Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4 Akibat kekalahan tersebut yang terjadi pada akhir abad ke-XIII, Kerajaan
Sriwijaya mengalami keruntuhan karena didesak oleh tiga kekuatan,dari Utara, orang-orang Siam 1292.
4
Kekuatan lain dari dalam sendiri yaitu Melayu Jambi yang telah dikuasai oleh Singosari pada tahun 1275-1293 M dan akhirnya
kekuatan ketiga ialah langsung Singosari dan Mojopahit. Setelah hancurnya Kerajaan Sriwijaya berdampak di kemudian hari dengan bermunculan kerajaan-
kerajaan Melayu yang berada di bawah kekuasaannya. Dari beberapa faktor itulah pengaruh Kerajaan Sriwijaya sudah melemah sehingga menyebabkan munculnya
kerajaan-kerajaan di sekitar Selat Melaka. Demikian di daerah Riau, terdapat beberapa kerajaan Melayu yang namanya masih hidup dalam sejarah.
Kerajaan Melayu yang dimaksud adalah, Kerajaan Bintan atau Tumasik dan Melaka, Kerajaan Kandia atau Kuantan, Kerajaan Gasib, Kerajaan Kritang
dan Inderagiri, Kerajaan Rokan, Kerajaan Pekan Tua. Dalam pepatah Melayu mengatakan Patah tumbuh hilang berganti, tidakkan Melayu hilang di bumi,
itulah semboyan orang Melayu, walaupun Sriwijaya runtuh namun setelah itu tumbuh dan berkembang beberapa kerajaan Melayu yang bercorak Islam sekitar
Selat Melaka dan di daerah Riau. Melaka merupakan daerah lalu lintas dan tentunya sangat ramai dikunjungi oleh pedagang-pedangan Islam. Mengapa hal
seperti ini bisa terjadi, dikarenakan Selat Melaka sangat penting dan sebagai pintu gerbang transito perdagangan para pedagang muslim dan mubaligh ulama
untuk meneruskan perjalanannya ke Pantai Utara Brunei, Sulu, Melaka, Jawa dan
4
Adapun yang dimaksud dari orang-orang Siam adalah Kerajaan Sukhotai di Wliayah Muang Thai sekarang ini. Orang Siam terusir oleh Raja Mongol di Cina yaitu Wangsa Yuan 1260-
1368 yang menginginkan untuk menaklukan orang-orang Siam di Indo-Cina. Dan tepat pada tahun 1292 M, daerah Ligor dapat di kuasai oleh Kerajaan Sukhotai dan terus ekspansi ke daerah
Selatan. Lihat Tim Penulisan Universitas Riau, Sejarah Riau, Pekanbaru Riau, 1976, hal. 120.
5 terus ke Maluku. Tepat pada tahun 1414 M, pada masa Sultan Muhammad
Iskandar Syah agama Islam mulai terasa di Kesultanan Melaka dan berlanjut pada tahun 1445-1458 M, tepatnya pada masa Sultan Muzaffar Syah agama Islam
menjadi agama rsmi di Kesultanan Melaka. Pada saatitupula pengaruh Hindu- Budha perlahan hilang dengan masuknya agama Islam di Riau dengan ditinjau
dari sudut sejarah dan geografis terdiri dua jalur, yakni melalui jalur perdagangan dari luar negeri dan dalam negeri antar daerah.
5
Sejak adanya jalur perdaganga ini, para pedagang Islam pendakwah mulailah Islamisasi di wilayah Riau dan sekitarnya dengan mengajarkan ajaran
katauhidandari kepercayaan lama masyarakat setempat yang sudah melekat yakni Hindu-Budha dengan tanpa merusak tradisi, adat, dan budaya yang sudah ada.
Pada abad ke-IV-V di pedalaman kampung yang bernama Gasib yang berada sekitar Sungai Jantan Siak terdapat sebuah kerajaan yang kental dengan ajaran
Hindu-Budha, yakni Kerajaan Gasib. Adapun daerah kekuasaan Kerajaan Gasib cukup luas, yakni sepanjang aliran Sungai Jantan hingga perbatasan daerah
Minangkabau, Sumatera Barat.
6
Kerajaan Gasib mendapatkan serangan dari Kesultanan Melaka yang sedang melakukan ekpansi tanah daratan Riau dan
sekitarnya. Kesultanan Melaka menyadari akan potensi kekayaan alam dan kualitas tanah yang subur akan menguntungkan di sektor perekonomian.
5
Daerah Riau jika dilihat dalam globe terlihat sangat strategis bagi lalu lintas pelayaran yang menghubungkan jalur pelayaran dari Arab, Cina ke India dan sebaliknya, adapun rincian
route yang dimaksud sebagai berikut: Dari Arab, ke Teluk Persia, Cambay, Gujarat, Selat Melaka, Teluk Siam, Cina. Dan apabila terjadi pergantian angin angin muson di Laut Cina Selatan, maka
pelayaran beralih dari Selat Melaka, ke Pantai Timur Sumatera, Pantai Utara Jawa, Selat Makassar, Philipina baru ke Cina. Dan dari jalur perdagangan dalam negeri antar daerah di
Nusantara. Lihat Tim Penulisan Universitas Riau, Sejarah Riau, Pekanbaru, 1976, hal. 120-125.
6
O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, cet.I, CV. Sukabina Pekanbaru, LAM Kabupaten Siak, 2011, hal.8.
6 Tepat pada 1444-1477 M, Kerajaan Gasib berhasil ditaklukkan oleh
Kesultanan Melaka dibawah pemerintahan Sultan Mansyur Syah. Setelah dikalahkan oleh Kesultanan Melaka, Kerajaan Gasib berada di bawah empayar
Kesultanan Melaka. Mulailah proses Islamisasi yang dilakukan oleh Kesultanan Melaka ketika dipimpin Sultan Mansyur Syah dengan menjadikan anak laki-laki
dari seorang Raja Gasib yang bernama Megat Kudu untuk memimpin Kerajaan Gasib. Sehingga pada peristiwa ini raja yang bernama Megat Kudu mendapatkan
gelar yang kental dengan Islam, yakni Sultan Ibrahim dan otomatis menjadi seorang muallaf karena melihat Kera Melaka yang begitu kental dengan nilai-nilai
ke-Islaman.
7
Peristiwa ini berdampak dengan kemunculan beberapa kerajaan yang bercorak Islam. Beberapa kerajaan yang kental dengan Hindu-Budha berbelok
keyakinannya atas pengaruh Kesultanan Melaka yang terlebih dahulu memeluk Islam, diantaranya Kerajaan Gasib. Pengaruh agama Islam yang dibawa oleh
Kesultanan Melaka semakin besar dan mengalami puncak kegemilangan pada masa Sultan Mansyur Syah 1459-1477 M. Faktor berikutnya yang menyebabkan
Kesultanan Melaka berhasil memperluas daerah kekuasaanya diantara kerajaan- kerajaan kecil yang bercorak Hindu-Budha dengan menggunakan kekuasaan
politiknya dan memasukkan negeri-negeri lain ke dalam sektor perdangangan dan melakukan Islamisasi dijajaran para raja. Strategi ini sangat efektif, karena ketika
raja sudah memeluk agama Islam maka otomatis jajarannya dan rakyatnya akan mengikuti apa yang dilakukan oleh rajanya. Kemudian Kesultanan Melaka juga
7
Tim Penulisan Universitas Riau, Sejarah Riau, Masa Kolonialisme hingga Kemerdekaan RI, Pekanbaru :Sutra Benta Pustaka, 2006, hal. 154-156.
7 memberlakukan sistem perkawinan, dengan menikahkan antar kerajaan sangat
memperkuat keharmonisan di dalam keluarga-keluarga kerajaan. Dari semua langkah tersebut sudah dilaksakan ketika penaklukkan Kerajaan Gasib sehingga
agama Islam masuk dan berkembang.Setelah Kerajaan Gasib ditaklukkan oleh Kesultanan Melaka, Sultan Mansyur Syah menobatkan anak Raja Gasib yang
bernama Megat Kudu untuk memimpin Kerajaan Gasib di bawah kedaulatan Kesultanan Melaka. Sehingga Megat Kudu menjadi menantu dan bergelar Sultan
Ibrahim. Pada tahun 1477-1488 M, ketika Sultan Alauddin Riayat Syah I menjadi sultan di Kesultanan Melaka, maka di Kerajaan Gasib juga mengalami pergantian
Sultan Ibrahim digantikan anaknya bernama Raja Abdullah. Beranjak pada masa Sultan Alauddin Riayat Syah I digantikan oleh Sultan Mahmud Syah I pada tahun
1488-1511 M, senada di Kerajaan Gasib digantikan juga Raja Abdullah dengan Raja Husin. Pada periode inilah Kesultanan Melaka kedatangan tamu dari Eropa
untuk menguasai Melaka dan memonopoli perdagangan. Bangsa Portugis datang ke Melaka dengan kekuatan penuh dan senjata yang memadai untuk merebut
Melaka dari Kesultanan Melaka hingga berhasil di taklukkan pada tahun 1511 M, sehingga Sultan Mahmud Syah I sultan terakhir di Kesultanan Melaka menyingkir
ke Johordan memimindahkan pusat kekuasaannya ke Bintan. Pada tahun 1513 M, Portugis kembali mengadakan penyerangan di Kara dan Bintan.
Sejak itulah Bintan dijadikan sebagai pusat pemerintahan Melayu Melaka hingga sultan terakhir Melaka yang berkuasa di Johor Kota Tinggi hingga
wafatnya yakni Sultan Mahmud Syah II 1685-1699 M. Pada saat itu juga Kemaharajaan Melayu dikenal Kesultanan Melayu Johor II Melayu Riau 1699-
1723 M yang berpusat di Bintan di Hulu Sungai Riau. Kemudian dilanjutkan oleh
8 Sultan Abdul Jalil Riayat Syah 1699-1719 M, pemerintahan selanjutnya oleh
Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah putera dari Sultan Mahmud Syah I yang telah mangkat Dijulang, pemberian gelar ini karena Sultan terbunuh dalam Julungan
8
yang dipakul oleh pelayannya ketika berangkat ke Masjid.
9
Pada masa inilah Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah mendirikan Kesultanan Siak Sri Indrapura di
Buantan pada tahun 1723-1746 M.
10
Sultan Abdul Jalil Riayat Syah pada waktu itu berada di Kuala Pahang, memfitnah Raja Kecik dengan mengatakan bahwa
Raja Kecik bukanlah seorang anak dari Encik Pong dan zuriat Sultan Mahmud Syah II. Hal ini menyebabkan sebagian rakyat Johor cenderung membencinya,
sehingga membuat keadaan di pemerintahan Kesultanan Johor resah, seolah-olah di Kesultanan Johor dipimpin oleh dua sultan. Pada akhirnya untuk menghindari
keributan yang terjadi maka Raja Kecik meninggalkan Johor dan pindah ke Riau.Pada 1718-1719 M, Raja Kecik membangun kekuasaannya dan mendirikan
pusat pemerintahannya di Bintan, Tanjung Pinang. Kejadian diatas merupakan bagian kecil permasalahan yang telah terjadi dan menimbulkan perpecahan intenal
di Kesultanan Johor, yang berimbas kepada rakyat sehingga menimbulkan huruhara, karena rakyat Johor terpecah menjadi dua golongan, golongan pertama
ada yang berpihak kepada Raja Kecik dan golongan kedua yang berpihak kepada Sultan Abdul Jalil Riayat Syah. Pada tahun 1719 M, terjadi peperangan antar
rakyat Johor yang memihak kepada Sultan Abdul Jalil Riayat Syah dengan rakyat yang memihak kepada Raja Kecik yang mayoritas dari orang-orang Minangkabau.
8
Julungan adalah sebuah tandu kebesaran usungan dengan pikulan yang mempunyai tempat duduk
9
Prof. Hamka, Dari Perbendaharaan Lama, Jakarta: Pustaka Panjimas, cet.2, 1982, hal. 245.
10
Lihat Lampiran Peta 5-6 Kesultanan Melayu Johor I Melayu Bintan tahun 1513-1699 M dan Kesultanan Melayu Johor II Melayu Riau tahun 1699-1723 M.
9 Peperangan ini terjadi karena keduanya tidak bisa menahan diri dan emosinya.
Adapun dalam peperangan tersebut pihak dari Sultan Abdul Jalil Riayat Syah IV mengalami kekalahan dan kemudian beliau pindah ke Pahang dan Raja Kecik
juga pindah dan menetap di Riau, sejak itulah Raja Kecik menjalankan pemerintahan Kesultanan Johor-Riau. Dengan terjadinya dualisme di dalam
pemerintahan Kesultanan Johor sehingga terpecah daerah kekuasaannya menjadi tiga pusat kekuasaan dan kemudian wilayah kekuasaan dibagi tiga, daerah
Terengganu dan Pahang berada di bawah pemerintahan Bendahara Abdul JalilSultan Abdul Jalil Riayat Syah. Sedangkan daerah Johor, Siak, Bengkalis,
dan Batu Bara berada dibawah pemerintahan Raja Kecik. Selain itu juga terdapat wilayah yang telah dikuasai oleh orang Bugis yang pada saat itu membantu
Bendahara Abdul Jalil dalam perebutan tahta Kesultanan Johor dengan Raja Kecik yaitu daerah Selanggor, Kelang dan Lingga berada dibawah pemerintahan
Daeng Merewah dan Daeng Manompok.
11
Setelah pembagian wilayah tersebut Raja Kecik mundur dan mencari daerah yang nyaman dan strategis untuk
menghimpun kekuatan dan mengkodusifkan pemerintahannya. Pada akhirnya Raja Kecik menemukan suatu tempat dan merapat di Siak.
Adapun daerah Siak tepatnya di Buatan yang berada di sepanjang Sungai Siak Jantan dipilih oleh Raja Kecik untuk membuat siasat dan dapat menuntut bela
atas pembunuhan ayahnya oleh Bendahara Abdul Jalil Riayat Syah.Langkah pertamanya Raja Kecik mendirikan sebuah kerajaan yang pewaris sah Kesultanan
11
Mohd. Yusoff Hashim, 1992, Pensejarahan Melayu : kajian tentang tradisi sejarah Melayu Nusantara. Kuala Lumpur ; Dewan Bahasa dan Pusaka Malaysia. Baca juga tulisan lain
Mohd. Yusoff Hashim, 1994. Daulat dalam tradisi budaya dan politik kesultanan Melayu abad ke-XV dan awal abad ke-XVI ; antara mitos dan realiti. Dalam Journal of the historical society.
Kuala Lumpur : Universitas of Malaya. No.3.
10 Johor, kerajaan tersebut nantinya bernama Kesultanan Siak yang berpusat di
Buantan pedalaman Sungai Siak, meskipun berada di bawah pengaruh kekuasaan Kesultanan Johor-Riau yang pada saat itu pusat pemerintahannya
terletak Bintan Hulu Sungai Riau. Raja Kecik pun dinobatkan sebagai Raja Siak pertama pada tahun 1723 M, dengan gelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah.
Segenap peristiwa singkat di atas menyimpulkan bahwa Kesultanan Siak Sri Indrapura memiliki hubungan dengan Kesultanan Johor, dan Kesultanan Johor
memiliki hubungan dengan Kesultanan Melaka. Ketiga kerajaan ini merupakan dinasti Kemaharajaan Melayu yang menjadi pusat peradaban Islam dikalangan
masyarakat Melayu Riau maupun Johor. Dalam benak penulis terdapat pertanyaan, bagaimana proses Islamisasi
dan perkembanganya di Kesultanan Siak Sri Indrapura?, seberapa besar pengaruh agama Islam disektor budaya, bahasa, sistem pemerintahan dan ekonomi-sosial?,
dan mengenai kedatangan bangsa asing di Kesultanan Siak Sri Indrapura serta bentuk perlawanan terhadap kolonialisme. Pada permasalahan itu semua penulis
ingin merangkumnya dalam satu judul yaitu:Kesultanan Siak Sri Indrapura : Islam dan Perlawanan Terhadap Kolonialisme 1760-1946 M.