Gaya Kepemimpinan KAJIAN TEORI 1. Kepemimpinan Kepala Sekolah

mengayomi bawahan sehingga perasaan senang akan tugas timbul, yang pada akhirnya meningkatkan kinerja karyawan. Pemimpin yang bijaksana umumnya lebih memperhatikan kondisi bawahan guna pencapaian tujuan organisasi. Gaya yang akan digunakan mendapat sambutan hangat oleh bawahan sehingga proses mempengaruhi bawahan berjalan baik dan disatu sisi timbul kesadaran untuk bekerja sama dan bekerja produktif. Bermacam-macam cara mempengaruhi bawahan tersebut guna kepentingan pemimpin yaitu tujuan organisasi. Pola dasar terhadap gaya kepemimpinan yang lebih mementingkan pelaksanaan tugas oleh para bawahannya, menuntut penyelesaian tugas yang dibebankan padanya sesuai dengan keinginan pimpinan. Pemimpin menuntut agar setiap anggota seperti dirinya, menaruh perhatian yang besar dan keinginan yang kuat dalam melaksanakn tugas-tugasnya. Pemimpin beranggapan bahwa bila setiap anggota melaksanakn tugasnya secara efektif dan efisien, pasti akan dicapai hasil yang diharapkan sebagai penggabungan hasil yang dicapai masing-masing anggota. Gaya kepemimpinan yang berpola untuk mementingkan pelaksanaan kerjasama, pemimpin berkeyakinan bahwa dengan kerjasama yang intensif, efektif, dan efisien, semua tugas dapat dilaksanakan secara optimal. Pelaksanakan dan bagaimana tugas dilaksanakan berada diluar perhatian pemimpin, karena yang penting adalah hasilnya bukan prosesnya. Namun jika hasilnya tidak seperti yang diharapkan, tidak ada pilihan lain, selain mengganti pelaksananya tanpa menghiraukan siapa orangnya. Pola dasar ini menggambarkan kecenderungan, jika dalam organisasi tidak ada yang mampu, mencari pengganti dari luar meskipun harus menyewa serta membayar tinggi. Pemimpin hanya membuat beberapa keputusan penting pada tingkat tertinggi dengan pemahaman yang konseptual. Pemimpin yang efektif dalam organisasi menggunakan desentralisasi dalam membuat keputusannya. Hal tersebut memberikan kewenangan pada bawahan serta melaksanakan sharing dalam memutuskan suatu keputusan. a. Perilaku Kepemimpinan Prilaku kepemimpinan cenderung diekspreikan dalam dua gaya kepemimpinan yang berbeda. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas Task Oriented dan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan Employee oriented 17 . Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas menekankan pada pengawasan yang ketat. Dengan pengawasan yang ketat dapat dipastikan bahwa tugas yang diberikan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Gaya kepemimpinan ini lebih menekankan pada tugas dan kurang dalam pembinaan karyawan.. Sedangakan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan, mengutamakan untuk memotivasi dari mengontrol bawahan, dan bahkan dalam beberapa hal bawahan ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan bawahan. Kedua gaya kepemimpinan tersebut, dapat dirasakan oleh bawahan secara langsung ketika pimpinan berinteraksi dengan bawahannya. Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda, karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Bawahan pada umumnya cenderung lebih menyukai gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan atau bawahan, karena merasa lebih dihargai dan diperlakukan secara manusiawi, memanusiakan manusia sehingga kan mempengaruhi tingkat produktivitas kerja dan kepuasan kerja karyawan. Gaya kepemimpinan yang berorintasi pada tugas, lebih menekankan pada penyelesaian tugas-tugas yang dibebankan pada karyawan. Pimpinan pada umunya lebih memperhatikan hasil daripada proses. Keadaan tersebut membentuk kondisi tempat kerja menjadi kurang kondusif, karena masing-masing karyawan berkonsentrasi pada tugas yang harus diselesaikan karena terikat waktu dan tanggungjawab. b. Gaya Managerial Grid 17 T. Hani Handoko, Manajemen……., hal.299. Menurut Blake dan Mountoun, ada empat gaya kepemimpinan yang dikelompokkan sebagai gaya yang ekstrem 18 , sedangkan lainnya hanya satu gaya yang ditengah-tengah gaya ekstrem tersebut. Gaya kepemimpinan dalam managerial grid yaitu: 1 Manajer tim yang nyata the real team manager, 2 Manajemen club the country club management, 3 Tugas secara otokratis authocratic task managers, dan 4 Manajemen perantara organizational man management. c. Pendekatan Situasional Pendekatan situasional berpandangan bahwa keefektifan kepemimpinan bergantung pada kecocokan antar pribadi, tugas kekuasaan, sikap dan persepsi 19 . Hubungan antara pimpinan dan bawahan bergerak melalui empat tahap yaitu: a hubungan tinggi dan tugas rendah, b tugas rendah dan hubungan rendah, c tugas tinggi dan hubungan tinggi, dan d tugas tinggi dan hubungan rendah. Pimpinan perlu mengubah gaya kepemimpinan sesuai dengan perkembangan setiap tahap, dan pada gambar di atas terdapat empat tahap. Pada tahap awal, ketika bawahan pertama kali memasuki organisasi, gaya kepemimpinan yang berorientasi tugas paling tepat. Pada tahap dua, gaya kepemimpina yang berorientasi tugas masih penting karena belum mampu menerima tanggungjawab yang penuh. Namun kepercayaan dan dukungan pimpinan terhadap bawahan dapat meningkat sejalan dengan makin akrabnya dengan bawahan dan dorongan yang diberikan kepada bawahan untuk berupaya lebih lanjut. Sedangkan pada tahap ketiga, kemampuan dan motivasi prestasi bawahan meningkat, dan bawahan secara aktif mencari tanggungjawab lebih besar, sehingga pemimpin tidak perlu lagi bersifat otoriter. Dan pada tahap empat akhir, bawahan lebih yakin dan mampu mengarahkan diri, berpengalaman serta pimpinan dapat mnegurangi jumlah dukungan dan dorongan. Bawahan sudah mampu berdiri sendiri dan tidak memerlukan atau mengharapkan pengarahan yang detil dari pimpinannya. 18 T.Hani Handoko, Manajemen….,302 19 Nanang Fatah, Landasan Manajemen,.. …. Hal. 95 Pelaksanaan gaya kepemimpinan situasional sangat tergantung dengan kematangan bawahan, sehingga perlakuan terhadap bawahan tidak akan sama baik dilihat dari umur atau masa kerja. d. Gaya Kepemimpinan Fiedler Di sini Fiedler mengembangkan suatu model yang dinamakan model Kontingensi Kepemimpian yang Efektif A Contingency Model of Leadership Eff ectiveness berhubungan anatar gaya kepemimpinan dengan situasi yang menyenangkan. Adapun situasi yang menyenangkan itu diterangkan dalam hubungannya dengan dimensi-dimensi sebagai berikut: 1 Derajat situasi dimana pemimpin menguasai, mengendalikan dan mempengaruhi situasi. 2 Derajat situasi yang menghadapkan manajer dengan tidak kepastian 20 . Gaya kepemimpinan diatas, sama dengan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan dan berorientasi pada tugas, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Fiedler mengukur gaya kepemimpinan dengan skala yang menunjukan tingkat seseorang menguraikan secara menguntungkan atau merugikan rekan sekerjanya yang paling tidak disukai LPC, Least Pref erred Co-worker, karyawan yang hampir tidak dapat diajak bekerjasama dengan orang tadi. Dalam hal ini ditentukan delapan kombinasi yang mungkin dari tiga variabel dalam situasi kepemimpinan tersebut dapat menunjukan hubungan antara pemimpin dengan anggota dapat baik atau buruk, tugas dapat struktur, dan kekuasaan dapat kuat atau lemah. Pemimpin dengan LPC rendah yang berorientasi tugas atau otoriter paling efekif dalam situasi ekstrem, pemimpin mempunyai kekuasaan dan pengaruh amat besar atau mempunyai kekuasaan dan pengaruh amat kecil. e. Gaya Kepemimpinan Kontinum. Tannenbaum dan Schmidt mengusulkan bahwa, seorang manajer perlu mempertimbangkan tiga perangkat kekuatan sebelum memilih gaya 20 T.Hani Handoko, Manajemen…., hal 311 kepemimpinan yaitu: kekuatan yang ada dalam diri manajer sendiri, kekuatan yang ada pada bawahan, dan kekuatan yang ada dalam situasi. Sehubungan dengan teori tersebut terdapat tujuh tingkat hubungan pemimpin dengan bawahan yaitu: 1 manajer mengambil keputusan dan mengumumkannya, 2 manajer menjual keputusan, 3 manajer menyajikan gagasan dan mengundang pertanyaan, 4 manajer menawarkan keputusan sementara yang masih diubah, 5 manajer menyajikan masalah, menerima saran, membuat keputusan, 6 manajer menentukan batas-batas, meminta kelompok untuk mengambil keputusan, dan 7 manajer membolehkan bawahan dalam batas yang ditetapkan atasan. f. Gaya Kepemimpinan menurut Likert Menurut Likert, bahwa pemimpin itu dapat berhasil jika bergaya particip ative management, yaitu keberhasilan pemimpin adalah jika berorientasi pada bawahan, dan mendasarkan komunikasi. Selanjutnya ada empat sistem kepemimpinan dalam manajemen yaitu sebagai berikut 21 : 1 Sistem 1 : Membuat semua keputusan yang berhubungan dengan pekerjaan dan memerintahkan bawahan untuk melaksanakannya 2 Sistem 2 : Masih memberi perintah-perintah, tetapi bawahan masih mempunyai kebebasan tertentu untuk mengomentari perintah. 3 Sistem 3 : Menetapkan tujuan dan memberi perintah umum setelah dibahas bersama bawahan. 4 Sistem 4, tujuan ditetapkan dan keputusan dibuat oleh kelompok sistem ideal 21 Nanang Fatah,. Landasan Manajemen…... Hal.95 Dari keempat sistem diatas, sistem ke 4 mempunyai kesempatan untuk sukses sebagai pemimpin, karena mempunyai organisasi yang lebih produktif. Berdasarkan teori yang telah dikemukakan di atas, maka yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan dalam tulisan ini adalah penilaian karyawan terhadap gaya kepemimpinan pemimpin atau atasan dalam mempengaruhi bawahan untuk mencapai tujuan organisasi yang mencakup ke dalam tiga aspek yaitu: gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada tugas, gaya kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan, dan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tingkat kematangan bawahan. Gaya kepemimpinan pada tugas terdiri dari empat indikator yaitu: 1 Pengawasan yang ketat, 2 pelaksanaan tugas, 3 member petunjuk, dan 4 mengutamakan hasil daripada proses. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan terdiri dari empat indikator yaitu: 1 melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan, 2 memberi dukungan, 3 kekeluargaan, dan 4 kerjasama. Dan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tingkat kematangan bawahan terdiri dari tiga indikator yaitu: 1 ketekunan bekerja, 2 aktif, 3 pengalaman. Pemimpin harus piawai untuk beradaptasi dan mengatur setiap kondisi, artinya menjadikan 2 kriteria untuk bahan perbandingan tentang konsep dan gaya kepemimpinan. Kriteria ini adalah : 1 kepekaan kecakapan untuk merasakan dan mengerti kebutuhan manusia dalam berbagai situasi yang dihadapi pemimpin setiap hari dan 2 Keluwesan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi apapun sehingga gaya atau pendekan kepemimpinan dituntut atau diperlukan dalam situasi yang nyata.

B. MOTIVASI KERJA GURU 1. Pengertaian Motivasi Kerja Guru

Kata “Motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan maupun dari luar untuk melakukan aktivitas- aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan 22 . Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya ”feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan, 23 . Motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan yang merupakan pemberian atau penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mau bekerja sama bekerja secara efektif dan terintegrasi dan segala daya upaya untuk mencapai kepuasan. Motivasi dapat dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Pengertian Motivasi Kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan dan kerja. Oleh sebab itu motivasi kerja dalam psikologi karya biasa disebut pendorong semangat kerja. Kuat dan lemahnya motivasi kerja seseorang tenaga kerja ikut menentukan besar kecil prestasinya 24 . Dari kata Motif adalah sesuatu yang ada dalam diri seseorang, yang mendorong orang tersebut untuk bersikap dan bertindak guna mencapai tujuan tertentu 25 , motivasi dapat didefinisikan dengan segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong seseorang untuk memenuhikebutuhan. Menurut M.Usman Najati, motivasi adalah 22 Sardiman. 2006. Interksi dan motivasi belajar mengjar . Jakarta. PT. Raja Gafindo Persada. Hal. 73 23 Sardiman. 2006. Interksi dan motivasi…………... Jakarta. PT. Raja Gafindo Persada. Hal. 73 24 As’ad, Moh. 1980. Psikologi Industri. Yogyakarta. Akademi Managemen Perusahaan YKPM.Hal.44 25 Abdul Rahman Shaleh, 2006. Psikologi Industri…………. Hal. 79 kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkan menuju tujuan tertentu dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan. Pengertiannya 1 motivasi mengawali terjadinya perubahan energy pada diri setiap individu, 2 motivasi ditandai oleh adanya rasa atau feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini, motivasi relevan dengan persoalan kejiwaan, afeksi, dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia, 3 motivasi dirangsang karena adanya tujuan 26 . Motivasi kerja merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang atau pegawai untuk melaksanakan usaha atau kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi maupun tujuan individual. sebagai seorang pemimpin, harus mampu menggerakkan anggota-anggota kelompok kearah yang diinginkan 27 . Dengan demikian disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang yang menyebabkan ia melakukan sesuatu tindakan tertentu untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi motivasi kerja merupakan kondisi psikologis yang mendorong pekerja melakukan usaha menghasilkan barang atau jasa sehingga dapat tercapai suatu tujuan. motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh dalam diri seseorang, dapat pula dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan penggerak.

2. Teori Motivasi

Tingkah laku manusia selalu timbul oleh adanya kebutuhan yang mendorong ke arah suatu tujuan tertentu. Kebutuhan yang mendorong perbuatan kearah tujuan tertentu adalah motivasi. 26 Hamzah. B.Uno. 2008. Teori Motivasi Pengukurannya. Jakarta. PT. Bumi Aksara. Hal. 63 27 John Adair, 1993, Kepemimpinan Yang Efektif, Semarang. Dahara Prize. Hal. 35