4.2.4 Sikap Pedagang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat dilihat sikap pedagang
yang tertera pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Distribusi Sikap Pedagang Daging Ayam di Pasar Tradisional
Kecamatan Medan Baru Kota Medan Tahun 2016 No
Pernyataan Setuju
Tidak setuju
Jumlah n
n n
1. Kebersihan tangan adalah
hal yang penting untuk menghindari kontaminasi
bakteri pada daging ayam 20
60,6 13
39,4 33
100,0
2. Mencuci tangan
menggunakan sabun harus dilakukan oleh pedagang
sebelum menjamah daging ayam
8 24,2
25 75,8
33 100,0
3. Pedagang boleh memiliki
kuku panjang 15
45,5 18
54,5 33
100,0
4. Pedagang harus mengganti
sesering mungkin air panas untuk pencabutan bulu
9 27,3
24 72,7
33 100,0
5. Untuk menghindari
kontaminasi, seharusnya mengganti kain lap sesering
mungkin dengan yang bersih 20
60,6 13
39,4 33
100,0
6. Tempat pencucian daging
ayam dan ampela seharusnya dipisahkan
30 90,9
3 9,1
33 100,0
7. Pedagang harus
menggunakan air bersih dan mengalir untuk proses
pencucian ayam 32
97,0 1
3,0 33
100,0
8. Sebelum digunakan
peralatan harus dibersihkan dahulu
11 33,3
22 66,7
33 100,0
9. Pisau yang digunakan untuk
menyembelih dapat digunakan kembali untuk
memotong karkas 9
27,3 24
72,7 33
100,0
Universitas Sumatera Utara
10. Pedagang memisahkan
tempat penyembelihan dengan tempat meletakkan
daging yang siap dijual 29
87,9 4
12,1 33
100,0
11. Pedagang harus
menyediakan tempat penampungan kotoran ayam
26 78,8
7 21,2
33 100,0
12. Darah dari pemotongan
ayam boleh langsung dibuang ke saluran air
limbah 26
78,8 7
21,2 33
100,0
13. Kebersihan tempat berjualan
harus dijaga oleh pedagang 29
87,9 4
12,1 33
100,0 Berdasarkan penelitian diatas dapat dilihat bahwa sikap pedagang
kebersihan tangan adalah hal yang penting untuk menghindari kontaminasi bakteri pada daging ayam sebanyak 20 orang 60,6 mengatakan sikap setuju. Sikap
pedagang tentang mencuci tangan menggunakan sabun harus dilakukan sebelum menjamah daging ayam sebanyak 25 orang 75,8 menjawab tidak setuju. Sikap
pedagang tentang kuku yang panjang sebanyak 18 orang 54,5 menjawab tidak setuju. Sikap pedagang terhadap penggantian air panas sesering mungkin untuk
pencabutan bulu sebanyak 24 orang 72,7 menjawab tidak setuju. Sikap pedagang terhadap penggantian kain lap sesering mungkin dengan yang bersih
sebanyak 20 orang 60,6 menjawab setuju. Sikap pedagang tentang pencucian ampela dan daging ayam seharusnya
dipisahkan sebanyak 30 orang 90,9 menjawab setuju. Sikap pedagang tentang menggunakan air bersih dan mengalir untuk proses pencucian daging ayam
sebanyak 32 orang 97,0 menjawab setuju. sikap pedagang tentang peralatan harus dibersihkan dahulu sebelum digunakan sebanyak 22 orang 66,7
menjawab tidak setuju. Sikap pedagang tentang pisau yang digunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
menyembelih dapat digunakan kembali untuk memotong karkas sebanyak 24 orang 72,7 menjawab tidak setuju.
Sikap pedagang tentang pemisahan tempat penyembelihan dengan tempat meletakkan daging yang siap dijual sebanyak 29 orang 87,9 menjawab setuju.
Sikap pedagang tentang pedagang harus menyediakan tempat penampungan kotoran ayam sebanyak 26 orang 78,8 menjawab setuju. Sikap pedagang
terhadap darah dari pemotongan boleh langsung dibuang ke saluran air limbah sebanyak 26 orang 78,8 menjawab setuju. Sikap pedagang terhadap
kebersihan tempat berjualan harus dijaga oleh pedagang sebanyak 29 orang 87,9 menjawab setuju.
Berdasarkan data tentang sikap pedagang di atas, setelah dilakukan pengelompokan berdasarkan kategori baik, sedang, buruk dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Pedagang Daging Ayam di Pasar Tradisional Kecamatan Medan Baru
Variabel Jumlah n
Persentase
Sikap Pedagang Baik
Sedang Buruk
Total 11
22 33
33,3 66,7
100,0
Berdasarkan penelitian diatas dapat dilihat bahwa tingkat kategori sikap responden yang baik sebanyak 11 orang 33,3, sedangkan yang sedang
sebanyak 22 orang 66,7 dan tidak ada responden yang memiliki tingkat sikap yang buruk.
Universitas Sumatera Utara
4.2.5 Tindakan Pedagang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat dilihat sikap pedagang yang tertera pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan Pedagang Daging Ayam di Pasar Tradisional Kecamatan Medan Baru
No. Pernyataan
Ya Tidak
Jumlah n
n n
1. Selalu menjaga kebersihan
tangan pada saat menangani daging ayam
27 81,8 6
18,2 33 100,0
2. Menutup luka pada luka
terbukabisul atau
luka lainnya atau tidak terdapat
luka 6
18,2 27 81,8 33
100,0
3. Menjaga kuku tetap pendek
dan bersih 9
27,3 24 72,7 33
100,0 4.
Memisahkan tempat
pencucian ampela dan daging ayam
7 21,2 26
78,8 33 100,0
5. Mencuci tangan setiap kali
hendak menangani daging ayam
4 12,1 29
87,9 33 100,0
6. Membuang
darah dari
pemotongan ayam ke saluran air limbah
25 75,8 8
24,2 33 100,0
7. Selalu
menggunakan air
mengalir untuk
mencuci daging ayam
15 45,5 18
54,5 33 100,0
8. Mencuci
peralatan yang
sudah dipakai dengan air bersih,
mengalir, dan
menggunakan sabun 8
24,2 25 75,8 33
100,0
9. Mengeringkan peralatan yang
sudah selesai dipakai dengan kain lap yang bersih
5 15,2 28
84,8 33 100,0
10. Menyimpan peralatan
di tempat
yang bebas
pencemaran 7
21,2 26 78,8 33
100,0 11. Tidak menggunakan pisau
menyembelih untuk
memotong karkas 28
84,8 5 15,2 33
100,0 12. Selalu mengganti air untuk
mencuci daging dalam ember bila sudah keruh
23 69,7 10
30,3 33 100,0
Universitas Sumatera Utara
13. Membedakan serbet untuk membersihkan
meja dan
serbet untuk mengupas kulit ayam
8 24,2 25
75,8 33 100,0
14. Serbet diganti
sesering mungkin dengan yang bersih
30 90,9 3
9,1 33
100,0 15. Menyiram meja penjualan
setiap kali kotor 22
66,7 11 33,3 33
100,0 Dari hasil penelitian di atas diketahui tindakan pedagang dalam menjaga
kebersihan tangan pada saat menangani daging ayam sebanyak 27 orang 81,8 menjawab ya dan menjawab tidak sebanyak 6 orang 18,2. Tindakan pedagang
yang menutup luka sebanyak 6 orang 18,2 menjawab ya dan 27 orang 81,8 menjawab tidak. Tindakan pedagang yang menjaga kuku tetap pendek dan bersih
sebanyak 9 orang 27,3 menjawab ya dan 24 orang 72,7 menjawab tidak. Tindakan pedagang yang memisahkan tempat pencucian ampela dan daging ayam
sebanyak 7 orang 21,2 menjawab ya dan menjawab tidak sebanyak 26 orang 78,8. Tindakan pedagang yang mencuci tangan setiap kali hendak menangani
daging ayam sebanyak 4 orang 12,1 menjawab ya dan menjawab tidak sebanyak 29 orang 87,89.
Tindakan pedagang yang tidak membuang darah dari pemotongan ayam ke saluran air limbah sebanyak 25 orang 75,8 dan yang menjawab tidak
sebanyak 8 orang 24,2. Tindakan pedagang yang selalu menggunakan air mengalir untuk mencuci daging ayam sebanyak 15 orang 45,5 dan menjawab
tidak sebanyak 18 orang 54,5. Tindakan pedagang yang mencuci peralatan dengan menggunakan air bersih, menagalir dan menggunakan sabun sebanyak 8
orang 24,2 dan sebanyak 25 orang 75,8 menjawab tidak. Tindakan pedagang yang mengeringkan peralatan menggunakan kain lap yang bersih
sebanyak 5 orang 15,2 dan sebanyak 28 orang 84,8 menjawab tidak.
Universitas Sumatera Utara
Tindakan pedagang yang menyimpan peralatan di tempat yang bebas pencemaran sebanyak 7 orang 21,2 dan sebanyak 26 orang 78,2. Tindakan
pedagang yang tidak menggunakan pisau menyembelih untuk memotong karkas sebanyak 28 orang 84,8 dan menjawab tidak sebanyak 5 orang 15,2. Tindakan
pedagang yang selalu mengganti air untuk mencuci daging ayam di ember bila sudah keruh sebanyak 23 orang 69,7 dan menjawab tidak sebanyak 10 orang 30,3.
Tindakan pedagang yang membedakan serbet untuk membersihkan meja dan serbet untuk mengupas kulit ayam sebanyak 8 orang 24,2 menjawab ya dan menjawab tidak
25 orang 75,8 menjawab tidak. Tindakan pedagang yang mengganti serbet sesering mungkin dengan yang bersih sebanyak 30 orang 90,9 menjawab ya dan menjawab
tidak sebanyak 3 orang 9,1. Tindakan pedagang yang menyiram meja penjualan setiap kali kotor sebanyak 22 orang 66,7 dan menjawab tidak sebanyak 11 orang
33,3. Berdasarkan data tentang tindakan pedagang di atas, setelah dilakukan
pengelompokan berdasarkan kategori baik, sedang, buruk dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Kategori Tindakan Pedagang Daging Ayam di Pasar Tradisional Kecamatan Medan Baru
Variabel Jumlah n
Persentase
Tindakan Pedagang Baik
Sedang Buruk
Total 3
23 7
33 9,1
69,7 21,2
100,0
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penelitian diatas dapat dilihat bahwa tingkat kategori tindakan responden yang dikategorikan baik sebanyak 3 orang 9,1, sedangkan
dalam kategori sedang sebanyak 23 orang 69,7 dan kategori buruk sebanyak 7 orang 21,2.
4.2.6 Sanitasi Tempat Penjualan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat dilihat sanitasi tempat
penjualan daging ayam yang tertera pada tabel 4.10. Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Sanitasi Tempat Penjualan Daging Ayam di
Pasar Tradisional Kecamatan Medan Baru No.
Uraian Skore
Jumlah n Persentase
A. Lokasi, Bangunan, Fasilitas
1. Halaman bersih, rapi,
tidak becek,
dan berjarak
sedikitnya 500 meter dari sarang
lalattempat pembuangan sampah,
serta tidak tercium bau busuk atau tidak sedap
yang
berasal dari
sumber pencemar 1
33 100,0
Jumlah 33
100,0 2.
Konstruksi bangunan kuat,
aman, terpelihara, bersih dan
bebas dari
barang- barang
yang tidak
berguna atau barang sisa
1 33
100,0
Jumlah 33
100,0 3.
Lantai kedap air, rata, tidak licin, tidak retak,
terpelihara, dan mudah dibersihkan.
1 33
100,0
Jumlah 33
100,0 4.
Dinding dan langit- langit dibuat dengan
baik, terpelihara dan 1
33 100,0
Universitas Sumatera Utara
mudah dibersihkan. Jumlah
33 100,0
5. Bagian dinding yang
kena percikan
air dilapisi bahan kedap
air setinggi 2 dua meter dari lantai.
1 33
100,0
Jumlah 33
100,0 PENCAHAYAAN
6. Pencahayaan
sesuai dengan kebutuhan dan
tidak menimbulkan
bayangan. Kuat
cahaya sedikitnya 10 fc pada bidang kerja.
1 33
100,0
Jumlah 33
100,0 PENGHAWAAN
7. Ruang
maupun peralatan
dilengkapi ventilasi yang baik
sehingga terjadi
sirkulasi udara dan tidak pengap.
1 33
100,0
Jumlah 33
100,0 AIR BERSIH
8. Sumber
air bersih
aman, jumlah cukup dan bertekanan.
1 2
3 4
- 2
17 10
4 -
6,1 51,5
30,3 12,1
Jumlah 33
100,0 AIR KOTOR
9. Pembuangan
air limbah dan saluran air
hujan lancar, baik, dan tidak menggenang.
1 33
100,0
Jumlah 33
100,0 FASILITAS
CUCI TANGAN
DAN TOILET
10. Jumlah cukup, tersedia
sabun, nyaman dipakai dan
mudah dibersihkan.
1 2
3 -
26 4
3 -
78,8 12,1
9,1
Jumlah 33
100,0
Universitas Sumatera Utara
PEMBUANGAN SAMPAH
11. Tersedia
tempat sampah yang cukup,
bertutup, anti lalat, kecoa,
tikus dan
dilapisi kantong
plastik yang
selalu diangkat setiap kali
penuh 1
2 -
31 2
- 93,9
6,1
Jumlah 33
100,0 RUANG
PENGOLAHAN MAKANAN
12. Tersedia luas lantai
yang cukup
untuk pekerja
pada bangunan, dan terpisah
dengan tempat tidur atau tempat mencuci
pakaian. 1
33 100,0
Jumlah 33
100,0 13.
Ruangan bersih dari barang
yang tidak
berguna berguna
tersebut disimpan rapi di gudang.
1 33
100,0
Jumlah 33
100,0 PERALATAN
14. Perlindungan terhadap
peralatan dalam cara pembersihan,
penyimpanan, penggunaan
dan pemeliharaannya.
1 2
31 2
93,9 6,1
Jumlah 33
100,0 15.
Proses pencucian
melalui tahapan mulai dari pembersihan sisa
makanan, perendaman, pencucian
dan pembilasan.
1 2
3 4
5 -
4 19
6 3
1 -
12,1 57,6
18,2 9,1
3,0
Jumlah 33
100,0 16.
Perlindungan terhadap serangga, tikus, hewan
peliharaan dan hewan pengganggu lainnya.
1 2
3 4
- 27
5 1
- -
81,8 15,2
3,0 -
Universitas Sumatera Utara
Jumlah 33
100,0
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Kategori Hasil Observasi Sanitasi Tempat Penjualan Daging Ayam di Pasar Tradisional Kecamatan Medan
Baru
Variabel Jumlah n
Persentase
Sanitasi Baik
Sedang Buruk
Total 2
11 20
33 6,1
33,3 60,6
100,0
Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa sanitasi tempat penjualan yang baik sebanyak 2 tempat 6,1, sedangkan dalam kategori sedang sebanyak
11 tempat 33,3 dan yang memiliki sanitasi tempat penjualan yang buruk sebanyak 20 tempat 60,6.
4.2.7 Keberadaan Salmonella sp.
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sampel daging ayam yang diambil dari pasar tradisonal di Kecamatan Medan Baru, yaitu Pasar
Sembada, Pasar Padang Bulan dan Pasar Pringgan, maka dapat dilihat keberadaan Salmonella sp. pada tabel 4.12.
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Kategori Keberadaan Salmonella sp. Pada Daging Ayam di Pasar Tradisional Kecamatan Medan Baru
Variabel Jumlah n
Persentase
Salmonella Positif
Negatif Total
4 29
33 12,1
87,9 100,0
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium dapat diketahui sampel daging ayam yang positif Salmonella sp. sebanyak 4 12,1 dan sampel yang negatif
Salmonella sp. sebanyak 29 87,9.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang bermakna antara variabel independen higiene perorangan, pengetahuan
pedagang, sikap pedagang, tindakan pedagang, sanitasi tempat penjual dengan keberadaan Salmonella sp.pengujian analisis bivariat dilakukan dengan
menggunakan uji Chi Square. Alasan pemilihan analisis menggunakan Chi Square, disebabkan variabel independen kategorik dan variabel dependen juga
kategorik. Analisis ini dikatakan bermakna signifikan bila hasil analisis menunjukkan adanya hubungan bermakna secara statistik antara variabel, yaitu
nilai p value 0,05. Variabel yang dianalisis adalah higiene perorangan, pengetahuan pedagang, sikap pedagang, tindakan pedagang dan sanitasi tempat
penjualan seperti tertera pada tabel 4.13 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.13 Hasil Uji Chi Square Hubungan Variabel Independen Higiene Perorangan, Pengetahuan Pedagang, Sikap Pedagang, Tindakan
Pedagang dan Sanitasi Tempat Penjualan dengan Keberadaan Salmonella sp. Pada Daging Ayam di Pasar Tradisional
Kecamatan Medan Baru
Variabel Keberadaan Salmonella sp.
Total p
Positif Negatif
n n
n
Higiene perorangan
Baik Sedang
Buruk Total
Pengetahuan pedagang
Baik Sedang
Buruk Total
Sikap pedagang
Baik Sedang
Buruk Total
Tindakan pedagang
Baik Sedang
Buruk Total
Sanitasi tempat
Baik Sedang
Buruk total
- 2
2 4
1 1
2 4
3 1
- 4
1 3
4
2 2
4 -
11,1 13,3
12,1
33,3 6,7
13,3 12,1
27,3 4,5
- 12,1
33,3 13,0
0,0 12,1
0,0 18,2
10,0 12,1
- 16
13 29
2 14
13 29
8 21
- 29
2 20
7 29
2 9
18 29
- 88,9
86,7 87,9
66,7 93,3
86,7 87,9
72,7 95,5
- 87,9
66,7 87,0
100,0 87,9
100,0 81,8
90,0 87,9
- 18
15 33
3 15
15 33
11 22
- 33
3 23
7 33
2 11
20 33
- 100,0
100,0 100,0
100,0 100,0
100,0 100,0
100,0 100,0
- 100,0
100,0 100,0
100,0 100,0
100,0 100,0
100,0 100,0
0,846
0,426
0,059 0,324
0,691
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 4.13 diatas dapat diketahui bahwa pada pedagang dengan higiene perorangan yang sedang ditemukan Salmonella sp. positif
sebanyak 2 11,1 dan Salmonella sp. negatif sebanyak 16 88,9 sedangkan pada higiene perorangan yang buruk ditemukan Salmonella sp. positif sebanyak 2
13,3 dan Salmonella sp. negatif 13 86,7. Berdasarkan hasil uji statistik antara higiene perorangan dengan Salmonella sp. diperoleh nilai p value 0,846
0,05 sehingga H0 diterima. Hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan antara higiene perorangan dengan keberadaan Salmonella sp.
Pada pengetahuan pedagang dengan pengetahuan yang baik ditemukan Salmonella sp. positif sebanyak 1 33,3 dan negatif 2 66,7 sedangkan pada
pengetahuan sedang ditemukan Salmonella sp. positif sebanyak 1 6,7 dan Salmonella sp. negatif 14 93,3. Pada pengetahuan pedagang dengan
pengetahuan yang buruk ditemukan Salmonella sp. positif sebanyak 2 13,3 dan negatif sebanyak 13 86,7. Berdasarkan hasil uji statistik antara
pengetahuan pedagang dengan Salmonella sp. diperoleh nilai p value 0,426 0,05 sehingga H0 diterima. Hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan antara
pengetahuan pedagang dengan keberadaan Salmonella sp. Pada pedagang dengan sikap baik ditemukan Salmonellasp. positif
sebanyak 3 27,3 dan Salmonella sp. negatif sebanyak 8 72,7 sedangkan pada sikap pedagang dengan sikap yang sedang ditemukan Salmonella sp. positif
sebanyak 1 4,5 dan negatif Salmonella sp. sebanyak 21 95,5. Pada tindakan pedagang dengan tindakan pedagang yang baik ditemukan Salmonella
sp. positif sebanyak 1 33,3 dan negatif Salmonella sp. sebanyak 2 66,7 sedangkan pada tindakan pedagang yang sedang ditemukan Salmonella sp. positif
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 3 13,0 dan negatif Salmonella sp. sebanyak 20 87,0, dan pada tindakan pedagang yang buruk tidak ditemukan Salmonella sp. positif dan negatif
sebanyak 7 100,0. Hasil uji statistik antara sikap pedagang dengan Salmonella sp. diperoleh nilai p value 0,059 0,05 sehingga H0 diterima. Hal ini berarti tidak
ada hubungan antara sikap pedagang dengan keberadaan Salmonella sp. Pada sanitasi tempat penjualan dengan sanitasi yang baik tidak ditemukan
positif Salmonella sp. dan negatif Salmonella sp. sebanyak 2 100,0 sedangkan sanitasi tempat penjualan dengan sanitasi sedang ditemukan positif Salmonella sp.
sebanyak 2 18,2 dan negatif Salmonella sp. sebanyak 9 81,8 dan sanitasi yang buruk ditemukan positif Salmonella sp. sebanyak 2 10,0 dan negatif
Salmonella sp. sebanyak 18 90,0. Hasil uji statistik antara sanitasi tempat penjualan dengan Salmonellasp. diperoleh p value 0,691 0,05 berarti H0
diterima. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara sanitasi tempat penjualan dengan keberadaan Salmonella sp.
Universitas Sumatera Utara
100
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Higiene Perorangan, Pengetahuan Pedagang, Sikap Pedagang,
Tindakan Pedagang dan Sanitasi Tempat Penjualan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui secara umum higiene perorangan pedagang daging ayam di pasar tradisional Kecamatan Medan baru termasuk
dalam kategori sedang. Tidak semua pedagang mencuci tangan setelah menyembelih daging ayam, karena ketika melayani pembeli yang banyak mereka
mengaku tidak sempat untuk selalu mencuci tangan dan mencuci tangan pakai sabun dilakukan apabila tangan sudah terlalu kotor.
Selain itu, 18 orang pedagang mengaku mencuci pakaian kerja apabila kotor saja, karena mereka menggunakan celemek pada saat bekerja sehingga
pakaian kerja dianggap tidak perlu dicuci setiap hari. Sama halnya dengan penggunaan celemek, mereka mencuci apabila kotor saja dan hanya 2 pedagang
yang mengatakan bahwa celemek perlu dicuci minimal satu kali dalam sehari. Kebersihan kuku juga tidak semua pedagang yang memperhatikannya.
Hanya 7 pedagang yang kukunya dalam keadaan pendek dan bersih dan 15 pedagang mengaku kadang-kadang saja memperhatikan kebersihan kuku.
Sebagian besar pedagang mengatakan tetap menangani daging ayam walaupun sedang menderita penyakit kulit ditangan selama mereka mampu tetap bekerja.
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa secara umum pengetahuan pedagang daging ayam di pasar tradisional Kecamatan Medan Baru termasuk
dalam kategori sedang. Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia
Universitas Sumatera Utara
sebagai hasil penggunaan panca indranya yang berbeda sekali dengan kepercayaan penerangan-penerangan yang keliru Soekanto dalam Mubarak,
2007. Perilaku yang di sadari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak di sadari oleh pengetahuan sebab perilaku ini terjadi akibat
adanya paksaan atau peraturan untuk berbuat. Hasil penelitian menunjukkan sikap responden termasuk dalam kategori
sedang. Responden yang memiliki sikap dalam kategori sedang sebanyak 22 orang dimungkinkan karena responden tidak memahami tentang sikap yang baik
dalam menangani daging ayam. Sikap adalah penilaian bisa berupa pendapat seseorang terhadap stimulasi atau objek dalam hal ini adalah masalah kesehatan,
termasuk penyakit. Setelah seseorang mengetahui stimulasi atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulasi atau objek kesehatan
tersebutSoekidjo, 2003. Hasil penelitian tindakan pedagang daging ayam dikategorikan sedang.
Ada 30 pedagang yang mengganti serbet sesering mungkin dengan yang bersih dan 28 pedagang yang tidak menggunakan pisau menyembelih untuk memotong
karkas. Asumsi penelitian sebagian besar pedagang sudah mengerti cara untuk menghindari kontaminasi Salmonellasp. pada daging ayam. Hal ini didukung
dengan hasil temuan di laboratorium bahwa hanya 4 sampel yang positif Salmonellasp. dari 33 sampel.
Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan terhadap sanitasi tempat penjualan didapatkan bahwa sanitasi tempat penjualan daging ayam di
pasar tradisional Kecamatan Medan Baru dikategorikan buruk. Dalam pencucian
Universitas Sumatera Utara
daging ayam sebagian besar pedagang tidak mencuci dengan air yang mengalir. Pencucian daging ayam dilakukan di dalam air yang tergenang di ember. Tempat
pembuangan sampah yang tersedia tidak tertutup dan tidak kedap air, sehingga menjadi tempat bersarangnya tikus dan kecoa. Dalam perlindungan terhadap
peralatan dalam cara pembersihan dan penyimpanan masih belum baik, karena peralatan yang telah selesai digunakan diletakkan begitu saja di meja dan tidak
tersedia tempat penyimpanan peralatan guna menjaga kebersihan peralatan. Didalam upaya sanitasi makanan,terdapat beberapa tahapan yang
harusdiperhatikan sebagai berikut ; keamanan dan kebersihan produk makanan yangdiproduksi,
kebersihan individu
dalam pengolahan
produk makanan,keamananterhadap penyediaan air, pengelolaan pembuangan air limbah
dan kotoran,perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama proses pengolahan,penyajiandan penyimpanan, penyucian dan pembersihan alat
perlengkapan Chandra 2007.
5.2 Keberadaan Salmonella sp. pada Daging Ayam
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap 33 sampel di pasar tradisional Kecamatan Medan Baru menunjukkan bahwa sebanyak 4 sampel
daging ayam ditemukan keberadaan Salmonella sp. dan 29 sampel daging ayam tidak ditemukan keberadaan Salmonella sp.Sampel yang positif Salmonella sp.
berasal dari Pasar Sembada sebanyak 1 sampel, dari Pasar Padang Bulan sebanyak 1 sampel, dan dari Pasar Pringgan sebanyak 2 sampel daging ayam.
Hasil pengujian yang positif menunjukkan bahwa terdapat kontaminasi Salmonella sp. pada daging ayam. Kondisi ini mirip dengan penelitian Aerita
Universitas Sumatera Utara
2014 di pasar tradisional Kabupaten Tegal, yaitu Pasar Banjaran dan Pasar Trayeman yang hasilnya ditemukan 5 sampel daging ayam positif Salmonellasp.
dan 25 sampel daging ayam negatif Salmonella sp. Hal ini erat sekali dengan terjadinya kontaminasi pada makanan, karena manusia merupakan sumber
potensial mikroba. Sumber kontaminasi potensial ini terdapat selama jam kerja dari para pekerja yang menangani makanan. Setiap kali tangan pekerja
mengadakan kontak dengan bagian tubuh yang mengandung mikroba, maka tangan tersebut akan terkontaminasi, dan segera akan mengkontaminasi makanan
yang disentuh BPOM, 2003. Menurut Marriott 1997 pencemaran karkas ayam oleh Salmonella sp.
dapat dengan mudah terjadi dari satu karkas ke karkas lain melalui tangan pekerja yang tercemar Salmonella sp. Hal ini disebabkan karena terjadinya kontaminasi
pada daging ayam, yang mana tangan pedagang merupakan sumber potensial mikroba, yang akan mengkontaminasi makanandaging yang disentuh.
Hasil pengujian yang negatif menunjukkan bahwa tidak terdapat kontaminasi Salmonella sp. pada daging ayam walaupun higiene perorangan
pedagang, pengetahuan, sikap, tindakan pedagang dan sanitasi tempat penjualan pada rentang kategori sedang dan buruk. Rendahnya persentase paparan bakteri
patogen dapat disebabkan ketidakmampuan berkompetisi dengan bakteri lainnya seperti yang dijelaskan oleh Supardi dan Sukamto yang disitasi oleh Saptarini
2009 bahwa Salmonellasp.tidak dapat berkompetisi secara baik dengan mikroba-mikroba umum yang terdapat di dalam makanan. Oleh karena itu,
pertumbuhannya sangat terhambat dengan adanya bakteri-bakteri lain, misalnya
Universitas Sumatera Utara
bakteri pembusuk, bakteri genus Escherichia dan bakteri asam laktat BAL. Berdasarkan hasil pemeriksaan di laboratorium terhadap sampel daging ayam,
bahwa sebagian besar sampel terdapat Proteus dan Eschericia coli, sehingga sangat menghambat pertumbuhan Salmonella sp.
Rendahnya persentase Salmonella sp. dapat juga dipengaruhi oleh suhu, sebab kecepatan tumbuh dengan tiba-tiba sangat menurun pada batas atas dan
bawah kisaran suhu. Kebanyakan bakteri berhenti tumbuh pada suhu suhu minimum untuk tumbuh jauh diatas titik beku air. Setiap mikroorganisme
mempunyai suhu yang tepat untuk pertumbuhan, tetapi di bawah suhu ini pertumbuhan tidak terjadi betapa pun lamanya masa inkubasi Stainer, 1984.
Salmonella sp. sensitif terhadap panas sehingga dapat mati pada suhu pasteurisasi. Namun Salmonella sp. relatif dapat bertahan hidup pada suhu rendah.
Matches dan Liston 1968 dalam Jay et al 2005 melaporkan bahwa Salmonella sp. dapat tumbuh pada suhu 5-
47 C dengan suhu optimum 35-37 C. Menurut D’Aoust 2000, jumlah sel akan berkurang secara berangsur-angsur selama
penyimpanan beku suhu - 20 C. Dalam penelitian ini, sebelum dilakukan
pemeriksaan terhadap sampel daging ayam, sampel tersebut terlebih dahulu disimpan di dalam freezer dengan suhu -
20 C selama seminggu. Hal ini memungkinkan kerusakan atau kematian sel Salmonella sp. Hal ini didukung oleh
teori Herbert dan Sutherland 2000, saat suhu mendekati atau diturunkan dibawah suhu optimum pertumbuhan suatu mikroorganisme, maka pertumbuhan
mikroba akan terhenti. Sehingga dalam penelitian ini, keberadaan Salmonella sp. pada saat pemeriksaan hanya ditemukan pada 4 sampel.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian tentang Salmonella sp. ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Nurfitriani 2012 pada daging ayam beku yang dilalulintaskan
melalui pelabuhan penyeberangan merak, menunjukkan bahwa dari 53 sampel yang diuji terdapat 2 sampel positif Salmonella sp. dan 51 sampel negatif. Adanya
bakteri pada 2 sampel ayam beku ini diduga berasal dari higiene penjamah, perlakuan penjual dan pembeli lain, sanitasi lingkungan selama proses
penyembelihan sampai penjualan, serta kontaminasi lain atau kuman dari ayam itu sendiri.
Salmonella sp. adalah organisme yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae.Pada manusia, Salmonella menyebabkan berbagai macam
penyakit seperti gastroenteritis, bakteriemia, dan septikimia, serta demam enterik. Salmonellosisadalah istilah yang digunakan untuk menyatakan infeksi yang
disebabkan oleh genus Salmonella sp, namun seringkali salmonellosis digunakan secara khusus untuk gastroenteritis yang disebabkan keracunan makanan karena
Salmonella. Infeksi oleh karena Salmonella sp.dapat dibagi menjadi dua yaitu, infeksi
non-tifoid yang paling dominan adalah penyakit diare dan demam tifoid atau demam enterik yang disebabkan oleh Salmonella ser. Typhi dan Salmonella ser.
Paratyphi Lesmana, 2006.
5.3 Hubungan Higiene Perorangan dengan Keberadaan Salmonella sp.
pada Daging Ayam Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara higiene perorangan dengan keberadaan Salmonella sp. pada daging ayam di pasar tradisional Kecamatan Medan Baru dengan p value 0,846 0,05. Sehingga
Universitas Sumatera Utara
dapat diperoleh informasi bahwa 18 responden yang memiliki higiene perorangan yang sedang, daging ayam yang dijual menunjukkan hanya 2 sampel daging ayam
ditemukan keberadaan Salmonella sp. dan 16 sampel daging ayam lainnya tidak ditemukan keberadaan Salmonella sp. Sedangkan 15 responden dengan higiene
perorangan yang buruk, daging ayam yang dijual menunjukkan hanya 2 sampel daging ayam ditemukan keberadaaan Salmonella sp. dan 13 sampel daging ayam
lainnya tidak ditemukan keberadaan Salmonella sp. Higiene perorangan yang menjadi faktor yang mempengaruhi tidak adanya
Salmonella sp. pada daging ayam diantaranya mencuci tangan setelah menyembelih ayam, mencuci pakaian kerja bila kotor, kuku dalam keadaan
pendek dan bersih. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa pedagang yang kadang kadang mencuci tangan sebanyak 6 pedagang dan yang selalu mencuci
tangan 10 pedagang. Tangan manusia merupakan tempat kuman berkembang biak. Tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri dan
virus patogen dari tubuh, feces, atau sumber lain ke makanan. Oleh karena itu pencucian tangan merupakan hal pokok yang harus dilakukan oleh pekerja yang
terlibat dalam penanganan makanan. Pencucian tangan, meskipun tampaknya merupakan kegiatan ringan atau sering disepelekan, terbukti cukup efektif dalam
upaya mencegah kontaminasi pada makanan Purnawijayanti, 2001. Menurut Purnawijayanti 2001, pakaian kerja sebaiknya dibedakan dari
pakaian harian. Disarankan untuk mengganti dan mencuci pakaian secara periodik, untuk mengurangi resiko kontaminasi. Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa 18 responden mengatakan mencuci pakaian kerja apabila kotor.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pengamatan selama penelitian, pakaian kerja para pedagang dalam keadaan bersih. Hal ini disebabkan sebagian besar para pedagang memakai
celemek yang terbuat dari plastik, sehingga kotoran yang terkena celemek tidak diserap dan pakaian kerja pedagang juga tetap bersih.
Menurut Purnawijayanti 2001 yang mengutip pendapat Colleer, kuku pekerja harus selalu bersih, dipotong pendek, dan sebaiknya tidak dicat. Dari hasil
penelitian didapatkan 15 responden kadang-kadang kukunya dalam keadaan pendek dan bersih, dan 7 responden selalu pendek dan bersih kukunya. Kuku
seringkali menjadi tempat yang subur untuk tumbuh dan berkembangbiak bakteri, sehingga harus dijaga kebersihannya agar tidak memindahkan bakteri yang ada di
kuku ke daging ayam yang ditangani.
5.4 Hubungan Pengetahuan Pedagang dengan Keberadaan Salmonella sp.
pada Daging Ayam Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara pengetahuan pedagang dengan keberadaan Salmonella sp. pada daging ayam di pasar tradisional Kecamatan Medan Baru dengan p value 0,426 0,05.
Sehingga dapat diketahui 15 responden memiliki pengetahuan buruk, hanya 2 sampel daging ayam yang ditemukan keberadaan Salmonella sp. dan 13 sampel
daging ayam tidak ditemukan keberadaan Salmonella sp. Sedangkan 15 responden memiliki pengetahuan sedang, hanya 1 sampel daging ayam yang ditemukan
Salmonella sp. dan 14 sampel daging ayam tidak ditemukan keberadaan Salmonella sp. dan 3 responden yang memiliki pengetahuan baik, ditemukan
keberadaan Salmonella sp. pada 1 sampel daging ayam dan 2 sampel lainnya tidak ditemukan Salmonella sp.
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan terhadap objek tertentu. Pengetahuan atau cognitive merupakan domain yang
sangat penting dalam bentuk tindakan sesorang overt behavior Notoatmojo, 2007. Berdasarkan hasil penelitian, faktor yang mempengaruhi tidak adanya
Salmonella sp. pada daging ayam diantaranya, pengetahuan pedagang tentang bakteri pada proses pencucian berasal dari kotoran ayam yang menempel pada
ampela, sehingga pedagang tahu bagaimana cara untuk menghindari kontaminasi pada saat pencucian daging ayam. Dari hasil penelitian sebanyak 20 responden
sudah tahu dan 13 responden menganggap bakteri berasal dari darah ayam. Pengetahuan pedagang bahwa bakteri yang mengontaminasi daging ayam berasal
dari kotoran ayam membuat pedagang lebih baik lagi ketika menangani daging ayam. Hal ini dibuktikan dengan pedagang memisahkan tempat pencucian daging
ayam dan ampela. Pengetahuan untuk memisahkan tempat pencucian tersebut dapat meminimalkan kontaminasi Salmonella sp. pada daging ayam.
Faktor lain yang mendukung tidak adanya Salmonella sp. pada daging ayam, yaitu pengetahuan pedagang tentang kebersihan tempat penjualan.
Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa 27 responden yang menyiram meja tempat penjualan setiap kali kotor. Kebersihan meja tempat penjualan merupakan
hal penting yang harus diijaga karena pada meja bisa saja terdapat kotoran yang terkontaminasi Salmonellasp. pada proses penyembelihan. Selain untuk menjaga
kebersihan daging ayam, pedagang juga mengatakan pentingnya menjaga kebersihan meja tempat penjualan agar tetap bersih sehingga pembeli mau datang
untuk membeli daging ayam. Hal ini memperlihatkan bahwa menjaga kebersihan
Universitas Sumatera Utara
tempat penjualan dan selalu menyiram meja setiap kali kotor dapat meminimalkan kontaminasi Salmonellasp. pada daging ayam.
Adanya pengetahuan yang baik merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan sikap dan perilaku seseorang terhadap makanan, selain itu
pengetahuan mempunyai peranan penting untuk dapat membuat hidup sejahtera dan berkualitas Sediaoetama, 2000.
5.5 Hubungan Sikap Pedagang dengan Keberadaan Salmonella sp. pada
Daging Ayam Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara sikap pedagang dengan keberadaan Salmonella sp. pada daging ayam di pasar tradisional Kecamatan Medan Baru dengan p value 0,059 0,05. Sehingga
didapatkan informasi bahwa 22 responden memiliki sikap yang sedang, 1 sampel daging ayam ditemukan Salmonella sp. dan 21 sampel lainnya tidak ditemukan
keberadaan Salmonella sp. sedangkan 11 responden yang memiliki sikap yang baik, 3 sampel ditemukan keberadaan Salmonella sp. dan 8 sampel lainnya tidak
ditemukan Salmonella sp. Menurut Notoatmodjo 2007, sikap adalah respon tertutup seseorang
terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat, dan emosi yang bersangkutan senang tidak senang, setuju tidak setuju, baik tidak baik,
dan sebagainya. Menurut Purnawijayanti 2001 bahwa tangan yang kotor atau
terkontaminasi dapat memindahkan bakteri dan virus patogen dari tubuh, feces, atau sumber lain ke makanan. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 20
responden setuju bahwa kebersihan tangan adalah hal yang penting untuk
Universitas Sumatera Utara
menghindari kontaminasi bakteri pada daging ayam. Menurut Widyati dan Yuliarsih 2002, tangan merupakan salah satu anggota tubuh yang vital untuk
mengerjakan sesuatu dalam penyelenggaraan makanan, dan melalui tangan pula makanan banyak terkontaminasi. Oleh karena itu, kebersihan perlu mendapat
prioritas tinggi. Menurut Lesmana 2006, Salmonellasp. ditemukan pada daging bukan
dibagian dalamnya karena biasanya yang menyebabkan kontaminasi dari daging tersebut adalah flora normal usus hewan yang bersangkutan pada saat disembelih.
Dari hasil penelitian, 30 responden setuju bahwa tempat pencucian daging ayam dan
ampela seharusnya
dipisahkan. Hal
tersebut dapat
mengindari terkontaminasinya daging ayam oleh Salmonella sp. yang merupakan flora normal
usus ayam dan biasanya melekat pada ampela. Dari hasil penelitian didapatkan 24 responden tidak setuju dengan
pernyataan bahwa pisau yang digunakan untuk menyembelih dapat digunakan kembali memotong karkas. Karena ketika mereka menyembelih ayam
menggunakan pisau yang berbeda dengan pisau untuk memotong karkas. Hal ini sama juga menurut Priyatno 2000, pisau yang digunakan harus kuat dan tajam.
Pisau untuk penyembelihan hanya digunakan untuk penyembelihan saja karena pada proses penyembelihan merupakan tingkat pencemaran biologik, kimiawi,
dan fisik yang tinggi. Faktor lain yang mendukung tidak ditemukannya Salmonella sp. pada
daging ayam adalah sikap pedagang terhadap mengganti kain lap sesering mungkin dengan yang bersih untuk menghindari kontaminasi. Dari hasil
Universitas Sumatera Utara
penelitian didapatkan 20 responden setuju terhadap pernyataan tersebut. Sebagian besar pedagang mengatakan bahwa mengganti kain lap merupakan hal yang
penting, karena kain lap yang digunakan untuk membersihkan meja tempat penjualan dapat menjadi tempat tumbuhnya bakteri yang dapat mengontaminasi
daging ayam apabila terus digunakan. Sehingga perlu diganti apabila kain lap tersebut kotor.
5.6 Hubungan Tindakan Pedagang dengan Keberadaan Salmonella sp.
pada Daging Ayam Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara tindakan pedagang dengan keberadaan Salmonella sp. pada daging ayam di pasar tradisional Kecamatan Medan Baru dengan p value 0,324 0,05. Sehingga
dapat diperoleh informasi bahwa 3 responden yang memiliki tindakan yang baik , daging ayam yang dijual menunjukkan 1 sampel daging ayam ditemukan
keberadaan Salmonella sp. dan 2 sampel lainnya tidak ditemukan keberadaan Salmonella sp. sedangkan 23 responden yang memiliki tindakan yang sedang, 3
sampel daging ayam ditemukan keberadaan Salmonella sp. dan 23 sampel lainnya tidak ditemukan keberadaan Salmonella sp.
Tindakan pedagang mayoritas dalam kategori sedang, namun keberadaan Salmonella sp. ditemukan hanya 4 sampel dari 33 sampel. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya selalu menjaga kebersihan tangan pada saat menangani daging ayam. Menurut Marriott 1997 pencemaran karkas
ayam oleh Salmonella sp.dapat dengan mudah terjadi dari satu karkas ke karkas lain melalui tangan pekerja yang tercemar Salmonella sp.Hal ini disebabkan
karena terjadinya kontaminasi pada daging ayam, yang mana tangan pedagang
Universitas Sumatera Utara
merupakan sumber
potensial mikroba,
yang akan
mengkontaminasi makanandaging yang disentuh.Dari hasil penelitian 27 responden 81,8
mengatakan selalu menjaga kebersihan tangan pada saat menangani daging ayam. Hal ini sesuai dengan teori BPOM 2003 bahwa mencuci tangan dengan sabun
dan bersih atau air mengalir setelah bekerja, dan mengunakan tisue kering atau lap bersih untuk mengeringkannya dapat menimalisir resiko terjadinya kontaminasi
Salmonella sp. Menurut Mead 2004, pencemaran silang dapat bersumber dari
penggunaan pisau yang sama saat proses pemotongan ayam dan penanganan daging ayam mentah. Dari hasil penelitian, 28 responden tidak menggunakan
pisau menyembelih untuk memotong karkas, sehingga daging yang sudah selesai dibersihkan tidak terkontaminasi Salmonellasp. dari pisau yang digunakan untuk
proses penyembelihan. Air merupakan salah satu sumber kontaminasi setelah pemotongan daging,
karena air merupakan unsur penting dalam proses sanitasi yang digunakan untuk keperluan membersihkan daging.Faktor lainnya yang mendukung tidak
ditemukannya Salmonellasp. pada daging ayam, yaitu selalu mengganti air untuk mencuci daging dalam ember bila sudah keruh. Hal ini dapat dilihat dari 33
responden terdapat sebanyak 23 responden yang selalu mengganti air untuk mencuci daging dalam ember bila sudah keruh. Menurut Purnawijayanti 2001
menyatakan cemaran Salmonella sp.pada daging ayam salah satunya disebabkan adanya kontaminasi dari air yang digunakan saat pembersihan daging. Dalam hal
Universitas Sumatera Utara
ini pedagang sudah menerapkan tindakan yang baik untuk meminimalisir kontaminasi Salmonella sp. pada daging ayam.
5.7 Hubungan
Sanitasi Tempat
Penjualan dengan
Keberadaan Salmonella sp. pada Daging Ayam
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara sanitasi tempat penjualan dengan keberadaan Salmonella sp. pada daging
ayam di pasar tradisional Kecamatan Medan Baru dengan p value 0,691 0,05. Sehingga dapat diperoleh informasi bahwa 2 responden yang memiliki sanitasi
tempat penjualan yang baik, daging ayam yang dijual tidak menunjukkan keberadaan Salmonella sp. sedangkan 11 responden yang memiliki sanitasi tempat
penjualan yang sedang, 2 sampel daging ayam menunjukkan keberadaan Salmonella sp. dan 9 lainnya tidak menujukkan keberadaan Salmonella sp. dan 20
responden dengan sanitasi tempat penjualan yang buruk, 2 sampel daging ayam ditemukan keberadaan Salmonella sp. dan 18 sampel daging ayam lainnya tidak
ditemukan keberadaan Salmonella sp. Sanitasi merupakan sarana dan kelengkapan yang harus tersedia untuk
memelihara kualitas lingkungan. Ketersediaan sumber air bersih yang memadai perlu diperhatikan karena air merupakan unsur penting dalam proses sanitasi
digunakan untuk keperluan pembersih selama penanganan dan pengolahan produk, ketersedian tempat sampah dan saluran limbah yang tidak tertutup dapat
mengundang kedatangan lalat, kecoa maupun tikus yang menjadi media perantara bakteri dalam penularan penyakit.
Menurut Marriot 1997, apabila sanitasi diterapkan dengan baik, makanan atau bahan pangan serta peralatan dapat terbebas dari kotoran dan cemaran
Universitas Sumatera Utara
mikroorganisme atau bahan kimia yang dapat menyebabkan penyakit atau keracunan makanan. Oleh karena itu pedagang sebaiknya lebih memperhatikan
dan meningkatan sanitasi tempat penjualan seperti ketersedian air bersih, tersedianya tempah sampah yang tertutup, mempunyai saluran limbah cair agar air
tidak tergenang dan tidak ada sampah yang berserakan.
5.8 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional yaitu penelitian yang dilakukan dengan sekali
pengamatan pada suatu saat tertentu terhadap objek yang berubah, berkembang atau tumbuh menurut waktu, oleh karena penelitian ini tidak dapat memberikan
penjelasan sebab akibat, tetapi hubungan yang ada hanya menunjukkan adanya hubungan variabel independen dengan variabel dependen. Penelitian ini juga
memiliki keterbatasan yaitu sebagian responden kurang berpartisipasi, kurangnya kerjasama, keseriusan dan kejujuran responden yang sangat menentukan hasil.
Universitas Sumatera Utara
115
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan uraian dari pembahasan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Higiene perorangan pedagang di pasar tradisional Kecamatan Medan Baru
Kota Medan sebagian besar pada kategori sedang. 2.
Pengetahuan pedagang di pasar tradisional Kecamatan Medan Baru Kota Medan sebagian besar pada kategori buruk.
3. Sikap pedagang di pasar tradisional Kecamatan Medan Baru Kota Medan
sebagian besar pada kategori sedang 4.
Sanitasi tempat penjualan daging ayam di pasar tradisional Kecamatan Medan Baru Kota Medan sebagian besar pada kategori buruk.
5. Ditemukan keberadaan Salmonella sp. pada daging ayam di pasar
tradisional Kecamatan Medan Baru Kota Medan sebanyak 4 sampel daging ayam dari 33 sampel daging ayam.
6. Tidak ada hubungan antara higiene perorangan pedagang dengan
keberadaan Salmonella sp. pada daging ayam di pasar tradisional Kecamatan Medan Baru Kota Medan.
7. Tidak ada hubungan antara perilaku pedagang pengetahuan, sikap, dan
tindakan dengan keberadaan Salmonella sp. pada daging ayam di pasar tradisional Kecamatan Medan Baru Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
8. Tidak ada hubungan antara sanitasi tempat penjualan dengan keberadaan
Salmonella sp. pada daging ayam di pasar tradisional Kecamatan Medan Baru Kota Medan.
6.2 Saran
1. Bagi Direktorat Jenderal Peternakan agar memberi himbauan kepada para
pedagang agar higiene perorangan, perilaku pedagang, dan sanitasi tempat
penjualan menjadi lebih baik.
2. Bagi pedagang daging ayam diharapkan sebaiknya selalu memperhatikan
dan melakukan hidup bersih dan sehat misalnya menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan dengan sabun setelah menyembelih ayam
dan merawat kuku agar tetap pendek dan bersih.
3. Bagi konsumen agar memperhatikan kebersihan pedagang dan tempat
penjualan sebelum membeli daging ayam.
Universitas Sumatera Utara
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Higiene
2.1.1 Higiene Perorangan
Higiene adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang
tersebut berada. Higiene perorangan adalah sikap bersih perilaku petugas penyelenggara makanan yang ditangani tidak tercemar oleh petugas
penyelenggara makanan. Sikap bersih inilah yang harus disadari oleh para petugas penyelenggara makanan karena dalam kegiatannya menyangkut kesehatan orang
banyak Widyati dan Yuliarsih, 2002. Menurut Purnawijayanti 2001 yang mengutip pendapat Loken, hygiene
perorangan yang terlibat dalam pengolahan makanan perlu diperhatikan untuk menjamin keamanan makanan, disamping untuk mencegah terjadinya penyebaran
penyakit melalui makanan. Di amerika serikat, 25 dari semua penyebaran penyakit melalui makanan disebabkan pengolah makanan yang terinfeksi dan
higiene perorangan yang buruk. Menurut Purnawijayanti 2001 yang mengutip pendapat Stokes, ada 3
kelompok penderita penyakit yang tidak boleh dilibatkan dalam penangannan makanan, yaitu penderita infeksi saluran pernafasan, pencernaan, dan penyakit
kulit. Menurut Purnawijayanti 2001, ketiga jenis penyakit ini dapat dipindahkan kepada orang melalui makanan yang diolah atau disajikan penderita. Orang sehat
pun sebetulnya masih membawa milyaran mikroorganisme di dalam mulut,
Universitas Sumatera Utara
hidung, kulit
dan saluran
pencernaannya. Akan
tetapi kebanyakan
mikroorganisme ini tidak berbahaya, meskipun ada pula yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Dengan demikian, pekerjaan harus mengikuti prosedur
sanitasi yang memadai untuk mencegah kontaminasi pada makanan yang ditanganinya. Prosedur yang penting bagi pekerja pengolah makanan adalah
pencucian tangan, kebersihan, dan kesehatan diri.
1. Pencucian Tangan
Tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri dan virus patogen dari tubuh, feces, atau sumber lain ke makanan. Oleh karena itu
pencucian tangan merupakan hal pokok yang harus dilakukan oleh pekerja yang terlibat dalam penanganan makanan. Pencucian tangan, meskipun tampaknya
merupakan kegiatan ringan atau sering disepelekan, terbukti cukup efektif dalam upaya mencegah kontaminasi pada makanan. Pencucian tangan dengan sabun dan
diikuti dengan pembilasan akan menghilangkan banyak mikroba yang terdapat pada tangan. Kombinasi antara aktivitas sabun sebagai pembersih, penggosokan,
dan aliran air akan menghanyutkan partikel kotoran yang banyak mengandung mikrobaPurnawijayanti, 2001.
Langkah-langkah pencucian tangan yang memadai untuk menjamin kebersihan adalaha sebagai berikut :
1. Membasahi tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun
2. Menggosok tangan secara menyeluruh selama sekurang-kurangnya 20 detik,
pada bagian-bagian meliputi punggung tangan, telapak tangan, sela-sela jari, dan bagian di bawah kuku
Universitas Sumatera Utara
3. Menggunakan sikat kuku untuk membersihkan sekeliling dan bagian bawah
kuku 4.
Pembilasan dengan air mengalir 5.
Pengeringan tangan dengan handuk kertas tissue atau alat pengering 6.
Menggunakan alas kertas tissue untuk mematikan tombol atau kran air dan membuka pintu ruangan
Menurut Purnawijayanti 2001 yang mengutip pendapat Loken, frekuensi pencucian tangan disesuaikan dengan kebutuhan. Pada prinsipnya
pencucian tangan dilakukan setiap saat, setelah tangan menyentuh benda-benda yang dapat menjadi sumber kontaminan atau cemaran. Berikut adalah beberapa
pedoman praktis, bilamana pencucian tangan haris dilakukan : 1.
Sebelum memulai pekerjaan dan pada waktu menangani kebersihan tangan harus tetap dijaga
2. Sesudah waktu istirahat
3. Sesudah melakukan kegiatan-kegiatan pribadi misalnya merokok, makan,
minum, bersin, batuk, dan setelah menggunakan toilet buang air besar atau kecil
4. Setelah menyentuk benda-benda yang dapat menjadi sumber kontaminan
misalnya telepon, uang, kain atau baju kotor, bahan makanan mentah atau pun segar, daging, cangkang telur, dan peralatan kotor
5. Setelah mengunyah permen karet atau setelah menggunakan tusuk gigi
6. Setelah menyentuh kepala, rambut, hidung, mulut, dan bagian-bagian tubuh
yang terluka
Universitas Sumatera Utara
7. Setelah menangani sampah serta kegiatan pembersihan misalnya menyapu
atau memungut benda yang terjatuh dilantai 8.
Sesudah menggunakan bahan-bahan pembersih dan atau sanitaiser kimia 9.
Sebelum dan sesudah menggunakan sarung tangan kerja. Menurut Purnawijayanti 2001 yang mengutip pendapat Anonim, fasilitas
yang diperlukan untuk pencucian tangan yang memadai adalah bak cuci tangan yang dilengkapi dengan saluran pembuangan tertutup, kran air panas, sabun, dan
handuk kertas atau tissue atau mesin pengering. Bak air yang digunakan untuk pencucian tangan harus terpisah dari bak pencucian peralatan dan bak untuk
prepasi maknan. Jumlah fasilitas cuci tangan disesuaikan dengan jumlah karyawan. Satu bak pencuci tangan disediakan maksimal untuk 10 orang
karyawan. Tempat cuci tangan harus diletakkan sedekat mungkin dengan tempat kerja.
2. Kebersihan dan Kesehatan Diri