Analisis Data Uji Normalitas

ݎ ௫௬ = 12ͻͻ27Ͳ − 127115ͻ √27146 √36116 ݎ ௫௬ = 28111 √980404936 ݎ ௫௬ = 28111 31311,42 ݎ ௫௬ = 0,898 Berdasarkan hasil perhitungan korelasi product moment dapat diketahui bahwa hubungan antara variabel kepemimpinan kepala sekolah X dengan motivasi kerja guru Y sebesar 0,898 dalam arah positif yang artinya jika kepemimpinan kepala sekolah semakin baik maka motivasi kerja guru akan semakin meningkat. Koefisien korelasi sebesar 0,898 tersebut jika diinterpretasikan ke dalam tabel interpretasi koefisien korelasi termasuk dalam kategori sangat kuat. Tabel 2. 7 Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Kategori 0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,00 Sangat Kuat Sumber : Sugiyono, 2007 Sedangkan perhitungan koefisien Determinasi KD yang berguna untuk mengetahui kontribusi variabel X dengan Y sebagai berikut: ܭܦ ൌ ݎ ଶ × 100 ܭܦ ൌ Ͳǡͺͻͺ ଶ × 100 ܭܦ ൌ ͺͲǡ͸ͶΨ Tabel 2.8 Nilai dari Koefisien Determinasi R r 2 Persentase 0,898 0,8064 80,64 Sumber: Data Primer diolah Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa koefisien determinasi r 2 sebesar 0,8064, maka dapat diartikan bahwa 80,64 motivasi kerja guru di SMA Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah sedangkan 19,36 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak berkaitan atau diluar dari penelitian ini namun tetap mempengaruhi variabel Y yaitu motivasi kerja guru SMA Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini membuktikan adanya hubungan sebesar 80,64 antara kepemimpinan dengan motivasi kerja guru. Dengan demikian dari hasil perhitungan data yang diperoleh dari lapangan, terlihat adanya hubungan yang positif dan signifikan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan motivasi kerja guru di SMA Hasanuddin Jakarta Utara. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa motivasi kerja guru tidak hanya disebabkan atau dipengaruhi oleh faktor efektifitas kepemimpinan, tetapi masih banyak faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi kerja guru. Secara spesifik dapat dijelaskan bahwa kepala sekolah telah berupaya melaksanakan kepemimpinan yang cukup efektif di sekolah dalam rangka meningkatkan motivasi kerja guru, disisi lain mengenai fenomena yang terlihat bahwa kepala sekolah dan guru sangat mendukung terciptanya situasi atau suasana yang kondusif demi tercapainya tujuan organisasi sekolah. Dengan demikian berarti jika kita ingin meningkatkan motivasi kerja guru, maka perlu diperhatikan salah satunya kepemimpinan dari kepala sekolah, dengan demikian kepemimpinan yang kuat akan menciptakan kepuasan kerja yang tinggi dikalangan guru sekolah. Pada akhirnya akan tercipta motivasi kerja guru yang tinggi, begitu juga sebaliknya jika hubungan kepemimpinan kepala sekolah lemah maka tidak akan tercipta kepuasan kerja sehingga motivasi kerja guru akan menjadi lemah. Meskipun banyak sekali faktor yang mempengaruhi motivasi kerja guru, namun dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa kepemimpinan memiliki hubungan yang sangat signifikan terhadap motivasi kerja guru. Hal ini merupakan masukan penting bagi praktisi maupun praktisi pendidikan dalam meningkatkan kualitas dan prestasi kerja guru khususnya di SMA Hasanuddin Jakarta Utara.