30 Setelah wafat puteri kesayangannya itu, Raja Gasib hijrah ke Gunung
Ledang yang berada di Melaka. Untuk sementara tahta kerajaan dipinggul oleh panglima Jimban, meskipun sang panglima Jimban menguasai Kerajaan Gasib,
karena kesetiaanya kepada raja sangat tinggi,maka dirinya tidak ingin menari dalam kesedihan yang dialami oleh rajanya itu. Kejadian tersebut secara ilmiah
memang belum dapat dibuktikan secara nyata,bermodalkan pada keyakinan mayarakat setempat berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan disekitar area pusat
pemerintahan Kerajaan Gasib seperti, ditemukan mahkota Puteri Kaca Mayang, di Tapung Kiri yang didapatkan dari seorang Bendahara dari Batu Gajah yang masih
menyimpan sebuah gagang keris yang diberikan oleh raja Gasib sebagai hadiah. Bukti-bukti lainnya juga yang dimiliki Bendahara dari Tadun dari raja Gasib
berupa perisai dan dikuatkan oleh adanya makam yang diyakini oleh penduduk setempat yakni makam Puteri Kaca Mayang. Adapun raja yang dapat diketahui
periode pertama bernama Raja Begadai, pernyataan ini berlandaskan Tarikh Cina yang dikatakan didalamnya bahwa para raja yang berada di Gasib, Indragiri dan
Siantan pernah memohon perlindungan kepada Cina. Keadaan ini bisa dibenarkan karena saat itu terjadi perluasan wilayah jajahan yang dilakukan oleh Kesultanan
Melaka yang mulai merambat ke sungai-sungai yang berada di Riau, menginggat daerah ini memiliki sumber daya alam yang melimpah dan diiringi kepentingan
dakwah syiar Islam yang dilakukan oleh pengusa Kesultanan Melaka.
29
Pada tahun 1444-1477 M, Kesultanan Melaka yang dikendalikan oleh Sultan Mansyur Syah berhasil menjadikan Kerajaan Gasib yang kental akan
Hindu-Budha berada di bawah kedaulatan Kesultanan Melaka.
29
Muchtar Lutfi dkk, Sejarah Riau, 1977, hal. 152-155.
31 Berhubung Kesultanan Melaka telah menjadi kerajaan yang telah
terpengaruh oleh agama Islam maka status Kerajaan Gasib yang berada di bawah taklukkannya maka raja dari Kerajaan Gasib yang bernama Permaisura ditawan
oleh Kesultanan Melaka. Selain daripada itu raja Gasib tidak hanya dijadikan sebagai tawanan, sisi lain juga anak dari Permaisura yang bernama Megat Kudu
telah menjadi seorang muallaf dan dinobatkan sebagai raja untuk mengendalikan kekuasaan Kerajaan Siak Gasib.
30
2. Proses Bercorak Islam
Adapun dalam pemerintahan Kerajaan Gasib ini mengalami dua fase, fase yang pertama Kerajaan Gasib yang bercorak Hindu-Budha dan fase yang kedua
Kerajaan Gasib bercorak Islam. Pada akhir abad ke-XIV, Kerajaan Majapahit menyerang negeri Tumasik, dalam serangan tersebut Permaisyura melarikan diri
ke wilayah bagian utara tepatnya Semenanjung dan disanalah Permaisyura mendirikan kerajaan baru yang nanti akan menjadi kerajaan besar yakni
Kesultanan Melaka. Dalam perluasan kekuasaan Kerajaan Majapahit di dearah kekuasaan Raja
Begadai di Gasib, maka Raja Begadai memikirkan cara untuk menghadang para pasukan perang yang kuat dari Kerajaan Majapahit. Raja Begadai bersiasat
dengan menggunakan taktik tipu muslihat untuk berkoalisi dengan Kerajaan Majapahit. Kemudian Raja Begadai memerintahkan Panglima Panjang untuk
bergabung dengan pasukan perang Majapahit, taktik Raja Begadai ini dapat terlaksana dengan mudah. Dengan mendapatkan sokongan dari pasukan perang
30
O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, 2011, hal. 9-10.
32 Kerajaan Gasib di bawah komando Panglima Panjang maka Kerajaan Majapahit
perlahan mulai memasuki Selat Melaka dan terus beranjak ke Laut Cina Selatan.
31
Pada tahun 1433 M, Kerajaan Gasib di bawah kekuasaan Raja Begadai, saat itu masih memeluk agama Hindu-Budha. Kerajaan Gasib terancam akan
ekspansi Kesultanan Melaka yang akan menyebarkan ajaran Islam. Daerah Gasib yang berada di sekitar Sungai Jantan Siak memiliki keunggulan tanah yang baik
dan subur, tidak hanya kesuburan tanahnya daerah Gasib juga sangat kaya akan sumber daya alam yang dihasilkan dari hutan dan perkebunannya berupa damar,
gaharu, getah sonde, rotan, dan biji-biji timah. Kekayaan alam ini sangat berguna untuk perbendaharaan kerajaan, fenomena ini menjadikan magnet Kesultanan
Melaka untuk menguasai daerah Gasib dan sekitarnya. Dalam Hikayat Cina, mengisahkan mengenai ekspansi Kesultanan Melaka
ke Gasib, Raja Begadai segera memohon bantuan Cina dan Kerajaan Majapahit, namun sangat disayangkan bantuan yang ditunggu-tunggu tak kunjung jua, karena
Kerajaan Majapahit sedang mengalami fase kemerosotan akibat munculnya beberapa kerajaan di Nusantara yang berada di pulau Jawa dan Selat Melaka
telah berpindah haluan dari kepercayaan Hindu-Budha ke agama Islam.
32
Melalui jalur pernikahan mulailah perubahan gelar raja menjadi sultan di Kerajaan Gasib, dan pada fase yang pertama pemerintahan Kerajaan Gasib yang
bercorak Hindu-Budha beranjak menjadi fase yang kedua pada pemerintahan Kerajaan Gasib yang bercorak Islam. Masuknya agama baru yakni Islam di Gasib
sama halnya seperti yang terjadi di daerah Nusantara. Adapun yang dimaksud
31
O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, cet.I, 2011, hal. 9-10.
32
O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, cet.I, hal. 10-11.
33 hadirnya Islam dengan penuh keramahan dan kedamaian terhadap agama yang
sudah ada sebelumnya dan karena agama Islam tidak pernah merusak adat dan budaya yang telah berlaku jauh sebelum kedatangannya, seperti yang terjadi di
Gasib, justru agama Islam memadukan adat dan budaya Hindu-Budha dengan beberapa unsur yang condong dengan nilai ke-Islaman, diantaranya pada upacara
adat seperti, membakar dupa, adat tepung tawar dipadukan dengan unsur ke- Islaman adanya pengucapan salam dan diakhiri dengan doa. Seluruh peristiwa ini
bisa terlaksana karena apa yang telah dilakukan oleh para pendakwah Islam mubalig orang yang menyebarkan ajaran agama Islam sesuai dengan ajaran Nabi
Muhammad ﷺ, bahwasannya agama Islam adalah agama yang penuh dengan
kedamaian, karena di dalam suatu riwayatSesungguhnya Aku Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT, tidak lainhanya untuk menyempurnakan
memuliakan akhlah.Berlandaskan itulah agama Islam perlahan mendapatkan respon positif dan berkembang begitu cepat di kalangan masyarakat Gasib
meskipun dahulunya kental dengan ajaran Hindu-Budha. Masuknya agama Islam di Kerajaan Gasib ini karena posisi Gasib berada di bawah kekuasaan Kesultanan
Melaka yang begitu kental dengan nilai-nilai ke-Islaman. Waktu demi waktu terus berjalan di pemerintahan Kesultanan Melaka, hingga tiba saatnya Sultan Alauddin
Riayat Syah mangkat, kemudian tahta kerajaan selanjutnya diwariskan kepada putera mahkotanya yang bernama Sultan Mahmud Syah I 1488-1511 M. Pada
masa pemerintahan Sultan Mahmud Syah I mengalami masa kejayaan, tepatnya selama dua puluh tiga tahun di Kesultanan Melaka dan berhasil menjadi pusat
perniagaan di Selat Melaka.
34 Eksistensi Kesultanan Melaka ini tersiar hingga mancanegara, diantaranya
Cina, India, Arab dan sekitar negara-negara Asia Tenggara dan beberapa negara Eropa. Kemudian Sultan Mahmud Syah I juga memperkuat kerjasama dengan
Kerajaan Cina disektor intern dan ekstern untuk kepentingan pemerintahannya. Tindakan Sultan Mahmud Syah I ini semata melanjutkan perjuangan
daripada buyutnya yang menjadi Sultan Melaka yakni Sultan Mansyur Syah. Kerjasama semakin harmonis antara Kesultanan Melaka dengan Kerajaan Cina
berlanjut dengan diadakan pernikahan antara Sultan Melaka dengan puteri-puteri dari Kerajaan Cina. Berjalannya waktu maka Sultan Mahmud Syah I menobatkan
sultan baru di Kerajaan Gasib, dimana Sultan Abdullah digantikan oleh Sultan Husin.
33
Tantangan dan masalah terus menghampiri Sultan Mahmud Syah I selama pemerintahan, sehingga Kesultanan Melaka mengalami fase kemerosotan
karena kedatangan bangsa asing, yakni bangsa Portugis. Mengenai kehadiran bangsa-bangsa asing di dunia Timur dapat terjadi karena masalah polarisasi antara
negara Barat dengan negara Timur Eropa dan Asia, sesungguhnya telah terulang untuk kedua kalinya yang terjadi pada masa kekhalifahan Islam, dimana pada saat
itu agama Islam telah menguasai Pantai Utara Afrika hingga ke Semenanjung Liberia sekitar tahun 711 M. Atas besarnya pengaruh agama Islam maka Portugis
dan Spanyol dan bagian negara Eropa lainnya berada di bawah kekuasaan agama Islam. Kejayaan agama Islam pada saat itu dibuktikan dengan adanya pusat-pusat
peradaban Islam di Cordova dan Granada dan Laut Tengah dan terdapat pula
33
O.K Nizami Jamil dkk, Sejarah Kerajaan Siak, cet.I, hal. 13.