Penerbitan Surat Paksa Pemberitahuan Surat Paksa oleh Jurusita

42 Tabel 3.1 Perbedaan antara Wajib Pajak dan Penanggung Pajak Wajib Pajak Penanggung Pajak 1. Badan 2. Badan dalam pembubaran atau pailit 3. Warisan yang belum dibagi 4. Anak yang belum dewasa orang yang berada dalam pengampunan 1. Pengurus termasuk orang yang nyata-nyata berwenang ikut menentukan kebijaksanakanmengambil keputusan dalam perusahaan. 2. Orangbadan yang dibebani dengan pemberesan 3. Salah seorang ahli waris pelaksana wasiat yang mengurus harta peninggalannya 4. Oleh wali atau pengampunannya Sumber: Hadi, 2001

3.4.3 Penerbitan Surat Paksa

Surat Paksa diterbitkan oleh Kepala KPP apabila : a. Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis. b. Terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus. c. Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagimana tercantumdalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak. Penerbitan surat paksa secara sah oleh pejabat berwewenangmerupakan modal utama bagi pelaksanaan penagihan pajak yang efektif, karena Surat Paksa memberikan kewenangan kepada petugas penagihan pajak untuk melakukan eksekusi langsung parate executie dalam penyitaan atas barang milik Penanggung Pajak dan melakukan penjualan langsung atau melalui lelang atas 43 barang-barang tersebut untuk pelunasan pajak terutang tanpa melalui prosedur di pengadilan terlebih dahulu.

3.4.4 Pemberitahuan Surat Paksa oleh Jurusita

Menurut pasal 10 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, Surat Paksa diberitahukan oleh Jurusita Pajak dengan pernyataan dan penyerahan salinan Surat Paksa kepada Wajib PajakPenanggung Pajak. Mengingat Surat Paksa mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan gross akta, yaitu putusan pengadilan perdata yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, maka pemberitahuan kepada Wajib PajakPenanggung Pajak oleh Jurusita Pajak dilaksanakan dengan cara membacakan isi Surat Paksa. Kemudian kedua belah pihak Jurusita Pajak dan Wajib PajakPenanggung Pajak menandatangani berita acara sebagai pernyataan bahwa Surat Paksa telah diberitahukan. Selanjutnya salinan Surat Paksa diserahkan kepada Penanggung Pajak, sedangkan Surat Paksa yang asli disimpan di kantor pejabat yang berwenang melakukan penagihan pajak. Pemberitahuan Surat Paksa dituangkan dalam berita acara yang sekurang- kurangnya memuat: a. Hari dan tanggal pemberitahuan Surat Paksa; b. Nama Jurusita Pajak; c. Nama yang menerima Surat Paksa; d. Tempat pemberitahuan Surat Paksa. 44 3.4.5Pelaksanaan Pemberitahuan Surat Paksa Pelaksanaan pemberitahuan Surat Paksa dilakukan oleh Jurusita Pajak dengan cara berikut ini Hadi, 2001: 29. 1 Jurusita Pajak menandatangani tempat tinggal tempat kedudukan Wajib PajakPenanggung Pajak dengan memperlihatkan tanda pengenal diri. Jurusita Pajak mengemukakan maksud kedatangannya yaitu, memberitahukan Surat Paksa dengan pernyataan dan menyerahkan salinan Surat Paksa tersebut. 2 Jika Jurusita Pajak bertemu langsung dengan Wajib PajakPenanggung Pajak minta agar WPPP surat-surat keterangan pajak yang ada untuk diteliti: - Apakah tunggakan pajak menurut ketetapan pajak cocok dengan jumlah tunggakan yang tercantum pada Surat Paksa. - Apakah ada Surat Keputusan PenguranganPenghapusan. - Apakah ada kelebihan pembayaran dari tahunjenis pajak lainnya yang belum diperhitungkan. 3 Jika Jurusita Pajak tidak menjumpai Wajib PajakPenanggung Pajak maka salinan Surat Paksa tersebut dapat diserahkan kepada: a. Keluarga Penanggung Pajak atau orang yang bertempat tinggal bersama Wajib PajakPenanggung Pajak yang akilbaliq dewasa dan sehat mental. b.Anggota Pengurus Komisaris atau para pesero dari Badan Usaha yang bersangkutan. c. Pejabat Pemerintah setempat BupatiWalikotaCamatLurah dalam hal mereka tersebut pada butir a dan b di atas juga tidak dijumpai.Pejebat- pejabat ini harus memberi tanda tangan pada Surat Paksa dan salinannya, 45 sebagai tanda diketahuinya dan menyampaikan salinannya kepada Wajib PajakPenanggung Pajak yang bersangkutan. d.Jurusita Pajak yang telah melaksanakan penagihan pajak dengan Surat Paksa, harus membuat laporan pelaksanaa Surat Paksa bentuk KP.RIKPA 4.9-97. 4 Kalau penanggung pajak tidak ditemukan di kantor, maka Jurusita Pajak dapat menyerahkan salinan SP kepada: - Seseorang yang ada di kantornya salah seorang pegawai, - Seseorang yang ada di tempat tinggalnya istri, anak atau pembantu rumahnya. 5 Kalau tunggakan berbeda, yaitu tunggakan menurut SP berbeda dengan tunggakan menurut SKP yang ada pada Wajib PajakPenanggung Pajak, maka Jurusita Pajak tidak boleh mengubah, apa yang tertulis pada SP ataupun mencoret dan menambahkan pembetulannya. Jurusita Pajak mengembalikan SP tersebut kepada Kepala Seksi Penagihan dengan disertai laporan dan usul agar dikeluarkan SP yang baru dengan menggunakan nomor dan tanggal yang sama sesuai dengan data sebenarnya. 6 Kalau penaggung pajak menolak Surat Paksa, yaitu apabila alasan penilakan adalah kesalahan SP itu sendiri, maka penyelesaiannya adalah seperti yang telah diuraikan pada butir 5 lima di atas. Apabila Jurusita setelah memberikan keterangan seperlunya Penanggung Pajak atau wakilnya tetap menilak maka salinan SP tersebut dapat ditinggalkan begitu saja pada tempat kediaman tempat kedudukan Penanggung Pajak atau wakilnya, dengan 46 demikian SP dianggap telah diberitahukandisampaikan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1997 pasal 10 ayat 11. 7 Biaya Penyampaian Surat Paksa a. Jumlah biaya Menurut Kep.DJP.No.Kep-01pj.751994 tgl 14-1-1994, besarnya biaya penyampaian Surat Paksa, sebagai berikut: - Biaya Harian Jurusita = Rp 10.000,- - Biaya Perjalanan = Rp 15.000,- b.Apabila seorang Jurusita Pajak telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, maka ia sepenuhnya menerima biaya penagihan tanpa dikaitkan apakah piutang pajak dan biaya penagihannya telah dilunasi oleh WPPP atau belum, sebaliknya dalam hal ketentuan- ketentuan tersebut tidak sepenuhnya diikuti, maka biaya penagihan tersebut tidak dapat diberikan. 8 Surat Paksa yang telah dilaksanakan, diserahkan kepada Kasi Penagihan disertai Laporan Pelaksanaan Surat Paksa KP. RIKPA 4.9-97 dan diteruskan kepada Kepala Seksi Penagihan untuk ditandatangani dan selanjutnya dimasukkan dalam berkas Penagihan WPPP yang bersangkutan dengan terlebih dahulu dicatat tanggal pelaksanaan Surat Paksa dalam Buku Register Pengawasan Penagihan, Buku Register Tindakan Penagihan, dan Kartu Pengawasan Tunggakan Pajak. 9 Laporan Pelaksaan Surat Paksa KP. RIKPA 4.9-97 a. Atas pelaksanaan Surat Paksa dibuat laporan oleh Jurusita Pajak yang melaksanakan penagihan pajak dengan Surat Paksa tersebut. 47 b.Hal-hal yang mendapat perhatian untuk dilaporkan yaitu: - Jenis, letak dan taksiran harga dari obyek sita dengan memperhatikan tunggakan pajak dan biaya pelaksanaan penagihan yang mungkin akan dikeluarkan. - Dalam kesan dan usul hendaknya dilaporkan keadaan yang sebenarnya dari WPPP, antara lain kemampuan bayar, itikad mau bayar dan pandangan terhadap penetapanpenagihan pajak dan sebagainya, sehingga Jurusita Pajak dapat mengajukan usul untuk tindakan penagihan selanjutnya. 10 Apabila Jurusita Pajak tidak dapat melaksanakan Surat Paksa secara langsung, maka Jurusita Pajak harus membuat laporan secara tertulis mengenai sebab- sebabnya dan usaha-usaha yang telah dilakukan dalam upaya melaksanakan Surat Paksa tersebut, antara lain menghubungi pejabat pemerintah setempat, polisi, dan sebagainya. 3.4.6Laporan Penyampaian Surat Paksa Jurusita setelah melaksanakan pemberitahuan Surat Paksa wajib membuat laporan pelaksanaan Surat Paksa. Dalam laporan tersebut berisi hal-hal sebagai berikut Zuraida, 2011:79. 1. Identitas Wajib Pajak atau Penanggung Pajak. Data identitas Wajib Pajak atau Penanggung Pajak adalah sama seperti identitas Wajib Pajak atau Penanggung Pajak yang terdapat dalam SKPKBSKPKBTSKBKBSKBKBTSTP, Surat Keputusan atau Surat Ketetapan yang mendasari Penagihan Pajak. 48 2. Pelaksanaan Penyampaian Surat Paksa Pelaksanaan penyampaian surat paksa meliputi tanggal Surat Paksa disampaikan, dilampiri dengan berita acara penyampaian Surat Paksa dan rincian utang pajak. 3. Data mengenai Tunggakan Pajak Diuraikan data tunggakan, dan perkembangan upaya hukum terhadap sengketa yang dilakukan Wajib Pajak, yaitu data mengenai keberatan dan banding yang dilakukan oleh Wajib Pajak, serta besarnya tunggakan yang ada. 4. Informasi Mengenai Objek Sita Pada saat penyampaian Surat Paksa, Jurusita Pajak sudah mulai mendata kemungkinan barang-barang yang dapat digunakan sebagai objek sita jika nantinya akan dilaksanakan Surat Perintah Melakukan Penyitaan SPMP. Barang tersebut dirinci jenis barang, letak barang, dan taksiran harga barang. 5. Kesan dan Usul Jurusita Kesan dan usul Jurusita berisi tentang opini Jurusita terhadap kondisi Wajib Pajak, apakah Wajib Pajak mempunyai kemampuan untuk membayar utang pajak, apakah Wajib Pajak menyembunyikan harta kekayaannya, serta kemungkinan-kemungkinan dapat tidaknya utang pajak dilunasi oleh Wajib Pajak.

3.5 Kendala-kendala yang dihadapi KPP Pratama Lubuk Pakam