Defenisi, Tujuan dan Fungsi Penagihan Pajak Penetapan Pajak sebagai Dasar Penagihan Pajak

32 belum membayar lunas pajaknya dan fiskus tidak melakukan tindakan penagihan pajak, secara hukum utang pajak tersebut telah berakhir dengan sendirinya. 5. Pembebasan Pembebasan pajak merupakan pengakhiran utang pajak yang dilakukan oleh fiskus tanpa persetujuan pihak Wajib Pajak. Hal ini dilakukan jika ada permohonan atau keadaan ekonomi Wajib Pajak yang mengalami kemunduran keuangan. Pembebasan pajak menurut Undang-Undang Pajak umumnya hanya diberikan terhadap sanksi administrasinya saja. 6.Penundaan Penagihan Dengan cara ini penagihan pajak terutang dapat ditunda dalam jangka waktu tertentu. Jika kemudian Wajib Pajak ternyata mampu lagi untuk melunasi utang pajaknya, maka barulah ditagih. Jika tidak dapat juga ditagih maka barulah dihapuskan pajaknya.

3.2 Penagihan Pajak

Berikut ini penjelasan mengenai dasar-dasar penagihan pajak Zuraida, 2011:37.

3.2.1 Defenisi, Tujuan dan Fungsi Penagihan Pajak

Defenisi penagihan pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 9 UU No. 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan UU No. 19 Tahun 2000, penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan 33 sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah disita. Berdasarkan defenisi tersebut, dapat disimpukan bahwa penagihan pajak merupakan serangkaian tindakan dimulai dengan tindakan yang bersifat teguran atau peringatan, dan dilanjutkan dengan tindakan-tindakan yang lebih bersifat memaksa agar utang pajak dapat dilunasi. Tujuan penagihan pajak adalah agar penanggung pajak melunasi utang pajaknya. Dengan demikian, jika utang pajak telah dilunasi, maka serangkaian tidakan tersebut tidak perlu dilanjutkan. Fungsi penagihan pajak, yaitu pertama, sebagai tindakan penegakan hukum kepada Wajib Pajak atau penanggung pajak untuk mematuhi peraturan perundang-undangan. Kedua, sebagai tindakan pengamanan penerimaan pajak.

3.2.2 Penetapan Pajak sebagai Dasar Penagihan Pajak

Ruang lingkup pajak sebagaimana diatur dalam pasal 1 Undang-Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, bahwa yang dimaksud dengan pajak dalam undang-undang tersebut adalah semua jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat, termasuk bea masuk dan cukai dan pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah, menurut undang-undang dan peraturan daerah. Dengan demikian, dasar penagihan untuk pajak pusat akan mengacu pada ketentuan UU No. 6 Tahun1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 16 Tahun 2009. Sedangkan untuk pajak daerah, sehubungan telah dikeluarkannya UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah UU PDRD maka Undang-Undang Penagihan Pajak 34 dengan Surat Paksa PPSP merupakan juga landasan hukum bagi pemerintah daerah untuk melakukan penagihan pajak daerah.

3.2.3 Pelaksanaan Penagihan