meyelesaikannya.
4
Namun jika tidak dipermasalahkan maka Pengadilan tidak
+- . -
untuk merusak atau fasakh
1 . +2- .
-
tersebut, sehingga status
0 1 .
+2- . -
setelah riddah salah satu dari pasangan suami atau isteri masih dianggap sah.
2. Analisis dengan Pendekatan
3 45 6 789 9 : 5 U;
. .
U = ?
;
fiqh mengatakan :
إِذَ ثَبَتَتِ اْلأُصُوْلُ فِى الْقُلُوْبِ نَطَقَتِ اْلأَلْسُنُ
بِالْفُرُوْعِ
“Apabila telah ditetapkan ilmu ushul fiqh dalam hati maka akan Didalam agama Islam apabila salah seorang dari suami atau isteri keluar dari agama Islam atau murtad
riddah, maka putuslah
1 . +2- .
-
mereka dan suatu
1 . +2- .
-
itu putus ketika hakim Pengadilan Agama telah memfasakhkan
1 . +2- .
-
tersebut yang artinya telah diputuskannya hubungan
1 . +2- .
-
atas permintaan salah satu pihak karena
.1 AB
C .
1 AB
tertentu. Melihat permasalahan dalam perkara Pengadilan Agama Bogor di atas, ada beberapa hal yang menarik
perhatian untuk penulis pelajari. Perkara tersebut adalah gugatan Penggugat, yaitu isteri yang menggugat cerai suaminya disebabkan suaminya riddah kembali ke agamanya semula yaitu agama Hindu.
Dalam perkara cerai gugat ini, pihak Majelis Hakim Pengadilan Agama Bogor telah berupaya untuk mengambil
; .
- 1 .
C ;
. - 1
.
positif, seperti upaya perdamaian demi keberlangsungan hubungan suami isteri itu. Seperti telah disinggung dalam duduk perkara diatas,
. + .
pasangan ini mempunyai tiga buah hati mereka yang tentunya semakin memberi
+ . - .
dalam kehidupan rumah tangga mereka.
D - .1
C .
- .1
ini tentu akan kehilangan kasih sayang dari kedua orang tuanya, bila kelak orang tuanya bercerai.
Menurut penulis bila dilihat dari sudut pandang ushul fiqh, yang pertama yaitu
حفظ الدين
memelihara agama, dikarenakan antara penggugat dan tergugat sudah berbeda keyakinan dan secara otomatis sudah keluar dari jalur memelihara agama. Dan yang kedua yaitu
حفظ النسب
memelihara keturunan
d 2 1
. + .
A 2 1 .
-
bila pernikahan ini terus dilanjutkan dapat mempengaruhi keimanan
. - .
1 C
. - .1
- E .
kelak bila
4
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama
F G HI J
K LF M J
NO J
pernikahan ini terus dipertahankan, bukan hal yang mustahil
P Q P
R S P
Q P R
Q T P
kelak bisa mengikuti ajakan ayahnya selaku
VWX Y Z
Y P [
untuk mengikuti agama selain agama Islam.
3.
\] _`b` b ce] f
] ge]
c e h
i ]
ge jk] c
] f l k] c
] f ]
Menurut
m Q
n P
Q Y S
Z Q
n P
Q Y
No. 1
V P o
Z Q
1974 tentang
q W X
R P rs
Q P Q
tidak diatur secara tegas tentang pindah agama atau riddah dapat digolongkan sebagai alasan perceraian.
VW[ P q s
hal ini didasarkan pada pasal 2 ayat 1 yaitu
tu W X
R P rs
Q P Q
adalah sah apabila menurut hukum
v P
w s Q
Y S v
P w s
Q Y
agamanya dan kepercayaannya
s [ Z
xy
Dan juga didasarkan pada pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 9
V P o
Z Q
1975 yaitu antara suami isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi
dalam rumah tangga. Perselisihan tersebut terjadi salah satunya karena faktor perbedaan agama yang menyebabkan tujuan
q W X
R P rs
Q P Q
sebagaimana pasal 1 dari
m Q
n P
Q Y S Z Q
n P
Q Y
No. 1
V P o
Z Q
1974 tentang
q W X
R P rs
Q P Q
tidak dapat tercapai. Menurut Kompilasi Hukum Islam menegaskan
z P
o r P
salah satu alasan yang menyebabkan perceraian adalah riddah sebagaimana terdapat pada pasal 116 huruf h Kompilasi Hukum Islam yaitu
tq W X P
{ so P
Q
agama atau murtad yang menimbulkan perselisihan dan pertengkaran dalam rumah
[ P Q
Y Y P x
ketentuan tersebut merupakan langkah maju kalau dibandingkan dengan alasan perceraian menurut pasal 19 Peraturan Pemerintah
No. 9
V P o
Z Q
1975. Namun pada dasarnya muatan pasal 116 huruf h KHI terkesan ambigu, karena adanya isi pasal yaitu
t T P
Q Y
menimbulkan perselisihan dan pertengkaran dalam rumah
[ P Q
Y Y P y
x VWR
w
tersebut menunjukkan
z P
o r P
riddah, tidak dengan sendirinya menjadi alasan perceraian, kecuali kalau dengan murtadnya salah satu pihak timbul perselisihan dan pertengkaran dalam rumah tangga. Secara implisit dapat
dikatakan
z P
o r
P
jika tidak timbul perselisihan dan pertengkaran akibat riddahnya salah satu pihak, maka murtad tidak dapat menjadi alasan perceraian.
m Q [ Z
R
itu penulis berpendapat
z P
o r
P
mengaitkan riddah dengan perselisihan dan pertengkaran sebagai alasan perceraian kurang tepat, dikarenakan perselisihan dan pertengkaran merupakan alasan tersendiri
sebagaimana terdapat dalam pasal 116 huruf f KHI jo pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah No. 9
V P o
Z Q
1975.
V P Q
q P
merinci apakah perselisihan dan pertengkaran itu disebabkan perbedaan bakat,
r P
[ P R
|
karakter, kepribadian ataupun agama.
} P
Q Y
terpenting perselisihan dan pertengkaran tersebut sedemikian rupa bentuknya sehingga tidak ada harapan akan dapat hidup rukun dalam rumah tangga. Ini menunjukkan
z P
o r P
pasal 116 huruf h KHI dengan pasal 116 huruf f KHI jo pasal 19 huruf f PP No. 9
~
1975 saling berkaitan.
itu penulis telah melakukan
dengan para ahli hukum Islam yang berpendapat
pada isi dari pasal 116 huruf h KHI harus dipertegas sehingga tidak menimbulkan multi tafsir dengan menghilangkan kata
menyebabkan ketidakrukunan dalam rumah
Sebagaimana terdapat dalam pasal 103 huruf h
HMPA. Dari penjelasan di atas, maka penulis simpulkan
gugatan Penggugat yang dikabulkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Agama Bogor dan Pengadilan Jakarta Pusat adalah tepat
dalam putusannya berbeda, hal tersebut sudah sesuai dengan konsep riddah yang ada dalam fiqh dan
di Indonesia.
mana mengatur
riddah adalah menjadi salah satu sebab bisa terjadinya perceraian. Dalam
Nomor 1 tahun 1974 tentang
tidak diatur secara tegas, tetapi hal ini dadasarkan pada Pasal 2 ayat 1 yaitu,
adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum
agamanya dan kepercayaannya itu. Dan juga didasarkan pada Pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975, antara suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan
pertengkaran. Perselisihan tersebut terjadi salah satunya karena faktor perbedaan agama.
hal tersebut menyebabkan tujuan
sebagaimana Pasal 1 dari
Nomor 1 tahun 1974 tentang
tidak dapat tercapai. Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Islam didasarkan Pada Pasal 116 huruf h, Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan dalam rumah tangga.
Dengan demikian menurut hemat penulis,
maupun Kompilasi Hukum Islam telah sepakat melarang pernikahan beda agama, hal ini sudah menjadi sebuah keharusan karena melihat kondisi
masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim yang tidak pernah ingin terjadi pernikahan rusak disebabkan riddah.
4.
¡¢ £
¤¢ ¡¢ ¥
¦
¤¢§¨
¡ £
©ª ¥ª «
Dalam Hukum Islam Agama merupakan salah satu dari dharuriyat yang lima, harus dipertahankan dan dibela secara optimal.
pembelaan tersebut dibolehkan melakukan
yang dilarang dalam keadaan normal.
¬
beralasan apabila
®
banyak bicara tentang murtad dengan segala implikasinya. Dan menurut fiqh riddah atau murtadnya salah satu pihak antara suami isteri menyebabkan putusnya
ikatan
sebab
menjadi terfasakh. Pengadilan Agama
memutus masalah
perceraian dengan alasan salah satu pihak pindah agama. Hal tersebut didasarkan pada asas personalitas keislaman yaitu perkara yang dapat tunduk dan ditundukkan pada Pengadilan Agama. Mengenai dasar hukum
¯°±° ² ³
² ´ ³ ²
Pengadilan Agama dalam menangani masalah perceraian dengan alasan pindah agama dapat diketahui dari beberapa peraturan, yaitu mulai dari peraturan tertinggi yaitu
µµ¶
1945 pasal 29,
µ² · ³ ² ´ ¸
¹ ² · ³
² ´
No. 1
º ³ » ¹
²
1974 tentang
¼ °½ ¾ ³±
¿² ³ ² À
Peraturan Pemerintah No. 9
º³ » ¹ ²
1975 tentang pelaksanaan
µ² · ³
² ´ ¸
¹ ² · ³
² ´
No. 1
º ³ » ¹ ²
1974 tentang
¼ °½ ¾ ³
±¿² ³ ²
dan Kompilasi Hukum Islam. Dalam putusan Pengadilan Agama Bogor dimana Penggugat mengajukan gugatannya terhadap
º °½ ´
¹ ´ ³ Á
dengan alasan karena
º°½ ´ ¹
´ ³ Á
melakukan riddah kembali ke agama semula yaitu agama Hindu yang menyebabkan perselisihan dan pertengkaran dalam rumah tangga. Dan Majelis Hakim menetapkan
mengabulkan gugatan Penggugat dengan dijatuhkan sebagai fasakh. Jika dilihat dari
¾ » ³Â³
² ³ »
fiqh
à ³ » ±³
seseorang yang dalam ikatan
Ä °½ ¾ ³±
¿² ³ ²
apabila salah satunya riddah peralihan agama, maka jatuh fasakh pernikahannya. Sebagaimana Hal tersebut berdasarkan dalil yang telah dipaparkan diatas. Maka jika dilihat
dari hukum tersebut, menurut penulis putusan Pengadilan Agama Bogor ini yang menetapkan jatuh fasakh adalah tepat karena sesuai dengan kajian fiqh.
Sedangkan putusan Pengadilan Agama Jakarta Pusat yang dimana Penggugat mengajukan gugatannya dengan alasan karena
º °½ ´
¹ ´ ³ Á
melakukan riddah kembali ke agama semula yaitu agama Kristen katholik yang menyebabkan perselisihan dan pertengkaran serta ketidakharmonisan dalam rumah tangga. Dan Majelis
Hakim menetapkan mengabulkan gugatan Penggugat dengan dijatuhkan sebagai thalaq ba
Å
in sughra. Maka jika dilihat dari hukum tersebut, menurut penulis putusan Pengadilan Agama Jakarta Pusat yang menetapkan
jatuh thalaq ba
Å
in sughra adalah kurang sesuai dengan kajian fiqh Islam. Karena menurut jumhur
µ Ƴdz
apabila salah satu pasangan suami isteri melakukan riddah maka seharusnya jatuhnya adalah fasakh seketika itu juga batal demi hukum bukan thalaq.
Maka berdasarkan
¼ °½ ¹
² · ³ ² ´ ¸
¹ ² · ³
² ´ ³ ²
di Indonesia, penetapan putusan Pengadilan Agama Bogor yang mengabulkan gugatan Penggugat itu menurut penulis tepat karena jatuhnya fasakh, sedangkan penetapan
putusan Pengadilan Agama Jakarta Pusat yang mengabulkan gugatan Penggugat itu menurut penulis tidak tepat karena jatuhnya thalaq ba
Å
in sughra.
È É
Analisis Dengan Pendekatan
Ê Ë ÌÍ Ë
Î Ë Í
Perpindahan
Ï Ð ÏÑÏÒÓ
ÔÕ Õ Ï
Ö
akan dapat mempengaruhi keabsahan suatu
× ØÓ Ù Ï
ÚÔÛ Ï Û Ü
demikian pula anak yang dilahirkannya akan mempunyai pengaruh yang sangat kuat, maka dalam pembahasan ini status anak itu
dapat dibedakan menjadi 3 golongan : 1.
Menurut para fuqaha, anak yang dilahirkan
Ý Ø Ú Ï
Ù Þß
Islam, anak ini adalah anak muslim. 2.
Anak yang dikandung
ÝØ Ú Ï
Ù Þß
Islam dan dilahirkan setelah murtad, maka hukumnya adalah sama dengan anak yang dilahirkan
Ý Ø Ú Ï
Ù Þß
Islam, karena dia telah dibuahi
ÝØ Ú
Ï Ù
Þ ß
Islam. 3.
Anak yang dikandung dan dilahirkannya setelah murtad, maka anak itu hukumnya adalah kafir, karena dia dilahirkan diantara kedua orang tuanya yang kafir, dan tidak ada pendapat lain dalam masalah ini.
5
àá Ø Ö
karena itu, apabila salah satu pihak yang beragama Islam tetap mengikuti pihak lain yang telah murtad dan hidup sebagai suami isteri, maka
× ØÓ Ù Ï
ÚÔÛ Ï Û
rumah tangga mereka sudah tidak sah lagi dan haram menurut hukum Islam dan hubungan badan mereka adalah
× ØÓ âÔÛ Ï
Ö ÏÛ ã
Dan dijelaskan dalam pasal 99 KHI, masalah kedudukan anak yang berbunyi : a.
Anak yang dilahirkan dalam atau akibat
× ØÓ Ù Ï
ÚÔÛ Ï Û
yang sah b.
Hasil perbuatan suami isteri yang sah diluar rahim dan dilahirkan oleh isteri tersebut. Berdasarkan bunyi pasal diatas tersebut diatas, maka sah atau tidaknya anak itu sangat ditentukan oleh
keabsahan
× ØÓ Ù Ï
Ú ÔÛ Ï Û
dari kedua ibu bapaknya. Hal ini mengandung arti
ä Ï Ö
Ú Ï
apabila seorang anak yang dilahirkan dari suatu
× ØÓ Ù Ï
ÚÔ Û Ï Û
yang didalamnya terdapat
Ö Ï áå
Ö Ï á
yang bertentangan dengan
Û æ Ó ÑÏ
å Û æ Ó ÑÏ
yang berlaku, maka menurut
ç Û Õ Ï
Û Ð å ß Û
Õ Ï Û Ð Ü
anak tersebut hanya mempunyai nasab dengan ibunya saja. Perpindahan agama adalah suatu faktor yang dapat mempengaruhi nasab dari seorang anak, apabila
kedua suami isteri itu tetap melakukan hubungan badan layaknya suami isteri setelah adanya peralihan agama dari salah satu pihak tanpa mengindahkan ketentuan hukum
× ØÓ Ù Ï
ÚÔ Û Ï Û
yang melarang ikatan
× ØÓ Ù Ï
ÚÔÛ Ï Û
mereka. Hal ini dijelaskan dalam KHI pasal 100 yang berbunyi :
èé Û Ï
Ù
yang lahir di luar
× ØÓ Ù Ï
ÚÔÛ Ï Û
hanya mempunyai nasab dengan ibunya dan keluarga
Ôä ß
Û ê
Ï ë
ã
Sedangkan dalam pasal 99 KHI menegaskan
ä Ï Ö
Ú Ï
:
è Ï
Û Ï Ù
yang sah adalah anak yang dilahirkan dari
× ØÓ Ù Ï
ÚÔÛ Ï Û
yang sah
× ß á
Ï ë
ã
Maka apabila
× ØÓ Ù Ï
Ú ÔÛ Ï Û
rumah tangga yang didalamnya telah terjadi peralihan
5
ì íîï ðñ î ò îóôõõôö
÷ôø ùú û ü ý þ ýÿ
H í
õô
ôï ð
ì
îø ô ñô ú ñ ú
î
ô û û
í û
ó
agama murtad pada salah satu pihak baik suami atau isteri, maka menurut pasal 40 huruf c dan pasal 44 yang melarang adanya
antar agama, tersebut harus difasakhkan oleh hakim di Pengadilan
Agama.
O
karena itu, dari di atas dapat disimpulkan karena
tersebut tidak sah atau telah difasakhkan menurut ketentuan hukum Islam, maka
yang dlahirkan dari hasil tersebut adalah haram tidak sah, sehingga berakibat sebagai berikut :
1. Anak tersebut hanya bernasab kepada ibunya saja
2. Anak hanya
dari ibunya saja 3.
Bila anak itu perempuan, maka bapak tidak berhak menjadi dalam
B B
PENUTUP
A. Kesimpulan