlah Luas Sawah + Jumlah Lahan Pertanian Bukan Sawah + Jumlah Lahan Bukan Pertanian

Total (Luas Wilayah)= 79 Ha + 787 Ha + 555 Ha = 1421 Ha

4.3.2 Jumlah Kepala keluarga dan Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Desa Meranti didiami oleh 2.317 Jiwa, terdiri atas 651 kepala keluarga, dimana jenis kelamin yang mendominasi di Desa ini adalah laki-laki yaitu sebanyak 1.187 jiwa laki-laki atau sebesar 51,2% dan sebanyak 1.130 perempuan atau sebesar 48.8% dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini :

Tabel 4.4

Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

NO Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1 2

Laki-Laki Perempuan

1.187 1.130

51,2 48,8

Jumlah 2.317 100

Sumber: Kantor Kepala Desa 2014

4.4 Keadaan Sosial, Ekonomi dan Budaya

4.4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama

Sebagai gambaran umum jenis agama yang di anut oleh masyarakat Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu dapat dilihat dari tabel di


(10)

Tabel 4.5

Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama

No Jenis Agama Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 Islam Kristen Proktestan Kristen Katolik 1.561 598 158 67,4 25,8 6,8

Jumlah 2.317 100

Sumber: Kantor Kepala Desa 2014

Ditinjau dari sudut keagamaan, maka dapat diketahui bahwa masyarakat Desa Meranti mayoritas menganut agama Islam yaitu sebesar 67,4 %, Pemeluk agama lainnya yaitu Kristen Protestan sebanyak 25,8 %, Kristen Katolik sebanyak 6,8 %. Kendatipun penduduk yang beragama Islam di desa tersebut tergolong mayoritas, sama sekali tidak mempengaruhi kerukunan antar agama dalam kehidupan masyarakat di Desa Meranti.

4.5 Sarana dan Prasarana Desa Meranti 4.5.1 Sarana Rumah Ibadah

Berikut ini adalah sarana rumah ibadah yang terdapat di Desa Meranti. Tabel 4.6

Sarana Rumah Ibadah Desa Meranti No. Rumah Ibadah Jumlah (unit) 1 2 Gereja Mesjid 1 2

Jumlah 3

Sumber: Kantor Kepala Desa 2014

Karena agama mayoritas dari masyarakat Desa Meranti adalah Islam, maka sarana peribadatan yang paling banyak adalah Mesjid. Kendatipun penduduk yang beragama Kristen di desa tersebut tergolong sedikit, sama sekali tidak mempengaruhi kerukunan antar beragama dalam kehidupan masyarakat di Desa Meranti.


(11)

4.5.2 Sarana Kesehatan

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan, serta informasi-informasi yang berhubungan dengan kesehatan tersedia sarana kesehatan seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.7

Sarana Kesehatan Desa Meranti No Sarana Kesehatan Jumlah(unit) 1

2

Puskesmas

Praktek swasta (bidan, dokter, perawat)

2 1

Jumlah 3

Sumber: KantorKepala Desa 2014

Karena jumlah penduduk di Desa Meranti tidak termasuk padat maka sarana kesehatan pun terbilang sudah lebih dari cukup dan sanggup untuk melayani kebutuhan masyarakat akan kesehatan.

4.5.3 Sarana Air Bersih

Beberapa sarana umum yang terdapat di desa Meranti antara lain sarana air bersih, yang berasal dari mata air dan sumur bor yang digunakan oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari, seperti yang terlihat dalam tabel berikut.

Tabel 4.8

Sarana Air Bersih Desa Meranti

No. Sumnber Air Bersih Jumlah (unit) 1

2

Mata air Sumur bor

5 119

Jumlah 124


(12)

Di Desa Meranti terdapat banyak sumur bor yang sebagian besar dipergunakan oleh masyarakat desa tiap rumah tangga. Hanya ada lima unit mata air yang disalurkan menjadi tempat pemandian umum ditengah-tengah Desa tersebut. Hal ini menjelaskan bahwa di desa ini sudah memiliki air yang berlimpah sehingga kebutuhan air akan bersih senantiasa terpenuhi.

4.5.4 Sarana Pendidikan di Desa Meranti

Sarana pendidikan juga terdapat di Desa Meranti dimana dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.9

Sarana Pendidikan di Desa Meranti

No Jenis Pendidikan Frekuensi

1 2 3

TK PAUD SD

1 1 1

Jumlah 3

Sumber: Kantor Kepala Desa 2014

Sarana pendidikan merupakan tempat bagi anak-anak didik untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan merupakan jalan utama untuk mencerdaskan anak-anak bangsa. Kelengkapan dan memadainya sarana pendidikan dapat mempengaruhi nilai pendidikan suatu tempat.

Dari tabel 4.9 diatas dapat dilihat bahwa sarana pendidikan yang tersedia di Desa Meranti hanya ada beberapa macam yaitu : Sekolah yang terdiri dari bangunan TK, PAUD, dan SD.


(13)

4.5.5 Sarana Jalan

Adapun pembagian sarana jalan dimana jalan sudah diaspal dan lain sebagainya yakni :

1. Jumlah panjang jalan diaspal adalah 11 km

2. Jumlah panjang jalan yang diperkeras adalah 8 km 3. Jumlah jalan tanah adalah 15 km dan jalan setapak 2 km


(14)

BAB V ANALISIS DATA

Dalam bab ini disajikan data dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis. Data-data yang disajikan pada bab ini berdasarkan hassil penyebaran kuisioner, wawancara maupun hasil observasi dilapangan yang disusun dalam bentuk tabel untuk melihat peran petani perempuan terhadap sosial ekonomi keluarga di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu. Seperti yang telah dijelaskan pada bab metedologi penelitian bahwa yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah petani perempuan yang tinggal di Desa Meranti yang bekerja mengolah lahan pertanian dan mempunyai lahan 1 ha dengan menyebarkan kuisioner kepada 55 responden,

Hasil penelitian ini akan menguraikan hasil-hasil penelitian yang meliputi penyajian data dalam bentuk distribusi tunggal. Melalui distribusi tunggal inilah akan diketahui dengan jelas data-data yang telah terkumpul melalui angket/kuisioner yang telah diedarkan.

Dalam penelitian ini penulis membagi pembahasan dalam 2 sub bab, agar pemabahasan tersusun sistematis, yaitu :

1. Analisis Karakteristik responden 2. Analisis data penelitian

5.1 Analisis Karakteristik Responden

Agar data yang digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian yang dilakukan lebih akurat, maka perlu diuraikan beberapa karakteristik sumber datanya. Berikut ini di uraikan beberapa karakteristik responden berupa agama, usia, suku, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan, dan lain sebagainya.


(15)

5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Agama

No Agama Frekuensi Persentase

(%) 1

2 3

Islam

Kristen Protestan Katolik

32 18 5

58,2 32,7 9,1

Jumlah 55 100

Sumber: Kuisoner 2014

Berdasarkan tabel 5.1 mayoritas beragama Islam disusul oleh agama Kristen Protestan Walaupun demikian, kerukunan antar umat beragama tetap terjaga dan terjalin harmonis. Hal ini terbukti bahwa antar responden tidak pernah terjadi perkelahian dalam pergaulan mereka tidak membeda-bedakan agama satu dengan yang lain. Secara tidak langsung mayoritas responden dalam penelitian beragama islam yaitu sebanyak 32 responden (58,2%) yang diikuti oleh responden beragama Kristen Protestan sebanyak 18 responden (32,7%) serta Katolik sebanyak 5 responden (9,1%).


(16)

5.1.2 Karakteristik Usia Responden

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

NO Usia Frekuensi Persentase

1 2 3 4 20-29 Tahun 30-39 Tahun 40-49 Tahun >50 Tahun 8 14 20 13 14,5 25,5 36,4 23,6

Jumlah 55 100

Sumber : Kuisoner 2014

Usia menunjukkan produktifnya seseorang atau tidak dimana semakin tinggi usia maka menunjukkan juga semakin banyak pengalaman hidup yang sudah dilewati. Kehidupan tetap dijalanin yang akan membuat seseorang semakin tegar dan bijak dalam menjalani kehidupannya.

Berdasarkan keterangan pada tabel 5.2 diketahui bahwa sebanyak 14,5 % responden berusia 20-29 tahun, sebanyak 25,5 % berusia 30-39 tahun, sebanyak 36,4 % berusia 40-49 tahun dan sebanyak 23,6 % berusia diatas 50 tahun.

5.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja Sebagai Petani Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja Sebagai Petani

No. Waktu Frequensi Persentase (%)

1 2

< 5 Tahun > 5 Tahun

7 48

12,8 87,3

Jumlah 55 100


(17)

Berdasarkan tabel 5.3 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden sudah bekerja sebagai petani selama lebih dari 5 tahun yakni sekitar 48 responden (87,3%) dan jumlah responden yang bekerja sebagai petani dengan waktu dibawah 5 tahun sebanyak 7 responden (12,7%).

Responden yang sudah lama bekerja sebagai petani ada yang mulai bekerja sebagai petani setelah responden tersebut berumah tangga tetatpi ada juga dari responden yang sebelum berumah tangga pun sudah berasal dari keluarga yang berlatar belakang petani juga sehingga setelah berumah tanggamasih menyenangi pekerjaan tersebut karena lebih berpengalaman mengenai cara-cara bertani yang baik.

Berikut hasil wawancara dengan Tika Br Kaban salah satu responden di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu :

“Saya menjadi petani sudah lama tetapi setelah menikah pun ikut suami bertani juga. Sudah ditas 5 tahunlah mengambil aktivitas seperti ini.”

5.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Alasan Bekerja Sebagai Petani Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Bekerja Sebagai Petani

No. Alasan Frequensi Persentase (%)

1 2

Kemauam Sendiri Dorongan Suami

40 15

72,7 27,3

Jumlah 55 100

Sumber : Kuisoner 2014

Suatu pekerjaan apabila dikerjakan berdasarkan kemauan sendiri maka akan mendapat kepuasan tersendiri juga. Pekerjaan akan terasa menyenangkan jika dikerjakan dengan hati yang ikhlas dan tanpa beban. Hasil yang dicapai pun akan


(18)

lebih maksimal bila dibandingkan dengan pekerjaan yang dikerjakan karena paksaan dari pihak lain.

Berdasarkan tabel 5.4 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 40 responden (72,7%) menyatakan bahwa alasan mereka bekerja sebagai petani adalah atas kemauan sendiri sedangkan 15 responden (27,3%) menyatakan bahwa alasan mereka bekerja sebagai petani adalah karena dorongan suami. Alasan mereka yang bekerja sebagai atas dorongan suami menyatakan bahwa suami mereka adalah seorang petani sehingga mereka terpacu untuk bekerja menjadi petani juga membantu suami mereka. Sebagian besar alasan bekerja karena kemauan sendiri menyatakan bahwa sejak dahulu mereka sudah tahu cara bertani dan itu menjadi pekerjaan yang meyenangkan yang dikerjakan hampir setiap hari sehingga mereka merasa itu menjadi sebuah keputusan.

Berikut hasil wawancara dengan Devi Afrianti salah satu responden di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu :

“Saya senang engan pekerjaan saya sebagai petani. Tidak ada yang memaksa saya harus begini tetapi ini adalah kemauan saya sendiri. Pekerjaan saya ini sudah semacam kebutuhan bagi saya sendiri.”


(19)

5.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Tabel 5.5

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Frequensi Persentase

1 2 3 4

Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Perguruan Tinggi

20 20 13 2

36,4 36,4 23,6 3,6

Jumlah 55 100

Sumber : Kuisoner 2014

Dari tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa responden yang menjawab bersekolah dengan tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Sebanyak 20 responden (36,4%) tamat SD, 20 responden (36,4%) tamat SMP, sebanyak 13 responden (23,6%) tamat SMA dan sebanyak 2 responden (3,6%) tamat Perguruan Tinggi.

Sebagian besar sudah memiliki tingkat pendidikan yang bisa dikatakan lumayan untuk tingkat usia responden. Tingkat pendidikan responden juga akan mempengaruhi pola pikir mereka terhadap tingkat pendidikan anak dalam keluarga. Tingkat pendidikan responden sudah termasuk bagus, kerana sebagian responden sudah tidak buta huruf lagi dan lancar dalam perhitungan.


(20)

5.1.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku Bangsa Tabel 5.6

Distribusi Responden Berdasarkan Suku/Etis

No. Suku Frequensi Persentase (%)

1 2 3 4 Batak Karo Batak Toba Batak Mandailing Lainnya (Jawa, dll)

47 4 1 3 85,5 7,3 1,8 5,4

Jumlah 55 100

Sumber : Kuisoner 2014

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui responden memiliki suku bangsa yang berbeda-beda. Sebagian besar responden adalah Suku Jawa karena penduduk asli Desa Meranti juga mayoritas Jawa. Suku yang lainnya merupakan pendatang di Desa Meranti dan memilih menetap di desa tersebut. Meskipun ada suku pendatang yang memilih untuk menetap di desa tersebut, tetapi tidak menimbulkan perselisihan maupun kesenjangan sosial dari masyarakat yang mayoritas. Rasa saling menghormati antar suku masih nampak jelas ditunjukkan oleh responden.

5.1.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Suami Tabel 5.7

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Suami No. Pekerjaan Suami Frequensi Persentase (%) 1

2

Pegawai Pemerintah (PNS) Petani

3 52

5,5 94,,5

Jumlah 55 100

Sumber : Kuisoner 2014

Desa Meranti merupakan desa yang penduduknya mayoritas bekerja mengolah lahan pertanian. Dalam suatu keluarga, yang berperan mencukupi


(21)

kebutuhan keluarga adalah suami dan istri yang sebagian besar bekerja bersama-sama sebagai petani di desa tersebut.

Pada tabel 5.7 dapat dilihat bahwa sebagian besar pekerjaan dari suami adalah sama seperti responden yaitu sebagai petani dan hanya beberapa orang saja yang pekerjaan suaminya adalah pegawai dalam pemerintahan.Tetapi berdasarkan pengamatan lapangan, responden lebih banyak bekerja daripada suaminya terutama suami responden yang juga petani. Alasanya karena sebagian besar dari suami responden lebih banyak mengahabiskan waktu di warung kopi sedangkan responden sudah terlebih dahulu oergi keladang. Baru beberapa saat kemudian ketika hari sudah siang maka suami pun menyusul menuju lahan pertanian dan ketika sore hari akan pulang ke rumah terlebih dahulu dibandingkan responden. Setelah sampai rumah, responden mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak dan mengurus anak sedangkan suami akan pergi kewarung kopi lagi. Seperti itulah gambaran aktivitas setiap hari yang dilakukan hampir sebagian besar responden.

5.1.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Tabel 5.8

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Dalam keluarga

No. Alasan Frequensi Persentase (%)

1 2 3 4

1 - 3 orang 4 - 6 orang 7 - 9 orang >10 orang

6 24 22 3

10,9 43,6 40 5,5

Jumlah 55 100

Sumber : Kuisoner 2014

Dari tabel 5.8 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 6 responden (10,9%) memiliki jumlah anggota dalam keluarga sebanyak 1-3 orang, sebanyak 24


(22)

responden (43,6%) memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 4-6 orang, sebanyak 22 responden (40%) memiliki jumlah anggota dalam keluarga sebanyak 7-9 orang serta 3 responden memiliki jumlah anggota dalam keluarga >10 orang. 5.2 Analisa Data Sosial Ekonomi Keluarga

5.2.1 Jawaban Responden Berdasarkan Pendapat Tabel 5.9

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Pendapatan/Minggu

No. Pendapatan Frequensi Persentase (%)

1 2 3 4

Rp 100.000 – Rp 400.000 Rp 450.000 – Rp 750.000 Rp 800.000 – Rp 1.100.000 >Rp 1.200.000 19 11 12 13 34,6 20 21,8 23,6

Jumlah 55 100

Sumber : Kuisoner 2014

Pendapatan responden dihitung perminggu karena biasanya responden memanen hasil pertanian setiap seminggu sekali. Setelah hasil pertanian tersebut terjual maka akan diketahui berapa jumlah pendapatan responden. Biasanya pendapatan tersebut tidak selalu sama, terkadang tinggi tetapi terkadang juga anak menurun.

Berdasarkan tabel 5.9 di atas pendapatan perminggu responden paling banyak berada pada angka Rp 100.000 – Rp 400.000 yaitu sebanyak 19 responden (34,6%). Data tersebut berdasarkan hasil rata-rata pendapatan yang diperoleh oleh responden setiap minggunya sehingga walaupun setiap minggunya terkadang berbeda-beda tetapi bedanya selalu tidak terlalu jatuh.

Berikut hasil wawancara dengan Ibu Ratna salah satu responden di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu.

“Terkadang pendapatan tidak selalu sama setiap minggunya, tetapi jika dirata-ratakan bedanya tidak terlalu jauh juga.


(23)

5.2.2 Jawaban Responden Berdasarkan Kepemilikan Rumah Tabel 5.10

Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Rumah No. Status Kepemilikan Rumah Frequensi Persentase (%) 1 2 3 Milik Sendiri Kontrak/sewa Menumpang 49 5 1 89,1 9,1 1,8

Jumlah 55 100

Sumber : Kuisoner 2014

Berdasarkan tabel 5.10 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden sudah memiliki rumah sendiri yakni sebanyak 49 responden (89,1%) dan sisanya hanya beberapa orang saja yang mengontrak dan menumpang. Responden yang menumpang. Responden yang menumpang biasanya menumpang di rumah orang tuanya dan belum memiliki rumah sendiri.

Berikut hasil wawancara dengan Saidah Siregar salah satu responden di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu :

“Rumah yang saya miliki sekarang, syukurlah sudah milik sendiri. Kami bangun bersama-sama dengan suami setelah beberapa tahun menikah. Walaupun agak sederhana tetapi yang jelas sudah milik sendirilah.”

5.2.3 Jawaban Responden Berdasarkan Kondisi Rumah Tabel 5.11

Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Rumah

No. Kondisi Rumah Frequensi Persentase (%)

1 2 3 4 Permanen Semi Permanen Tidak Permanen Darurat 44 8 2 1 80 14,6 3,6 1,8

Jumlah 55 100


(24)

Berdasarkan tabel 5.11 di atas kondisi rumah yang dimiliki oleh responden sebagian besar sudah permanen yaitu sebanyak 44 responden (80%) dan sisanya masih dengan kondisi semi permanen, tidak permanen, dan darurat.

Melalui observasi rumah responden yang permanen bisa digambarkan rumah semi permanen dengan kondisi rumah seluruhnya beton dan berlantai semen serta fasilitas yang lengkap dengan kondisi rumah yang berlantai semen dengan dinding rumah setengah beton dan setengah papan. Rumah semi permanen tersebut seluruhnya memiliki kamar mandi hanya saja kondisi kamar mandi mereka yang berbeda-beda tetapi memilliki atap. Rumah semi permanen juga hampir semuanya memiliki teras walaupun kecil karena teras dianggap penting yaitu diperlukan sebagai tempat alat-alat pertanian atau juga sebagai tempat penyimpanan bibit tanaman ataupun hasil panen tanaman mereka.

Rumah sebagai suatu keadaan rumah yang belum memiliki beton tetapi berdinding papan dan memiliki teras rumah juga walaupun kecil. Biasanya rumah tidak permanen ini beratapkan seng dimana memiliki kamar mandi yang layak untuk digunakan.

Rumah dengan keadaan rumah darurat berdasarkan observasi maka rumah yang beratapkan bamboo berlantai tanah. Digambarkan sebagai kondisi rumah yang tidak layak. Rumah responden yang biasanya darurat tidak memiliki teras dan kamar mandi yang dibuat seadanya.

Berikut hasil wawancara dengan Mareni salah satu responden di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu :

“Kondisi rumah sudah lumayan bagus juga. Tetapi manusia kan selalu merasa kekurangan. Tapi yang penting, sudah layaklah sebagai tempat berteduh dan berkumpul keluarga lah.”


(25)

5.2.4 Jawaban Responden Berdasarkan Sumber Modal Usaha Pertanian Tabel 5.12

Distribusi responden Berdasarkan Sumber Modal Usaha

No. Sumber Modal Frequensi Persentase (%)

1 2 3

Modal Sendiri Koperasi

Agen Sayur mayur

42 4 9

76,4 7,3 16,4

Jumlah 55 100

Sumber : Kuisioner 2014

Modal dalam bidang pertanian biasanya digunakan untuk membili bibit tanaman, pestisida, pupuk, biaya pemeliharaan dan lain sebagainya. Disamping itu modal sangat menentukan berhasil tidaknya suatu tanaman. Selain itu, modal selalu memiliki sumber tersendiri. Apakah dari diri sendiri atau bahkan bantuan dari pihak luar misalnya koperasi atau sejenisnya.

Berdasarkan tabel 5.12 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki sumber modal sendiri untuk usaha pertanian mereka yaitu sebanyak 42 responden (76,4 %) dan sisanya memiliki sumber modal dari koperasi yaitu 4 responden (7,3 %) dan sumber modal dari agen sayur-mayur sebanyak 9 responden (16,4 %). Modal sendiri ini biasanya didapatkan dari hasil tabungan atau hasil pendapatan yang senantiasa disisihkan oleh responden dari setiap hasil panen. Selain itu ada juga responden yang sumber modalnya berasal dari koperasi. Koperasi biasanya menyediakan semua kebutuhan pertanian baik bibit, pestisida maupun pupuk pertanian. Jika responden meminjam modal dari koperasi maka pembayaran dilakukan setelah tiba masa panen. Ada juga responden yang sumber modalnya berasal dari agen sayur-mayur. Responden yang biasanya meminjam modal dari agen sayur-mayur ini memiliki perjanjian tertentu. Perjanjiannya yaitu


(26)

hasil panen tanaman responden tersebut harus dijual kepada agen sayur-mayur tersebut dengan kesepakatan harga bersama.

Berikut hasil wawancara dengan Sugiono salah Satu responden di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu :

“Saya biasanya mengumpulkan sedikit demi sedikit hasil panen untuk kemudian digunakan nanti sebagai modal buat pertanian.”

5.2.5 Jawaban Responden Berdasarkan Lokasi Penjualan Hasil Pertanian Tabel 5.13

Distribusi Responden Berdasarkan Lokasi Hasil Penjualan Pertanina No. Lokasi Penjualan Frequensi Persentase (%) 1

2

Dijual Ke Pasar Dijual di lokasi

32 23

58,2 41,8

Jumlah 55 100

Sumber : Kuisoner 2014

Berdasarkan Tabel 5.13 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menjual hasil pertaniannya ke pasar yang berbeda agak jauh dari lokasi desa. Sebanyak 32 responden (58,2 %) menjual hasil pertaniannya kepasar dan sebagian lagi yakni 23 responden (41,8 %) menjual hasil pertanian tersebut di lokasi atau lahan pertanian mereka.

Lokasi pasar dari Desa Meranti memang lumayan jauh. Sebelum dibawa ke pasar, responden terlebih dahulu harus terkuras tenaganya untuk memanen sendiri hasil pertanian atau ada juga yang membayar jasa orang yang bisa diperkerjakan kemudian mengepak hasil pertanian tersebut ke keranjang atau karung sesuai dengan jenis hasil pertaniannya. Bisanya responden memanfaatkan jasa angkutan mobil pick up untuk mengangkut hasil pertanian yang kemudian akan dibawa ke Pasar dengan tarif ongkos yang sudah ditentukan sebelumnya. Sesampainya dipasar


(27)

hasil pertanian akan diturunkan di pasar tempat menjual hasil pertanian dimana banayak pembeli dari luar kota yang akan membeli bebagai jenis hasil pertanian.

Berbeda halnya dengan sistem jual di lokasi, dimana biasanya hasil pertanian yang dijual di lokasi memiliki skala yang lebih besar. Biasanya pembeli yang datang ke lokasi pertanian dengan sistem borong serta untuk melakukan transaksi dengan responden di lokasi pertanian. Setelah terjalin kesepakatan harga maka semua hasil pertanian sudah diborong oleh penjual. Jadi responden hanya menerima bersih hasil penjual tanpa harus mengeluarkan tenaga lagi.

Berikut hasil wawancara dengan Jandiar salah satu responden di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu :

“Biasanya memang hasil pertanian saya langsung dijual dilahan pertanian tetapi tergantung tanamannya juga. Kalau hasil tanaman sudah berton-ton maka dijual dilokasi pertanian tetapi jika hanya berkisar puluhan atau ratusan kilo, maka akan dijual langsung ke Pasar.”

5.2.6 Jawaban Responden Berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari Tabel 5.14

Distribusi Responden Berdasarkan Pemenuhan kebutuhan Sehari-hari No. Pemenuhan Kebutuhan Frequensi Persentase (%) 1

2

Terpenuhi

Cukup Terpenuhi

40 15

72,7 27,3

Jumlah 55 100

Sumber : Kuisoner 2014

Berdasaraskan tabel 5.14 diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan kebutuhan sehari-hari terpenuhi sebanyak 40 responden (72,7 %) dan


(28)

responden yang menyatakan kebutuhan sehari-hari cukup terpenuhi sebanyak 15 responden (27,3 %).

Berikut hasil wawancara dengan Devianna salah satu responden di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu :

”Kalau kebutuhan sehari-hari sih, sampai sekarang senantiasa terpenuhi. Itu kan kebutuhan utama dalam keluarga. Jadi senantiasa diusahakan lah selalu ada.”

5.2.7 Jawaban Responden Berdasarkan Pemenuhan Frekuensi Makan Sehari Dari hasil kuisoner yang disebarkan kepada 55 responden petani perempuan yang ada di Desa Meranti diketahui bahwa seluruhnya responden (100 %) dinyatakan bahwa anggota keluarga makan 3 kali sehari. Walaupun jam makan yang berbeda-beda tiap responden tetapi setiap hari rutin makan 3 kali sehari. Karena makan merupakan kebutuhan utama setiap orang, jadi hal tersebut harus tetap pada aturan.

Frekuensi makan per hari tidak terlepas pada apa yang dikonsumsi oleh para responden. Kriteria dapat dilihat melalui gizi makanan apakah seimbang atau tidak seperti yang ditunjukkan oleh tabel dibawah ini.

Tabel 5.15

Distribusi Responden Berdasarkan Pemenuhan Gizi Seimbang No. Pemenuhan Makanan Frequensi Persentase (%)

1 2

Terpenuhi

Cukup Terpenuhi

45 10

81,8 18,2

Jumlah 55 100


(29)

Berdasarkan tabel 5.15 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa kebutuhan gizi seimbang sudah terpenuhi yaitu sekitar 45 responden (81,8 %) dan sebanyak 10 responden (18,2 %) menyatakan kebutuhan gizi makanan 4 sehat 5 sempurna sudah cukup terpenuhi.

Kebutuhan gizi seimbang atau 4 sehat 5 sempurna terpenuhi yaitu (81,8%) maka terdapat sebagian besar responden mengkonsumsi asupan protein salah satu diantaranya daging, tahu, tempe, ikan, setiap hari sayur atau buah dan susu. Dan sebagainya lagi cukup terpenuhi yaitu (18,2%) dari responden mengkonsumsi gizi namun tidak lengkap dalam mengkonsumsi sehari-hari.

Berikut hasil wawancara dengan Tina Br Ginting salah satu responden di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu :

“Awalnya kurang mengerti masalah gizi karena biasanya apa yang enak dirasa itu sudah bergizi. Tetapi setelah mengerti ternyata kebutuhan akan gizi seimbang sudah cukup terpenuhi juga.”

5.2.8 Jawaban Responden Berdasarkan Konsumsi Hasil Panen Tabel 5.16

Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Hasil Panen

No. Konsumsi Hasil Panen Frequensi Persentase (%) 1

2 3

Sangat Sering Sering

Cukup Sering

16 32 7

29,1 58,2 12,7

Jumlah 55 100


(30)

Berdasarkan tabel 5.16 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden sering mengkonsumsi hasil pertanian mereka dan sisanya menyatakan cukup sering. Setiap kali masa panen maka baik sayuran atau buah-buahan yang ditanam pasti akan dikonsumsi masing-masing responden.

Responden di Desa Meranti ini, memiliki hasil pertanian yang berbeda-beda yakni dalam ruang lingkup sayuran dan buah-buahan. Tentu saja semuanya layak dikonsumsi karena terpilih dengan baik. Sayur-mayuran dan buah-buahan yang sudah panen biasanya dikonsumsi juga oleh keluarga responden sebelum akhirnya hasil pertanian tersebut dijual. Dengan mengkonsumsi hasil pertanian, selain menghemat pengeluaran juga yang dikonsumsi lebih segar dibandingkan jika dibeli di pasar.

Berikut hasil wawancara dengan Sri Marti salah satu responden di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu :

“Ketika memanen hasil pertanian seperti sayuran dan buah-buahan maka saya akan menyisihkan untuk dikonsumsi keluarga. Selain menghemat pengeluaran juga merasa puas karena bisa langsung menikmati hasil panen sendiri.”

5.2.9 Jawaban Responden Berdasarkan Kepemilikan Kendaraan Tabel 5.17

Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Kendaraan No. Kepemilikan Kendaraan Frequensi Persentase (%)

1 2

Mobil

Sepeda Motor

16 39

29,1 70,9

Jumlah 55 100


(31)

Berdasarkan tabel 5.17 di atas dapat dilihat bahwa masing-masing responden memiliki kendaraan, ada yang memiliki monil dan ada jug yang memiliki sepeda motor. Kendaraan mobil yang dimiliki responden biasanya digunakan untuk mengangkut hasil-hasil pertanian menuju pasar. Ada juga yang memiliki mobil untuk mengangkut hasil pertanian orang lain dan diberikan imbalan. Sementara itu responden yang memiliki kendaraan sepeda motor biasanya mereke gunakan untuk alat transportasi ke ladang sebab ada sebagian responden yang jarak rumah dan ladangnya cukup jauh.

Berikut hasil wawancara dengan Anita Ani salah satu responden di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu :

“Saya dan suami saya biasanya menaiki sepeda motor menuju ladang karena jarak ladang dari rumah cukup jauh dan jalannya pun bisa dibilang kurang bagus karena msaih jalan tanah dan banyak lubang. Walaupun sepeda motor kami terlihat sudah tua dan kadang ngadat-ngadat tetapi masih mengantar kamisampai di ladang. Tetapi terkadang jika suami saya tidak pergi ke ladang maka saya akan berjalan kaki saja menuju ladang.”


(32)

5.2.10 Jawaban Responden Berdasarkan Tempat Berobat Keluarga yang Sakit

Tabel 5.18

Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Berobat Keluarga yang Sakit No. Tempat Berobat Frequensi Persentase (%)

1 2 3

Puskesmas Terdekat Rumah Sakit Pemerintah Pengobatan Alternatif

35 14 6

63,6 25,5 10,9

Jumlah 55 100

Sumber : Kuisoner 2104

Biasanya responden berobat ke puskesmas terdekat jika hanya sakit ringan saja seperti demam, sakit kepala, sakit perut, pusing da lain sebagainya. Ketika responden mendertia sakit berat maka mereka akan memilih berobat ke Rumah Sakit Pemerintah dengan alasan dokternya dan peralatannya lengkap.

Berdasarkan tabel 5.18 diketahui bahwa sebagian besar responden ketika ada anggota keluarga yang sakit maka mereka memilih untuk berobat ke puskesmas terdekat saya yakni sekitar 35 responden (63,6 %), sisanya berobat ke Rumah Sakit Pemerintah yakni sekitar 14 responden (25,5 %) dan berobat ke pengobatan alternatif sebanyak 6 responden (10,9 %). Responden yang memilih berobat ke pengobatan alternatif karena sebagian responden terkadang tidak terlalu mempercayai pengobatan kedokteran. Berdasarakan hasil wawancara maka sekitar (10,9 %) responden memilih pengobatan alternatif arena sebagian responden masih menganggap pengobatan yang relatif mudah/murah.

Berikut hasil wawancara dengan Meriahana salah satu responden di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu :


(33)

“Keluarga saya biasanya hanya berobat ke puskesmas terdekat saja karena saya hanya penyakit ringan. Dikasih obat sama disuntik saja biasanya langsung sembuh.”

5.2.11 Jawaban Responden Berdasarkan Kondisi Pendidikan Anak pada Jenjang yang Tinggi dalam Keluarga

Tabel 5.19

Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Pendidikan Anak pada Jenjang yang Tinggi dalam Keluarga

No. Kategori Frequensi Persentase (%)

1 2 3 4 5

Belum Sekolah Masih SD Masih SMP Masih SMA Masih PT

2 12 11 15 15

3,6 21,8

20 27,3 27,3

Jumlah 55 100

Sumber : Kuisoner 2104

Distribusi responden berdasarkan kondisi Pendidikan anak pada jenjang yang tinggi dalam keluarga. Dimana dalam satu keluarga terdapat salah satu anak yang masih bersekolah namun dikategorikan pendidikan tertinggi anak yang disekolahkan maka semakin banyak biaya yang dikeluarkan keluarga.

Berdasarkan tabel 5.19 diketahui bahwa ssebagian besar responden masih memiliki tanggungan anak yang masih mendapatkan pendidikan baik itu TK, SD, SMP, SMA, maupun PT. Hanya sebanyak 2 responden (3,6%) yang memiliki anak yang belum bersekolah. Tetapi walaupun anak dalam kelurga belum bersekolah,


(34)

responden mengaku ada tanggungan dalam keluarga yang disekolahkan yaitu misalnya adik atau sanak saudaranya.

Tanggungan pendidikan anak dalam keluarga sangat mempengaruhi jumlah kebutuhan dalam keluarga yang harus dipenuhi. Semakin tinggi jenjang pendidikannya maka akan semakin besar dana/biaya yang harus dikeluarkan. Tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah bagi responden asalkan anak dalam keluarga bersekolah dengan baik sehingga nantinya bisa membanggakan keluarga. Jika pendidikan anak sampai pada jenjang yang tinggi maka responden mengaku bahwa mereka akan sangat bangga dan lebih dihargai oleh orang-orang sekitarnya.

Berikut hasil wawancara dengan Lena Siregar salah satu responden di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu :

“Anak saya sekarang lagi sekolah di Perguruan Tinggi, Syukurlah dia lulus tahun lalu di Perguruan Tinggi Negeri, jadi biaya kuliahnya tidak terlalu mahal. Hanya saja biaya hidup dikota besar yang agak banyak. Jadi memang harus pintar-pintarlah supaya kebutuhannya senantiasa terpenuhi.”


(35)

5.2.12 Jawaban Responden Berdasarkan Pentingnya Pendidikan Norma dalam Keluarga

Tabel 5.20

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Norma dalam Kelurga No. Pengambilan Keputusan Frequensi Persentase (%)

1 2

Sangat Perlu Perlu

48 7

87,3 12,7

Jumlah 55 100

Sumber : Kuisoner 2104

Norma tidak hanya didapat ketika seseorang itu berada di lingkungan pendidikan, norma juga didapat di lingkungan keluarga dan juga lingkungan tempat tinggal. Terkadang banyak orang tua yang merasa bahwa norma yang didapat anakanya disekolah sudah cukup dan akhirnya tidak mengajarkan norma tersebut dilingkungan keluarga lagi.

Berdasarkan tabel 5.20 dapat diketahui bahwa semua responden mengatakan bahwa pendidikan norma itu perlu bahkan sangat perlu. Sebanyak 48 responden (87,3%) menyatakan bahwa norma sangat perlu dan sebanyak 7 responden (12,7%) menyatakan bahwa norma cukup perlu. Responden peduli akan pendidikan norma yang harus diajarkan dalam keluarga sehingga ketika anggota keluarga berada di luar lingkungan maka mereka tidak mempermalukan keluarganya.

Berikut hasil wawancara dengan Sutrisna Harahap salah satu responden di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu kabupaten Labuhan Batu :


(36)

“Norma itu penting loh, apalagi untuk anak. Kalau anak saya tidak bernorma kan pasti yang disalahin orang tuanya.

Jadi harus ada pendidikan norma di rumah juga bukan hanya di sekolah.” 5.2.13 Jawaban Responden Berdasarkan Sumber Dana Pendidikan Anak

Tabel 5.21

Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Dana Pendidikan Anak No. Pengambilan Keputusan Frequensi Persentase (%)

1 2

Sendiri

Sendiri dan Suami

12 43

21,8 78,2

Jumlah 55 100

Sumber : Kuisoner 2104

Berdasarkan tabel 5.21 di atas dapat diketahui bahwa sumber dari biaya pendidikan anak responden sebagian besar berasal dari hasil kerja sama antara responden dan suaminya yaitu sekitar 43 responden (78,2%) sedangkan sumber dana pendidikan yang berasal dari responden sendiri sebanyak 12 responden (21,8%). Sebagian dari suami responden tidak terlalu memperdulikan biaya pendidikan anak asalkan biaya sehari-hari bisa terpenuhi sehingga responden mengambil alih di dalam pemenuhan pendidikan anak.

Berikut hasil wawancara dengan Liliana salah satu responden di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu :

”Suami saya kalau masalah biaya pendidikan anak membantu dan juga peduli tetapi yang memegang keputusan tentang keputusan pendidikan hanya saya.


(37)

5.2.14 Jawaban Responden Berdasarkan Keikutsertaan dalam Program KB Tabel 5.22

Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan dalam Program KB

No. Program KB Frekuensi Persentase (%)

1 2

Mengikuti Tidak Mengikuti

23 32

41,8 58,2

Jumlah 55 100

Sumber : Kuisoner 2104

Berdasarkan tabel 5.22 di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden yang mengikuti program KB masih lebih sedikit dibandingkan dengan responden yang tidak mengikuti program KB. Hal ini juga disebabkan karena usia dari responden memang sebagian besar sudah berumur di atas 40 tahun dan sisanya yang mengikuti program KB yaitu yang memang usianya masih 39 tahun ke bawah. Hal tersebut merupakan suatu kewajaran.

Responden yang berusia 39 tahun kebawah termasuk rutin mengikuti program KB, walaupun KB yang diberikan bertahan sampai bertahun-tahun sehingga mereka tidak terlalu sering menemui bidan di desa tersebut. Alasan yang lain memasang KB yang bertahan bertahu – tahun adalah karena kesibukan mereka, dimana mereka harus pergi keladang pagi-pagi dan pulang sore harinya sehingga karena kesibukan tersebut menjadi alasan mereka memilih program KB yang bertahan sampai beberapa tahun.

Berikut hasil wawancara dengan Ratna salah satu responden di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu :

“Umur saya kan sudah termasuk tua, jadi mana mungkin lagi ikut KB. Tetapi dahulu ikut kok, kalau ada penyuluhan mengenai KB sering ikut juga dulu.”


(38)

5.2.15 Jawaban Responden Berdasarkan Keterlibatan Dalam Pengambilan Keputusan Keluarga

Tabel 5.23

Distribusi Responden Berdasarkan Keterlibatan Dalam Pengambilan Keputusan Keluarga

No. Pengambilan Keputusan Frekuensi Persentase (%) 1

2

Sangat sering Sering

20 35

36,4 63,6

Jumlah 55 100

Sumber : Kuisoner 2104

Di Desa Meranti permpuan masih sering dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan dalam keluarga. Berdasarkan tabel 5.23 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden sering dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam keluarga yaitu sebanyak 35 responden dan bahkan sangat sering dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam keluarga yakni sebnayak 20 responden.

Dalam pengambilan keputusan keluarga, responden sering dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan, misalnya mengenai pendidikan anak apakah akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi atau tidak, mengenai apakah suatu pesta adat akan dihadiri atau tidak, mengenai apakah ikut kegiatan sosial atau tidak. Setelah ditemukan kesepakatan bersama maka akan segra dilakukan oleh keluarga responden.


(39)

Berikut hasil wawancra dengan Wiranto salah satu responden di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu :

“Keputusan Keluarga itu di musyawarahkan bersama-sama kok. Saya juga ikut ambil bagian dalam pengambilan keputusan misalnya dalam hal menghadiri pesta adat. Supaya ada kesepakatan bersama. Bukan hanya sekali-sekali saja tetapi bisa dibilang cukup sering juga sih.”

5.2.16 Jawaban Responden Berdasarkan Keikutsertaan dalam Kegiatan Sosial di Sekitar Lingkulan

Tabel 5.24

Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan dalam Kegiatan Sosial di Sekitar Lingkulan

No. Keikutsertaan dalam Kegiatan Sosial

Frekuensi Persentase (%)

1 2

Sering

Cukup Sering

30 25

54,5 45,5

Jumlah 55 100

Sumber : Kuisoner 2104

Kegiatan sosial diadakan biasanya untuk mempererat hubungan antar suatu kelompok yang tinggal disuatu lokasi tertentu. Jenis-jenis kegiatan sosial yang di adakan juga disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakatnya. Harapannya memang supaya semua orang bisa berpartisipasi dan mengambil bagian dalam kegiatan sosial tersebut.

Berdasarkan tabel 5.24 diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan sering mengikuti kegiatan sosial di sekitar lingkungan yakni sebanyak


(40)

30 responden. Dan responden yang menyatakan cukup sering mengikuti kegiatan sosial di sekitar lingkungan sebanyak 25 responden. Jenis-jenis kegiatan sosial yang ada di Desa Meranti juga beraneka ragam. Misalnya kegiatan keagamaan, gotong-royong, PKK Desa, Acara Adat dan lain sebagainya. Sebagian besar responden paling sering menghadiri kegiatan sosial seperti kegiatan adat istiadat dan sisanya kegiatan sosial keagamaan yang cukup sering diikuti.

Berikut hasil wawancara dengan Devina salah satu responden di Desa Meranti Kecamatan Bila Hlu Kabupaten Labuhan Batu :

“Kalau ada kegiatan sosial di Desa, saya pasti menyempatkan waktu walaupun hanya sebentar. Walau terkadang sibuk, tetapi tetap disisihkan waktu walau sebentar.”

5.2.17 Jawaban Responden Berdasarkan Jenis Kegiatan Sosisal yang Paling Banyak Diikuti

Tabel 5.25

Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan dalam Kegiatan Sosial di Sekitar Lingkulan

No. Jenis Kegiatan Frekuensi Persentase (%) 1

2 3

Kegiatan Keagamaan Gotong-royong Acara Adat

13 10 32

23,6 18,2 58,2

Jumlah 55 100

Sumber : Kuisoner 2104

Berdasarkan tabel 5.25 diketahui bahwa semua responden aktif mengikuti kegiatan sosial yang ada di Desa Meranti. Kegiatan sosial yang paling banyak


(41)

didominasi responden adalah acara adat yang berlangsung di Desa yakni sebanyak 32 responden, dan yang mengikuti kegiatan sosial berupa kegiatan keagamaan sebanyak 13 responden serta yang mengikuti kegiatan sosial berupa gotong-royong sebanyak 10 repsonden.

Kegiatan sosial berupa kegiatan keagamaan yang diikuti oleh responden tergantung pada kegiatan apa yang diadakan oleh masing-masing agama sebab ada beraneka ragam agama yang ada di Desa ini. Ketika ada suatu agama di Desa ini, maka responden mengaku tidak pernah terjadi keributan dimana agama yang lain menganggu ketertiban acara keagamaan mereka. Acara selalu mendapat dukungan dari masyarakat desa yang berbeda agama sekali pun. Demikian juga ketika ada kegiatan agama oleh yang lain, maka responden pun tidak pernah memancing keributan sehingga kegiatan pun dapat berjalan dengan baik.

Kegiatan gotong-royong yang diadakan di Desa ini juga menuntut partisipasi masyarakat untuk dapat mengambil bagian. Tetapi di sini hanya sebagian kecil responden yang turut serta dalam kegiatan gotong-royong tersebut. Alasannya karena lebih banyak laki-laki yang berpartisipasi dalam kegiatan gptpng-royong sehingga suami responden yang menjadi utusan dalam kegiatan tersebut.

Berikut hasil wawncara dengan Karina salah satu respionden di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu :

“kegiatan sosial berupa acara adat biasanya paling banyak saya ikuti. Acara adat itu bisa berupa pesta adat pernikahan, acara adat orang meninggal, pesta adat tahunan atau sering dikenal dengan kerja tahun yang diadakan setiap sekali dalam setahun, dan lain sebagainya.”


(42)

5.2.18 Jawaban Responden Berdasarkan Tanggapan responden Terhadap Aktivitas Pekerjaan yang Dilakukan

Tabel 5.26

Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan responden Terhadap Aktivitas Pekerjaan yang Dilakukan

No. Tanggapan Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Sangat Menyenangkan Menyenangkan

Kurang Menyenangkan

18 32 5

32,7 58,2 9,1

Jumlah 55 100

Sumber : Kuisoner 2104

Pekerjaan apapun jika dikerjakan dengan hati ikhlas maka akan terasa sangat menyenangkan. Tetapi jika tidak menyenangi suatu pekerjaan memang ada baiknya jika seseorang itu beralih profesinya. Jenis pekerjaan yang dilakukan sesorang akan menunjukkan ciri khas orang tersebut. Misalnya jika dia seorang petani maka akan tampak berpakaian khas petani, begitu juga jika dia seorang PNS maka dia akan menggunakan seragam PNS nya ketika bekerja.

Berdasarkan tabel 5.26 diatas dapat diketahui bahwa tidak semua responden menyenangi pekerjaannya sebagai petani. Ada sebanyak 5 responden menyatakan kuarang menyenangi aktifitas pekerjaan yang dilakukan. Alasannya karena hal-hal yang dikerjakan itu itu saja dari pagi sampai sore dan hari berikutkanya juga seperti itu sehingga responden merasa capek dan terkadang bosan.


(43)

Berikut hasil wawancara dengan Erna salah satu responden di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu :

“saya kan sudah lama bertani jadi tidak ada alasan untuk tidak menyukai apa yang saya kerjakan. Semua jadi menyenangkan kok.”

5.2.19 Jawaban Responden Berdasarkan Interaksi dengan Keluarga dan Keluarga Sekitar

Tabel 5.27

Distribusi Responden Berdasarkan Interaksi dengan Keluarga dan Keluarga Sekitar

No. Interaksi Frekuensi Persentase (%)

1 2

Baik

Cukup Baik

38 17

69.1 30,59

Jumlah 55 100

Sumber : Kuisoner 2104

Berdasarkan tabel 5.27 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa interaksi responden dengan keluarga dan lingkungan sekitar terpelihara dengan baik dan cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun responden memiliki kesibukan tersendiri tetapi masih memiliki waktu untuk berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan sekitar. Responden biasanya saling menyapa dengan tetangga dan masyarakat sekitarnya ketika mereka berpapasan dan interaksi yang baik di Desa Meranti ini dapat juga terlihat dari jarak yang tidak berdekatan pun tetapi seluruh masyarakat desa dapat saling mengenal satu sama lain.


(44)

Berikut hasil wawancara dengan Enni Sulis salah satu responden di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu :

“Setiap bertemu dengan tetangga pasti saling tegur sapa bertanya darimana, atau mau kemana. Hal ini memang sudah menjadi suatu kebiasaan kok.”

5.2.20. Jawaban Responden Berdasarkan Sumber Perolehan Media Informasi

Tabel 5.28

Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Perolehan Media Informasi No. Media Informasi Frekuensi Persentase (%)

1 2

Televisi Buku

43 12

78,2 21,8

Jumlah 55 100

Sumber : Kuisoner 2104

Berdasarkan tabel 5.28 diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 43 responden menyatakan mereka memperoleh informasi dari televesi dan sebanyak 12 responden memperoleh informasi dari buku.

Perolehan informasi dari televisi karena sebagian besar responden memiliki televisi dirumah yang hampir setiap hari ditonton pada malam hari setelah semua aktifitas sudah dilakukan seharian. Sedangkan responden yang memperoleh informasi dari buku biasanya membaca informasi ketika responden membimbing dan mengajari anak belajar atau mengerjakan pekerjaan rumah pada malam hari dan ada juga yang membaca buku yang didapat ketika anak dalam keluarga juga mempunyai buku informasi tersebut.


(45)

Berikut hasil wawancara dengan Mukmin Kusuma salah satu responden di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu :

“karena kebetulan ada televisi dirumah maka saya dapat informasi maupun berita ketika menonton televisi pada malam hari itu setelah semua aktivitas selesai pada hari ini.

5.2.21. Jawaban Responden Berdasarkan Sumber Media Informasi

Adanya sumber perolehan media informasi tidak terlepas juga dengan frekuensi responden mendapatkan informasi/pengetahuan umu yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.29

Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Media Informasi

No. Media Informasi Frekuensi Persentase (%) 1

2

Setiap Hari Seminggu Sekali

45 10

81,8 18,2

Jumlah 55 100

Sumber : Kuisoner 2104

Berdasarkan tabel 5.29 diatas dapat diketahui bahawa sebanyak 45 responden menyatakan bahwa frekuensi mereka memperoleh informasi hampir setiap hari dan sebanyak sepuluh responden menyatakan mereka memperoleh informasi hanya seminggu sekali.

Perolehan informasi yang setiap hari diperoleh sebagian besar responden melalui media informasi berupa televisi yang ada dirumah responden. Sedangkan perolehan informasi yang hanya seminggu sekali diperoleh oleh responden melalui


(46)

ataupun surat kabar tetapi hanya seskali saja sehingga jika di frekuebsikan ada sebanyak seminggu sekali.

Berikut hasil wawncara dengan Diana salah satu responden di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu :

“Kami sekeluarga menonton televisi setia harinya. Kadang menonton berita juga. Sehingga bisa dibilang bahwa informasi itu saya peroleh setiap harinya.”

5.2.22 Jawaban Responden Berdasarkan Tempat Tabungan

Dari hasil kuisioner yang disebarkan kepada 55 responden petani perempuan yang ada di Desa Meranti diketahui bahwa seluruh responden mengaku memiliki tabungan. Biasanya sebagian penghasilan dari hasil panen disisihkan untuk disimpan supaya jika tiba-tiba ada kebutuhan yang mendadak maka tidak akan menimbulkan kegelisahan.

Hasil dari penyisihan hasil panen responden (tabungan) tersebut tidak terlepas dari tempat dimana responden menyimpan tabungannya tersebut. Untuk itu dapat kita lihat dimana saja tempat responden menyimpan tabungannya seperti yang ditunjukkan oleh tabel dibawah ini.

Tabel 5.30

Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Tabungan

No. Interaksi Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4

Uang di Rumah Uang Jula-jula Uang di Bank Emas

13 25 10 7

23,6 45,5 18,2 12,7

Jumlah 55 100


(47)

Berdasarkan tabel 5.30 diatas dapat diketahui bahwa responden menabung uang mereka dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang menyimpan dirumah saja, ada yang mengikuti jula-jula, ada yang menyimpan di bank, dan ada juga yang menyimpan dalam bentuk emas. Mereka menabung dengan menyisihkan uang hasil panen mereka, sehingga terkadang tidak tetap berapa jumblah yang ditabung setiap menabungnya. Berbeda halnya dengan jula-jula dimana ada seseorang yang setiap minggu atau setiap bulan mengutip berdasarkan jumblah yang sudah di sepakati sebelumnya sehingga jumlah yang ditabung harus bersifat tetap dan ketentuan mengambil uang juga sudah disepakati bersama.

Berikut hasil wawancar dengan Kristina salah satu responden di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu :

“Biasanya saya ikut jula-jula didesa. Bebrapa Ibu-ibu membuat kesepakatan untuk membuat jula-jula bersama dan ditetapkan berapa yang harus disetorkan setiap minggu, setelah itu dilakukan cabut nomor untuk mengetahui kesempatan kita untuk menarik jula-jula.”


(48)

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan baik melalui wawancara maupun melalui kuisioner yang telah di analisis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian dilihat bahwa petani perempuan di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu mempunyai peranan yang baik terhadap aspek sosial ekonomi keluarga. Hal imi dapat terlihat dalam peran aktif mereka pada setiap aktivitas dalam keluarga dan tanggung jawab yang diemban pun begitu besar, untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan keterlibatan responden dalam kehidupan sosial.

2. Peranan petani perempuan di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten

Labuhan Batu ini bukan lagi hanya sebatas sumber penghasil pendapatan utama di dalam keluarga.

3. Pendidikan pun dianggap penting dalam keluarga di desa ini. Oleh karena itu petani perempuan senantiasa berusaha keras mencukupi kebutuhan pendidikan anak dalam keluarga dan menyekolahkan ke jenjang yang lebih tinggi serta terlihat pentingnya pendidikan norma dalam keluarga mayoritas sangat baik diterapkan dalam kebiasaan orangtua dalam lingkungan keluarga.

4. Kesehatan menjadi hal yang penting bagi petani perempuan karena akan

mempengaruhi aktivitas yang dilakukan. Ketika ada anggota keluarga yang sakit maka petani perempuan kembali mengambil peranan penting di dalam kepeduliannya sehingga anggota keluarga yang sakit akan langsung dibawa berobat. Tidak peduli seberapa banyak biaya yang akan dikeluarkan untuk biaya perobatan, tetapi hal yang terpenting adalah bahwa anggota keluarga bisa segera sembuh.


(49)

5. Namun hampir sebagian besar responden kurang memperhatian kesehatannya khususnya mengikuti Program KB dikarenakan kurangnya kesadaran pentingnya kesehatan produksi perempuan.

6. Peran petani perempuan di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten

Labuhan Batu senantiasa bijak dalam masalah keuangan. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai ragamnya cara yang dilakukan untuk menabung demi masa depan.

7. Kegiatan yang begitu banyak tidak mempengaruhi petani perempuan untuk

menyeimbangkan interaksi antara keluarga dan lingkungan sekitar dengan senantiasa mengikuti berbagai kegiatan sosial yang diadakan di desa. Dapat terlihat dengan aktifnya dalam kegiatan keagamaan dan acara adat di desa.

8. Responden adalah perempuan mayoritas Suku Jawa dan Mandailing yang

merupakan perempuan-perempuan yang pekerja keras, mampu mengerjakan peranan sebagai Ibu dan peranannya membantu memenuhi kebutuhan keluarga tanpa merasa terbebani, dapat terlihat mayoritas berdasarkan atas kemauan sendiri atas peranan yang dilakukan.

6.2. Saran

Berdasarkan dari kesimpulan penelitian maka dirumuskan saran-saran sebagai berikut:

1. Hendaknya pemerintah memperhatikan kebutuhan petani perempuan seperti pelatihan atau sosialisasi mengenai usaha di bidang pertanian sehingga petani perempuan bisa semakin berhasil dalam pekerjaannya dan hasil pertanian pun menjadi semakin berlimpah sehingga kebutuhan sehari-hari serta kebutuhan pendidikan anak dalam keluarga pun dapat terpenuhi. 2. Diharapkan pemerintah dapat memperhatikan kestabilan harga pasar dalam


(50)

3. Dimana tempat penabungan hasil pertanian agar para petani lebih berhati-hati atas keberadaan tengkulak yang banyak mengambil untung di dalam pemasaran hasil pertanian petani.


(51)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peran Petani Prempuan 2.1.1 Pengertian Peran

Menurut Bidle dan Thomas, peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kehidupan tertentu. Misalnya dalam keluarga, perilaku ibu dalam keluarga diharapkan bisa memberi anjuran, memberi penilaian dan memberi sanksi. Peran (role) menurut Cohen (1992), suatu perilaku yang diharapkan oleh orang lain dari seorang yang menduduki status tertinggi (Syarbaini, 2009:60).

Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan. Kedudukan dan peranan tidak dapat dipisahkan keduanya saling ketergantungan artinya tidak ada peran tanpa status dan tidak ada status tanpa peran, seperti halnya status tiap orang mempunyai dengan berbagai macam peran dengan berasal dari pola pergaulan hidupnya.

Peran yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi atau tempat orang (social position) merupakan unsur statis yang menunjukan tempat individu dalam organisasi sosial sementara peran-peran lebih banyak menunjuk pada fungsi-fungsi artinya seseorang menduduki sesuatu


(52)

posisi tertentu dalam masyarakat dan menjalankan suatu peran. Peran petani perempuan dalam menjalankan fungsi-fungsinya sebagai ibu rumah tangga, yang juga memiliki kedudukan, posisi menjalankan peran dan pemegang keputusan apabila dibutuhkan juga yang mencukupi sosial ekonomi rumah tangganya. (Syarbaini, 2009: 60).

Peran (Role) ialah tingkah laku yang diwujudkan sesuai dengan hak dan kewajiban suatu kedudukan tertentu. Atau dapat dikatakan peran adalah perilaku yang diharapkan seseorang yang memperoleh suatu status. Kedudukan perempuan mempengaruhi peranan yang dilakukannya, sebaliknya kedudukan dapat dipengaruhi oleh peranannya dalam memperbaiki kedudukannya.

Adapun kedudukan dan peran perempuan pada umumnya dapat dibagi menjadi 2 fungsi yaitu sebagai berikut:

1. .Perempuan sebagai istri dan juga ibu rumah tangga serta anggota keluarga yang disebut dengan fungsi intern.

2. Perempuan sebagai warga Negara dan anggota masyarakat yang bergerak dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik, dapat juga disebut sebagai fungsi ekstern (Shanty Dellyana,1988 dalam soeroso, 2010:53)

Perempuan mempunyai berbagai alasan untuk melakukan pekerjaan diluar rumah, alasan tersebut salah satunya antara lain karna desakan ekonomi, sehingga perempuan bekerja dan berperan serta dalam mencukupi kebutuhan keluarga.

Berdasarkan cara memperolehnya, peran dapat dibedakan menjadi:

1. Peranan bawakan (ascribed roles) yaitu peranan dengan diperoleh secara otomatis bukan karna usaha misalnya peranan sebagai nenek, anak, kepala desa dan sebagainya.


(53)

2. Peranan pilihan (achieves roles) yaitu peranan dengan diperoleh atas dasar keputusannya sendiri misalnya memutuskan untuk memilih kuliah program studi sosiologi UI (Syarbaini,2009:60)

Perempuan merupakan salah satu peranan pilihan (achieves roles) atas peranan yang dilakukan nya berdasarkan pada keputusannya sendiri, melakukan peran serta meningkatkan kebutuhan sosial ekonomi keluarganya.

Dalam arti lain menurut Levinson sebagaimana dikutip oleh Soerjono Suykanto. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat (Deny.2011,Peran. Diakses dar

Berbicara tentang peranan berarti individu, tersebut juga berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cara menajamkan posisi perannya, sesuatu yang demikian menjadi bidang spesialis, agar lebih tepat sesuai dengan kompetensi. Peran dapat diberikan dalam berbagai bidang yaitu pemikiran, kepemimpinan, profesionalisme, finansial dan lainnya.

Dari rumusan pengertian peranan yang dikemukakan diatas maka dapat diartikan bahwa peranan adalah suatu ketertiban yang dilakukan oleh seseorang yang kemudian memposisikan dirinya dalam keluarga sehingga memberikan dampak yang kemudian dapat dinilai dari aspek sosial dan aspek ekonomi.


(54)

Penggunaan kata “perempuan” karena akan dibahas adalah jenis kelamin yang tergolong perempuan sebagai lawan jenis kelamin laki-laki. Serta lebih memantapkan informasi yang menjelaskan arti kata perempuan adalah yang diempukan (empu artinya indukatau ahli) sehinggaa tersirat arti penghormatan (Sadli,2010:3).

Dalam keseharian perilaku perempuan sering dikaitkan dengan aspek jasmaniah. Dalam budaya indonesia aspek jasmaniah secara langsung maupun tidak langsung sering di interpreasikan secara populer sebagai perempuan dan kodratnya.Petaniadalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah dan lain lain), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain (Sagoyo,1985:6).

Dari rumusan pengertian petaniyang dikemukakan diatas maka dapat diartikan bahwa petani adalah orang yang mata pencahariannya bercocok tanam dengan melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman(seperti padi, bunga, buahdan lain lain), dengan harapan untuk memperoleh hasildari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain.Terdapat tiga golongan petani yaitu petani berlahan sempit yaitu golongan pemilik-penyewa penggarap, pemilik penggarap dan penyewa penggarap serta dua golongan petani berlahan luas yaitu golongan pemilik-penyewa penggarap dan pemilik penggarap. Kendala utama bagi usahatani lahan luas golongan pemilikpenyewa adalah modal sedangkan untuk golongan pemilik penggarap adalah biaya pupuk kandang. Harga bayangan dari setiap kendala atau sumberdaya langka tersebut menunjukkan bila menambah


(55)

ketersediaan sumberdaya tersebut satu rupiah akan mendatangkan pendapatan sebesar harga bayangannya (shadow price). Analisis sensitivitas menunjukkan batasan perubahan dari harga dan biaya agar tidak merubah keadaan optimal (Yuningsih. 1999. Analisis Optimalisasi Pendapatan Usaha Tani Pada Keragaman Jenis Usaha Petani. Diakses dari pukul 12.35).

Perempuan diasosiasikan tanpa nilai, sementara wanita lebih mengarah kepada kedewasaan. Terang saja karena definisi dewasa di sini adalah sebuah pengabdian yang tersirat. Karena itu wanita dinilai tinggi ketika bisa mengabdi sehingga diinginkan oleh lelaki. Kesetiaan jadi lebih baik dari kemandirian 2014 pukul 12.30).

Dari rumusan pengertian petani yang dikemukakan diatas maka dapat diartikan bahwa petani adalah orang yang mata pencahariannya bercocok tanam dengan melakukan pengolahan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti, sayur-sayuran), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjual nya kepada orang lain.

2.1.3 Peran Petani Perempuan

Kedudukan perempuan dalam aspek sosiologi menunjukan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Kedudukan Perempuan dalam pengertian ini memposisikan perempuan sebagai kelompok sosial yang berstatus lebih rendah dari laki-laki di lingkungan tempat berinteraksi. Status sosial yang dimaksud ditujukan kepada kemampuan menerjemahkan dan teknologi sebagai ukuran interaksi yang dibentuk dari esensi-esensi kemampuan komunikasi sosial yang berada dalam skala


(56)

rendah.Dalam proses-proses pembangunan terdapat hubungan timbal balik antara perempuan dan laki-laki.Jika perbedaan-perbedaan hakiki yang menyangkut jenis kelamin tidak bisa diganggugugat dimana bahwa secara biologis perempuan memiliki kemampuan mengandung dan melahirkan sementara laki-laki tidak, dan sejenisnya. Maka perbedaan perbedaan genderjuga harus bisa dirubah karna yang menjadi akarnya adalah faktor-faktor sosial dan sejarah (Macdonal, dkk: 13).

Pengakuan bahwa perempuan dan laki-laki sama, yaitu sama-sama manusia yang mempunyai pikiran, perasaan dan pendapat memang dibutuhkan oleh perempuan, karena selama berabad-abad itu masih disangkal. Banyak kerugian-kerugian yang disebabkan yang tidak mengenal atau mengakui perbedaan-perbedaan ini. Pengakuan akan perbedaan-perbedaan antara perempuan dan laki-laki dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan perempuan. Peranan yang berbeda antara perempuan dan laki-laki dalam keluarga dan masyarakat merupakan akibat pembagian kerja secara seksual. Pembagian kerja secaraseksual ini bertahan karena mendapat kekuatan dari masa ke masa melalui sosialisasi dan enkulturalisasi. Peran perempuan selalu dikaitkan dengan urusan domestik dan laki-laki di ruang publik (Primariantari dkk, 1998:121).

Pada dasarnya perempuan Indonesia, khususnya mereka yang tinggal didaerah pedesaan dan miskin peranan ganda bukanlah merupakan sesuatu hal yang baru.Pada masyarakat pedesaan para perempuan sudah dituntut untuk hidup mandiri dan bekerja karena tuntutan perekonomian, hal ini yang mendasari peran perempuan desa tidak hanya lagi bekerja sebagai pembantu laki-laki khususnya dalam pertanian, perempuan sudah memiliki kesempatan untuk bekerja sebagai petani dan mengelola lahan pertanian dengan sendiri.Dalam pertanian perempuan juga sudah dapatmemiliki tanah pertanian dan mengawasi penggarapannya. Dengan


(57)

demikin perempuan tidak mengalami kesulitan untuk menghidupi dirinya sendiri dan keluarganya.

Jadi yang dimaksud dengan petani perempuan merupakan perempuan yang bekerja sebagai petani yang bercocok tanam dengan melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanamandengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk di gunakan sendiri ataupun menjualya kepada orang lain memperoleh pendapatan dan tidak lagi tergantung kepada laki-laki.

Kedudukan seseorang dalam masyarakat selain ditentukan oleh jabatan resminya berdasarkan hukum, ditentukan pula oleh adat, nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku, serta juga oleh kemampuan dan perannya dalam masyarakat. misalnya: kedudukannya sebagai isteri tugas yang melekat dalam dirinya atau perannya adalah mengatur rumah tangga; kedudukannya sebagai guru, perannya mengatur bahan ajar supaya anak didiknya sukses. Jadi kedudukan seseorang menentukan perannya, sebaliknya peran yang dilakukan oleh seseorang dapat mempengaruhi dan merubah kedudukannya dalam masyarakat. Petani Perempuan adalah sosok perempuan pedesaan baik yang dewasa maupun muda. Mereka adalah isteri petani atau anggota keluarga tani yang terlibat secara langsung atau tidak dengan tetap atau sewaktu-waktu dalam kegiatan usaha tani dan kesibukan lainnya berhubungan dengan kehidupan dan penghidupan keluarga tani dipedesaan (Sajogyo, 1985).

Petani Perempuan dari setiap daerah mempunyai masalah yang sama. Secara umum mereka menghadapi masalah yang sama pula. Yaitu tingkat hidup yang rendah dan jumlah keluarga yang relatif besar, tingkat pendidikan dan kesempatan belajar kurang, pengetahuan dan keterampilan yang sangatterbatas dan


(58)

tertinggal dalam usaha tani, kurangnya sikap positif terhadap kemajuan baik karena adat, agama, maupun kebiasaan hidup.Perempuan dalam proses pendidikan dipedesaan bukanlah berarti hanya sebagai suatu tindakan perikemanusiaan yang adil belaka, tindakan mengajar, mendorong perempuan dipedesaan untuk berpartisipasi dalam pendidikan merupakan suatu tindakan yang efisien. Ikut sertanya perempuan pada umumnya dalam pendidikan berarti pula memanfaatkan sumber daya manusia dengan potensi yang tinggi. Petani Perempuan sehubungan dengan peran dan kedudukannya dalam rumah tangga perlu diberikan perhatian khusus yang secara bersama dikaitkan dengan kepentingan keluarga tani. Padahal banyak orang percaya kalau perempuan selayaknya berada dilingkungan rumah tangga dengan tugas-tugas seperti melahirkan dan membesarkan anak, serta mengurus suami, agar keluarga tentram dan sejahtera.

Pandangan seperti itu dapat dibenarkan oleh penganut Teori Nature. Tetapi jika disimak, maka pandangan tersebut lebih memihak dan menguntungkan suami. Suami dengan segala aktifitasnya diluar rumah memungkinkan dihormati dan dihargai. Sementara isteri dengan keperempuan-nya ditempatkan pada posisi yang terpojok, karena perannya terbatas didalam rumah (sektor domestik), dan jerih payahnya tidak menghasilkan uang. (Sajogyo, 1985)

Perempuan memegang peran penting sebagai ibu rumah tangga dengan berbagai jenis pekerjaan dari yang berat sampai yang ringan, seperti mengatur rumah tangga, memasak, mencuci, mengasuh dan mendidik anak. Namun sejalan dengan perkembangan teknologi disektor pertanian, maka Petani Perempuan perlu meningkatkan pengetahuan, keterampilan sehingga dapat mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari segala jenis sumber daya yang ada disekitarnya berupa sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Karena itu, kemajuan yang


(59)

dicapai perempuan zaman sekarang dapat dijumpai pada banyak kaum hawa ini sebagai motor penggerak pembangunan dibidang pertanian, seperti kelompok tani, dalam kegiatan program peningkatan produksi pertanian, dalam kegiatan pasca panen produksi pertanian. Termasuk mengandung beban kerja dirumah tangga seperti mengambil air, mencari kayu bakar, memasak, menjual hasil panen, mendidik anak-anaknya, sebagai ibu rumah tangga dan mengabdi kepada suaminya.

Keikutsertaan perempuan dalam kegiatan mencari nafkah tidak lain karena pendapatan lelaki tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Keikutsertaan anggota keluarga mencari nafkah merupakan upaya peningkatan pendapatan guna mengatasi masalah memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga. Namun demikian perempuan juga diwajibkan melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara yang baik dan aktif dalam berbagai organisasi kewanitaan, serta menjunjung karirnya (Tan, 1996).

Peran Petani Perempuan di bidang pendidikan juga semakin berkembang terutama terhadap pendidikan anak di usia dini. Petani Perempuan mulai berpikir maju dan semakin memahami betapa pentingnya pendidikan bagi anak untuk masa depan. Karena itu, Petani Perempuan mempunyai peran melatih, membimbing dan mengajari anakanak mereka sebelum memasuki Pendidikan Formal (Sekolah Dasar). Meskipun Petani Perempuan mempunyai kesibukan dalam membantu mencari nafkah, tetapi mereka selalu memberikan perhatian terhadap perkembangan dan pendidikan anaknya.

2.2 Sosial Ekonomi

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur


(60)

masyarakat. Pemberian ini disertai pula seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status yang menjadi tingkatan drajat seseorang tersebut dapat dilihat melalui pendapatan, jenis pekerjaan, pendidikan dan investasi.

Manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya baik morak ataupun material. Kehidupan pokok dapat dijelaskan sebagai kebutuhan yang sangat penting guna kelangsungan hidup manusia. Abraham maslow mengungkapkan kebutuhan manusia terdiri dari kebutuhan dasar fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan kasis sayang, kebutuhan akan dihargai dan kebutuhan mengaktualisasikan diri.

Kehidupan sosial ekonomi adalah prilaku sosial dari masyarakat yang menyangkut interaksinya dan perilaku ekonomi masrakat yang berhubungan dengan pendapatan dan pemanfaatanya. Bila berbicara mengenai kehidupan sosial ekonomi, berarti juga membahas tentang kebutuhan dan cara seseorang berusaha memenuhi kebutuhan tersebut dan pemanfaatan hasil ekonomi yang diperoleh dan kehidupan – hari.

Salah satu faktor yang penting untuk membangun masyarakat yang sejahtera adalah sebuah teori sosial ekonomi yang baik. Sepanjang sejarah, manusia terus mencari jawaban bagaimana sumber daya di bumi ini yang dapat digunakan untuk dibagikan dengan baik. Tambahan pula masyarakat memerlukan suatu sistem pemerintahan yang dapat memenuhi semua kebutuhan anggotanya. Jawaban masyarakat akan keperluan itu menggambarkan nilai – nilai sosial ekonomi yang diikuti masyarakat pada saat itu.

Kajian tentang keadaan sosial ekonomi masyarakat berintikan pada gambaran keadaan tingkat kehidupan masyarakat yang selanjutnya merupakan gambaran dari tingkat pemenuhan atas kebutuhan masyarakat. Dalam


(1)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya. Selanjutnya shalawat beriringkan salam kepada Baginda Rasulullah SAW sebagai penuntun ummat ke jalan Kebenaran.

Penulis dapat menyelesaikan penyususan Skripsi ini yang berjudul “Peran Petani Perempuan Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga di Desa Meranti Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu”.

Dalam penulisan Skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan yang penulis miliki. Oleh sebab itu penulis mengharapakan kritik dan saran demi kesempurnaan penulis dimasa yang akan datang. Penulis berharap semoga Skiripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri maupun bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini dapat diselesaikan hanya dengan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini , dengan hati ikhlas penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Baharuddin, Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S. Sos, Msp selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan kelapangan ataupun kemudahan berupa moril materil selama mengikuti pendidikan.


(2)

3. Bapak Drs. Bengkel Ginting MSi, selaku dosen pembimbing saya yang selalu mau meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan dukungan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara untuk segala ilmu pengetahuan yang telah diberikan.

5. KakZuraida selaku pegawai di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang memberi dorongan dan kemudahan dalam mengurus administrasi penelitian.

6. Ibu Juwita S.Sos, selaku pegawai Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Joko Susilo, sebagai Kepala Desa Sambirejo Timur yang telah membantu mempermudah urusan peneliti selama melakukan penelitian di Desa tersebut.

8. Bapak April Yarmin Selaku Koordinator FCU, bg Erick selaku Serkertaris FCU yang telah banyak membantu mempermudah segala macam urusan selama melakukan penelitian.

9. Teristimewa untuk kedua orang tua yang kukasihi dan kubanggakan, Ayahanda Ali Amran Nasution dan Ibunda Dra Juniar, yang telah mengasuh, membesarkan dan mendidik saya dengan penuh kesabaran dan ketabahan serta banyak memberi semangat moril dan kasih sayang, materi dan juga doa kepada saya hingga saat ini, sehingga saya dapat


(3)

Esa dan dikarunia kesehatan, panjang umur, banyak rezeki dan tetap sabar dalam mendidik saya.

10. Terimah Kasih juga tidak lupa saya ucapkan Kepada Abang saya Muda Pordomuan Siregar, Kakak saya Dian Novita Siregar Dan Kedua Keponakan saya tercinta Raisa Alikha Siregar dan Kevin Syahdana Daulay yang telah Memberikan Semangat Kepada saya dalam menyelesaikan Skripsi ini.

11. Terima kasih yang spesial penulis sampaikan kepada sahabat Kepompong “ M Raja Metar Nst alias Memet , Irsan alias Ican, Surya alias Uya , Ismail Naibaho alias Mael , Raisa Karina Nasution alias Icung , Eni Syafrida Nasution alias Mak Enot , Tania Willy Sara alias Ucok, Riza Pahlevi alias Rojak”. yang telah menemani hari-hari penulis selama mengikuti pendidikan sampe saat ini.

12. Terimah Kasih Juga buat sahabat SMA saya yang sudah bertahun-tahun menjalin persahabatan dengan penulis, terkhususnya untuk Shobrina, M. Arifin, Jimy Evans, Slamet Sinaga, Syahleni Fitri, Ervan, Giovani, Febri Anwar Lubis, Dicky Asri terimah kasih untuk semua kebaikan-kebaikan yang telah kalian berikan kepada penulis. Berharap persahabatan kita tetap terjalin hingga kita tua nanti.

13. Terima kasih juga buat sahabat saya dari kecilYunanda Kesuma Putra Lubis, Yudhistira Pratama, Alm. Sutan Doli Pulungan yang sudah banyak membantu memberikan masukan dan juga dorongan selama proses perkuliahan penulis.


(4)

14. Seluruh Teman-teman PKL I, kak Uswatun Hutabarat (kak waa), Ogik, Umay, bg Anip yang telah banyak memberikan dorongan dan masukan selama masa perkuliahan penulis.

15. Seluruh teman-teman Se-Universitas Sumatera Utara khususnya stambuk 10 , jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial, Halason Simangunsong,Aisyah A.F Nasution, Mei-Mei, Ardi, Nanda, Desi, Megawati dan semuanya yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu.

16. Kepada semua pihak yang tidak tersebutkan namanya terima kasih atas bantuan dan dukungan.

Penulis menyadari hasil penelitian ini belum sesuai dengan yang diharapakan dan masih jauh dari kesempurnaan mengingat pengetahuan, waktu dan kemampuan yang dimiliki. Dengan kerendahan hati penulis membuka diri untuk saran dan kritikan yang dapat membangun guna perbaikan dimasa yang akan datang dan bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2014


(5)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2 Perumusan Masalah ……….. 10

1.3 TujuanPenelitiandanManfaat Penelitian ……… 11

1.3.1 TujuanPenelitian……….. 11

1.3.2 ManfaatPenelitian……… 11

1.4 Sistematika Penulisan………... 12 BAB IITINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peran Petani Prempuan……… 13

2.1.1 Pengertian Peran ………. 13 2.2 Petani Perempuan ………... 21 2.2.1 Petani ... 21

2.2.2 Perempuan ... 22

2.2.3Perempuan Sebagai Petani ... 22

2.3 Kesejahteraan Sosial ... 27


(6)

2.3.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial ...27

2.4 Kerangka Pemikiran……….. 30

2.5 Definisi konsep dan Definisi Operasional ... 32

2.5.1 Definisi Konsep……….... 32

2.5.2 Definisi Operasional………...32

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian... 35 3.2 Lokasi Penelitian... 35 3.3 Informan Penelitian... 35

3.3.1 Informan Kunci ... 36

3.3.2 Informan Utama ...36 3.4 TeknikPengumpulan Data... 36 3.5 Teknis Analisis Data... 37