Kesimpulan Perlindungan Cagar Budaya Warisan Dunia (World Heritage), yang Dipersengketakan oleh Negara-negara Menurut Hukum Internasional (Studi Kasus: Sengketa Angkor Wat)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. UNESCO, sebagai satu-satunya badan Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB dengan tugas khusus untuk melindungi cagar budaya berada dalam pengawasan upaya internasional untuk melindungi benda bersejarah, kreativitas dan keberagaman di seluruh dunia, berperan aktif dalam upaya perlindungan dan pewarisan kebudayaan berwujud tangible culture dan kebudayaan tidak berwujud intangible culture dalam negara-negara di dunia. Dengan cara membuat Konvensi-Konvensi yang bertujuan untuk melindungi kebudayaan dunia. Apabila negara tak mampu melindungi atau bahkan bila rezim yang berkuasa di negara bersangkutanlah yang melakukan pengrusakan terhadap benda budaya, maka masyarakat dunia tak mampu melakukan apapun. Konvensi UNESCO 1972 yang dinilai sebagai instrumen terlengkap dalam perlindungan benda budaya dunia pun tak mampu untuk menjamin penghukuman pada pelaku pengrusakan benda budaya dunia. Penerapan di Indonesia terhadap konvensi-konvensi yang diselenggarakan oleh UNESCO, adalah Indonesia telah ikut serta dengan meratifikasi beberapa konvensi-konvensi UNESCO antara lain : Konvensi Tahun 1972 Tentang Perlindungan Warisan Dunia, Konvensi Tahun Tahun 2003 Mengenai Perlindungan Warisan Budaya Takbenda, Konvensi Tahun 2005 Mengenai Proteksi dan Promosi Keanekaragaman Ekspresi Budaya. Walaupun demikian Indonesia masih tidak terlepas dari ancaman klaim dan Universitas Sumatera Utara pengrusakan kebudayaan yang di lakukan oleh pihak lain. di sebabkan karena pemerintah Indonesia sendiri yang belum tegas dalam membentuk instrumen hukum yang pasti terhadap perlindungan kebudayaannya. 2. Prosedur pengakuan internasional terhadap cagar budaya terdapat dalam Pasal 11 Konvensi tentang Cagar Budaya tahun 1972 yaitu dimulai dari , Dimasukkannya properti dalam Daftar Warisan Dunia. Komite harus menetapkan kriteria atas dasar yang properti milik budaya atau alam dapat dimasukkan dalam salah satu daftar yang disebutkan dalam ayat 2 dan 4 pasal ini .Sebelum menolak suatu permintaan untuk dimasukkan dalam salah satu dari dua daftar yang disebutkan dalam ayat 2 dan 4 pasal ini , Komite harus berkonsultasi dengan Negara Pihak yang di wilayahnya budaya atau alami properti tersebut berada. Komite, dengan persetujuan dari Negara yang bersangkutan , mengkoordinasikan dan mendorong studi dan penelitian yang diperlukan untuk menyusun dari daftar sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dan 4 pasal ini .Setelah itu semua di dalam Pasal 13 Konvensi Cagar Budaya menjadi Warisan Dunia , Komite Warisan Dunia akan menerima dan mempelajari permintaan bantuan internasional dirumuskan oleh Negara Pihak . Komite akan memutuskan tindakan yang akan diambil sehubungan dengan permintaan ini , menentukan mana yang tepat , sifat dan tingkat bantuannya , dan mengotorisasi kesimpulan , atas namanya , dari pengaturan yang diperlukan dengan pemerintah yang bersangkutan . Komite harus menentukan urutan prioritas untuk operasinya. Universitas Sumatera Utara 3. Penyelesaian cagar budaya yang dipersengketakan oleh Negara-negara . Secara umum, ada dua cara penyelesaian sengketa internasonal, yakni penyelesaian secara damai dan penyelesaian secara paksa atau kekerasan apabila penyelesaian secara damai gagal terlakana. Penyelesaian sengketa internasional secara damai merupakan penyelesaian tanpa paksaan atau kekerasan.Cara-cara penyelesaian secara damai meliputi arbitrase; penyelesaian yudisial; negosiasi, jasa-jasa baik, mediasi, konsiliasi, penyelidikan; dan penyelesaian di bawah naungan organisasi PBB. Penyelesaian Sengketa Internasional secara Paksa atau Kekerasan . Adakalanya para pihak yang terlibat dalam sengketa internasional tidak dapat mencapai kesepakatan untuk menyelesaikan sengketa tersebut secara damai. Apabila hal tersebut terjadi, maka cara penyelesaian yang mungkin adalah dengsn cara-cara kekerasan. Cara-cara penyelesaian dengan kekerasan diantaranya adalah perang dan tindakan bersenjata nonperang; retorsi; tindakan-tindakan pembalasan; blockade secara damai; intervensi. Penyelesaian Sengketa Internasional melalui Mahkamah Internasional. Persengketakan yang terjadi di dunia internasional ada baiknya diselesaikan secara yudisial, meskipun penyelesaian secara nonyudisial pun dapat dilakukan. Adapun lembaga internasional yang bertugas menyelesaikan sengketa internasional secara yudisial diemban oleg Mahkamah Internasional Universitas Sumatera Utara

B. Saran