90
3. Kedatangan Bangsa Jepang
Pada tahun 1942 M, bertepatan dengan runtuhnya kekuasaan pemerintahan Hindia-Belanda yang berpusat di Kalijati, karena menyerahnya Gebernur Jenderal
Hindia Belanda yang bernama Tjandra Van Stakenborg Stachower dan Letnan Jendral Teer Poorten kepada pasukan perang militer Jepang di bawah pimpinan
Jendral Imamura. Daerah-daerah taklukan yang berada di bawah pemerintahan Belanda telah resmi diambilalih oleh kekuatan pasukan Jepang. Pada saat itu
terjadi perang Asia Timur Raya dan Jepang telah menguasai Tanah Semenanjung Malaya. Nampak beberapaangkatan militer udara Jepang telahmelintasi di atas
daerah Kesultanan Siak Sri Indrapura. Mengenai kedatangan Jepang di Siak Sri Indrapura bertepatan pada tahun 1942, saat itu sultan sedang berada di Masjid
Syahabuddin sedang mengikuti resepsi acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, kemudian O.K Mohammad Jamil status beliau sebagai sekretaris pribadi
sultan, menghampiri sultan dan menyampaikan kabar mengenai kedatangan pasukan Jepang yang sudah berada di Kampung Benteng tepatnya di Kantoor
Controluer. Kemudian kolonial Jepang disambut oleh sultan dan rakyat Siak karena
bagi mereka tentara Jepang telah membebaskan mereka dari kebiadaban kolonial Belanda.Mengapa sikap rakyat Siak ini bisa terjadi, dikarenakan kolonial Jepang
telah menyebarkan berbagai propaganda dengan pencitraan diseluruh pelosok
Onderhoorigheden, gehecht aan het kontrak dd. 1 December 1857 Bt 9 Februari 1858 no 3 goed gekeurd bij van 13 Oktober 1864 no 14. Bijl. Hand. St. Generaal 186566-117. Kemudian
berlanjut pada halaman 181, A-13 Contract met den Sultan van Lingga-Riouw dan Onderch.dd°. 30 September 1868 Bt. 1 October 1869 No. 5 Hand. Staten Genaar 187071-65. Surat perjanjian
ini berisi tujuh pasal dan berkesimpulan bahwa pihak Belanda setelah menempatkan pusat kuasanya di Tanjung Pinang agar ditambahkan lagi daerah kekuasaan Gebernur Jenderal Hindia-
Belanda.
91 tanah Melayu. Kedatangan kolonial militer Jepang di Siak Sri Indrapura diringi
dengan teriakan yang lantang yakni banzai. Sesungguhnya kedatangan kolonial Jepang sangat dipenuhi segala tipu muslihat dengan berpura-pura bersikap
simpatik, baik dan ramah kepada sultan, pegawai, dan rakyat Kesultanan Siak Sri Indrapura sehingga mendapatkan respon positif dari rakyat dan pihak Kesultanan
Siak Sri Indrapura.
111
Semua sikap ini merupakan strategi licik yang diterapkan kolonial Jepang ketika akan menguasai daerah kekuasaan Kesultanan Siak Sri Indrapura. Setelah
kolonial Jepang berhasil mengambil emosional sultan dan jajarannya, maka pihak Jepang meminta untuk mengibarkan bendera Jepang Hinomaru disekitar istana
Siak Sri Indrapura, pada akhirnya sultan mengizinkannya.Keadaan yang damai, tenang dan ramah ini, kemudian berubah dari keramahan menjadi sikap militer
yang fasis menjurus sistem pemerintahan yang otoriter. Setelah pasukan militer Jepang berhasil memperluas kekuasaannya, maka semua sandiwara tersebut
berakhir. Kemudian kolonial Jepang mulai menampakkan kararkter aslinya yang ganas, kejam dan tidak berperikemanusiaan terhadap daerah jajahannya, sikap
inilah yang pernah diterapkan pada saat pemerintahan Sultan Syarif Kasim Tsani.
B. Kesultanan Siak Sri Indrapura dalam Kekuasaan Kolonialisme
1. Masa Pemerintahan Belanda
Setelah melakukan beberapa perjanjian yang mengikat para sultan di Riau dan sekitarnya, khususnya di Kesultanan Siak Sri Indrapura, maka kolonialisme
menjalar ke dalam sistem pemerintahan yang mengakibatkan lumpuhnya sistem
111
O.K.Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, hal. 170.
92 pemerintahan karena segala apa yang sultan dan para pegawai lakukan untuk
pentingan kerajaan terbatas. Adapun maksud dari ekspansi yang dilakukan oleh Belanda ke Timur
Sumatera, dikarenakan Belanda sudah mengetahui potensi kekayaan sumber daya alam, khususnya daerah kekuasaan Kesultanan Siak Sri Indrapura.
Setelah berhasil menjejakkan pengaruhnya di Selat Melaka kemudian berlanjut untuk memegang kendali diseluruh kesultanan yang berada di Riau.
Kolonialisme sudah masuk sejak masa pemerintahan di Kesultanan Johor, tepatnya pada tahun 1713 M, ketika Sultan Abdul Jalil Riayat Syah mencoba
untuk membuat perjanjian kepada pihak Belanda, sebenarnya perjanjian ini tidak jauh pembahasannya untuk melanjuti perjanjian yang sudah disepakati pada
tanggal 9 April tahun 1689 M.
112
112
Perjanjian ini berawal dari tanggal 6 April 1685 M, yang dibuat oleh ketiga pihak, yakni pihak Sultan yang diwakili oleh Datuk Sri Maharaja dengan Syahbandar Francois van der
Beeke dan Letnan Jan Rosdom selaku perwakilan dari pihak Gebernur Melaka yang bernama Nicholas Schagen. Perjanjian ini oleh ketiga pihak telah disepakati yang terdiri dari 8 pasal yaitu:
Pasal I Perjanjian perdamaian abadi Pasal II Monopoli perdagangan bebas dalam bahan pakaian, uang kontan, timah, dan
emas untuk V.O.C. sepanjang Sungai Siak tanpa mendirikan sebuah rumah atau kantor pajak. Paduka Raja diperbolehkan setiap tahun mengirim sebuah perahu berisi pakaian kesana.Artikel ini
hanyaberlaku sampai Sultan jadi akil balig. Pasal III Orang-orang Johor diizinkan berdagang secara bebas di Sungai Siak dalam
barang-barang makanan selain dari garam.Kompeni mempunyai hak untuk menggeledah perahu mereka untuk memeriksa bahan-bahan terlarang.
Pasal IV Raja tidak diperbolehkan mengizinkan kepada suatu bangsa Eropa lainnya untuk berdagang dalam barang-barang pakaian.
Pasal V Pengembalian pelarian-pelarian dan budak-budak yang melarikan diri secara timbal balik
Pasal VI Kapal-kapal kompenitidak dibenarkan mengganggu perahu-perahu orang Johor yang berlayar di Sungai Siak maupun di Bengkalis.
Pasal VII Pembesar-pembesar Negeri harus bersedia untuk turut serta dalam menyelesaian persengketaan yang mungkin timbul antara Inderagiri, Jambi dan Palembang.
Pasal VIII Dengan demikian turut serta mempertahankan kepentingan-kepentingan kompeni dan menjalankan bunyi kontrak ini.
Perjanjian ini bagi Belanda tidak menguntungkan dan selang beberapa tahun kemudian tepatnya pada tahun 1689 M untuk mendesak agar dapat diperbaharui perjanjian
tersebut.perjanjian ini kemudian direvisi dengan adanya penambahan redaksi dan pasal dari delapan menjadi sepuluh. Adapun perjanjian jelasnya adalah :
Pasal I Pembaharuan dan pengesahan traktat-traktat yang lama
93 Sungguh terjadi berbagai serangan antar keduanya hingga akhirnya Raja
Sulaiman dan pasukan perang Bugis berhasil merebut kembali tahta Kesultanan Johor dari Sultan Abdul Jalil Riayat Syah dan mengukuhkan kedaulatannya di
pedalaman Johor. Sedangkan Sultan Abdul Jalil Riayat Syah berhijrah ke Bintan dan disanalah Sultan Abdul Jalil Riayat Syah membangun kekuatan. Pada tahun
1723 M, telah mendirikan sebuahkerajaan Melayu Islam baru dibibir Sungai Jantan Siak yang nantinya bernama Kesultanan Siak Sri Indrapura. Dalam
melakukan jajahannya, kolonial Belanda menerapkan cara yang efektif, yakni dengan cara politik adu domba antar keluarga sultan hingga timbul kegoncanggan.
Seperti apa yang telah terjadi pada masa Sultan Siak ke-III, Sultan Ismail Abdul Jalil Jalaluddin Syah dengan Tengku Alam. Saat ituTengku Alam meminta
bantuan kepada Belanda untuk mengambil alih tahta kerajaan dari tangan Sultan Siak ke-III, Tengku Alam berhasil merebut tahta kerajaan yang disokong oleh
Belanda dan dirinya menjadi Sultan Siak ke-IV dengan gelar Sultan Abdul Jalil
Pasal II Monopoli dan perdagangan di seluruh daerah kerajaan Pasal III Melarang bagsa Arab bermukim di daerah Johor sebagai pedagang mereka harus
membayar pajak yang tinggi sekali. Pasal IV Sampai Sultan menjadi akil baligh kompeni diberikan hak monopoli dalam
perdagangan bahan pakaian, uang kontan, timah, dan emas sepanjang Sungai Siak dengan izin dapat mendirikan sebuah rumah kayu di sana. Bendahara diizinkan sekali dalam setahun mengirim
sebuah kapal kecil berisi bahan pakaian ke sana. Pasal V Perdagangan bebas antara Johor dan Melaka
Pasal VI Penduduj sepanjang Sungai Siak berhak menjual bahan-bahan kayu kepada kompeni.Syahbandar Johor yang ada di Sabah Auh tidak boleh menghalang-halangi perdagangan
kompeni. Pasal VII Rakyat Johor diperbolehkan berdagangan sepanjang Sungai Siak dalam barang-
barang makanan dan barang-barang kecil.Perahu-perahu mereka harus patuh pada pemerikasaan yang dilakukan oleh kompeni untuk memerikasa barang-barang larangan.
Pasal VIII Penyerahan timbal balik dari budak-budak yang melarikan diri dan penghiantan-penghianatan.Penculikan manusia dihukum dengan hukuman mati.Untuk
memberikan contoh budak yang melarikan diri yang pertama dihukum mati. Pasal IX Rakyat-rakyat Johor tidak boleh diganggu oleh kapal-kapal perang kompeni di
Sungai Siak dan sekitar Bengkalis.Tetapi orang-orang Johor yang mengganggu dapat dihukum. Pasal X Johor wajib membantu perdagangan kompeni dan wajib melaksanakan kontrak
ini sebaik mungkin.Lihat selengkapnya Tim Penulisan Universitas Riau, Sejarah Riau, Pekanbaru, 1976, hal. 224.