23 Wilayah Kabupaten Siak tepatnya di Kota Siak Sri Indrapura yang terletak
di bibir sungai yang bernama Sungai Jantan saat ini Sungai Siak dan termasuk daerah pesisir bagian Timur Sumatera. Sungai Siak Sri Indrapura ini ternyata
salah satu sungai terdalam dan terpanjang di negara ini, dengan panjang ± 300 kilometer. Sungai Siak Sri Indrapura berdekatan dengan Sungai Jantan, sungai ini
berfungsi sebagai uratnadi perekonomian sekaligus akses utama pengembangan kebudayaan dan agama.
21
Karena Sungai Siak Sri Indrapura dan Sungai Jantan berfungsi sebagai jalur keluar-masuk barang-barang komoditi dari para pedagang
lokal maupun pedagang interlokal dan juga sebagai pintu gerbang perniagaan yang sangat termashur, karena daerah ini sangat kaya akan sumber daya alamnya,
berupa karet, kelapa sawit, kelapa dan ikan terubuk.
2. Demografis
2.1 Kehidupan Mayarakat
Kabupaten Siak ini dari dahulu kala hingga saat ini terdapat suku asli yang masih terasingkan dari peradaban, suku asli itu dapat diindentifikasi yakni Suku
Sakai. Suku Sakai ini hidup di pedalaman dan orang Sakai hidup dengan berburu hewan dan bercocok tanam, mereka juga masih kental akan paham animisme dan
dinamisme. Adapun mengenai kehidupan masyarakat pada umumnya di Siak Sri Indrapura dikenal sebagai perantau hingga antar pulau untuk mencari dan
menuntut ilmu, bekerja serta melakukan aktifitas berdagang. Adapun mata pencaharian masyarakatnya sangat beraneka ragam, antaralain perikanan ada yang
menjadi nelayan maupun peternak ikan terubuk. Pada sektor pertanian diantaranya
21
Asril dalamJurnal Ilmu-Ilmu Sejarah, Budaya dan Sosial yang berjudul, Raja Kecik Pendiri Kerajaan Siak Sri Indrapura, hal.50-51, diakses pada tanggal 7 November 2014, pukul
14.00 wib.
24 ada yang menjadi petani mulai daripetani padi, pohon karet dan kelapa sawit.
Kemudian masyarakat Siak Sri Indrapura terpaksa merantau untuk memenuhi kehidupan mereka dengan berdagang, kebanyakan memilih berdagang diluar Siak
tepatnya di Pekan Baharu pasar baru pada saat itu merupakan pusat keramaian kota yang selalu dipadati oleh aktivitas perdagangan, dan dewasa ini menjadi
Pekanbaru sebagai ibukota Provinsi Riau.
2.2 Kepercayaan Masyarakat
Dewasa ini, pada umumnya keyakinan yang dianut oleh penduduk Siak Sri Indrapura adalah agama Islam, terlihat dari pengertian kata Siak mempunyai arti
tersendiri dalam penyiaran agama Islam di daerah ini, kata Siak bermakna orang yang mempunyai dan memahami pengetahuan agama Islam yang disebut Orang
Siak.
22
Agama yang menjadi keyakinan masyarakat Melayu Islam di Siak adalah agama Islam yang bermazhab dari salah satu imam besar yang bernama Imam
Muhammad bin Idris Asy-Syaafi’i yang dikenal Imam Syafii, tidak hanya agama Islam saja yang dianut, dewasa ini juga terdapat agama Hindu-Budha, Kristen dan
Kong Hu Tsu yang dianut dari sebagian kecil dari penduduk pribumi dan sebagian penduduk keturunan China yang berdomisili di Siak Sri Indrapura.
Pada masa kekuasaan Kesultanan Siak Sri Indrapuraterdapat pula paham Animisme-Dinamisme
23
khususnya dipelosok kampung sebagai indentitas suku
22
Amir Luthfi, Hukum dan Perubahan Struktur Kekuasaan Pelaksanaan Hukum Islam dalam Kesultanan Melayu Siak 1901-1942, 1991, hal. 131. Lihat juga Amir Luthfi, Unsur Islam
Dalam Sistem Peradilan Kesultanan Siak Sri Indrapura 1915-1945, Pekanbaru : Lembaga Penelitian Institut Agama Islam Negeri Sultan Syarif Qaim, 1983.
23
Animisme adalah suatu kepercayaan yang beranggapan bahwa setiap benda mempunyai roh dan kekuatan.Sedangkan Dinamisme yaitu kepercayaan primitive yang menganggap bahwa
alam sebagai suatu benda yang memiliki kekuatan, dan dapat memberikan akibat baik dan buruk kepada manusia Sutan Rajasa, KAMUS ILMIAH POPULER, hal. 34 dan 116.
25 asli yang berada di Mandau dan sekitar Siak yakni, Suku Sakai
24
,Suku Akit, Suku Hutan, Suku Petalangan, Suku Talang Mamak, dan Suku Duano. Semua suku asli
tersebut masih dilestarikan oleh pemerintahan Siak Sri Indrapura.
2.3 Bahasa
Dalam percakapan untuk berkomunikasi penduduk di Riau khususnya daerah Siak Sri Indrapura dengan menggunakan bahasa Melayu-Riau. Mengenai
sejarah bahasa Melayu berasal daripada rumpun bahasa Austronesia yang berasal dari bahasa Austris. Selain dari Austronesia terdapat juga bahasa rumpun Austro-
Asia dan rumpun Tibet-Cina. Bahasa Melayu memiliki tiga periode, yakni periode Bahasa Melayu Kuno, Bahasa Melayu Klasik dan Bahasa Melayu Modern.
Periode pertama, Bahasa Melayu kuno digunakan pada abad ke-VII-XIII, tepatnya pada masa imperium Kerajaan Sriwijaya. Pada saat itu Bahasa Melayu
Kuno dijadikan sebagai lingua franca, karena bahasa Melayu tidak membedakan status sosial dan mudah dipengaruhi dari luar. Bahasa Melayu Kuno oleh bahasa
Sanskrit yang memperkaya pembendaharaan kata dari bahasa melayu. Karena pada saat itu bahasa Sanskrit merupakan bahasa para bangsawan dan ilmuawan.
Bahasa melayu kuno dapat diidentifikasi dengan beberapa ciri sebagai berikut: huruf b dibunyikan w bulan-wulan, huruf e tidak dibunyikan dengan-dngan atau
dangan, awalan ber dibaca mar berlepas-marlamas, awalan di dibaca ni diperbuat-niparwuat. Periode yang keduaBahasa Melayu Klasik, pada abad ke
XIII, pada periode ini masa kegemilangan bahasa Melayu karena berada di tiga
24
Suku Sakai adalah suku yangterbelakang dalam perkembangan kebudayaannya.Suku ini hidup di daerah pedalaman yang jauh dari tepi Sungai Siak dan mereka sebagian besar hidup
sederhana dan belum dipengaruhi oleh kebudayaan luar.Pada masa Kesultanan Siak berkuasa, Sultan sangat memberikan kebebasan beragama sesuai dengan kepercayaan masyarakatnya.Sultan
juga menghargai hasil adat kebiasaan Suku Sakai dengan mengakui kepala suku mereka yang disebut Batin.
26 zaman kerajaan yang besar, seperti Kesultanan Melaka, Kesultanan Acheh dan
Kesultanan Johor-Riau. Pada masa yang berbeda ini, tiga kerajaan tersebut menjadikan bahasa
Melayu sebagai bahasa internasional dan bahasa wajib ketika melakukan aktivitas berdagang diarea Semenanjung Melaka. Bahasa melayu juga sebagai media yang
efektif dalam proses Islamnisasi di Semenanjung Melayu. Seorang pegawai pada masa pemerintahan Portugis yang bernama Jan Hugen van Lischotten yang
berkebangsaan Belanda mengatakan bahwa pada saat itu Bahasa Melayu dianggap sebagai bahasa yang paling dihormati antara bangsa-bangsa negeri Timur.
Terdapat beberapa hipotesis yang terbangun, baik mengenai kedatangan maupun tarikh kedatangannya yang mungkin saling melengkapi satu sama lain.
Dalam bahasa Arab-Melayu ini menjadi bahasa orang-orang Melayu pada masa beberapa Kesultanandi tanah Melayu seperti, Kesultanan Pasai, Kesultanan Aceh,
Kesultanan Melaka, Kesultanan Johor-Riau, Kesultanan Siak Sri Indrapura.
25
Demikian sekilas penjelasan mengenai bahasa Melayu, dan pada dahulu masa pemerintahan kerajaan-kerajaan Melayu Islam yang pernah menjadikannya
sebagai bahasa internasional dan sebagai bahasa wajib setiap melakukan aktifitas perdagangan dan sebagai alat komunikasi utama dalam penyebaran agama Islam
di kepulauan Melayu.
25
Yusuf Yusmar, Studi Melayu, Jakarta: PT. Wedatama Widya Sastra cet I, 2009, hal. 23-26.