Pembahasan Hasil Penelitian Distribusi hasil pengukuran konsentrasi H

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pembahasan Hasil Penelitian Distribusi hasil pengukuran konsentrasi H

2 S dalam udara ambien, laju asupan udara, lama paparan, berat badan, asupan intake dan besar risiko RQ responden yang terpapar H 2 S di TPA Terjun maupun di luar TPA Terjun tahun 2009 dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov untuk melihat distribusi frekuensi apakah berdistribusi normal atau tidak normal. Dinyatakan distribusi normal apabila kurva histogram berbentuk seperti lonceng, mean = median = modus dan nilai p 0,05. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa laju asupan udara, lama paparan, asupan intake dan besar risiko berdistribusi nomal, kecuali konsentrasi hidrogen sulfida dan berat badan. Dalam menentukan rata-rata untuk data yang berdistribusi normal adalah nilai mean. Bila sebaliknya, maka rata-ratanya ialah nilai median. 5.1.1.Konsentrasi H 2 S dalam udara ambien Tempat Pembuangan Akhir TPA Terjun, kota Medan dikelola dengan sistem open dumping. Teknik open dumping adalah cara pembuangan sampah yang sederhana, yaitu sampah dihamparkan di suatu lokasi dan dibiarkan terbuka begitu saja.Teknik ini sering menimbulkan masalah berupa munculnya bau busuk, menimbulkan pemandangan tidak indah, menjadi tempat bersarangnya tikus, lalat dan berbagai kutu, serta menimbulkan bahaya kebakaran. Dari hasil pemeriksaan dari 6 titik di lokasi penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna pada konsentrasi H 2 S antara udara ambien di TPA dengan di luar TPA. Rata-rata mean konsentrasi H 2 S di TPA Terjun adalah 0,029 mgm³, sedangkan rata-rata mean konsentrasi H 2 S di luar TPA Terjun 0,0033 mgm³. Nilai OR adalah 11,667. Hal ini berarti bahwa responden yang terpapar udara mengandung H 2 S melebihi kadar maksimal mempunyai peluang 11,667 kali memiliki risiko akan mengalami gangguan kesehatan akibat menghirup H 2 S yang terkandung dalam udara dibandingkan dengan responden yang tidak melebihi kadar maksimal. Peneliti juga melakukan pengukuran konsentrasi H 2 S dalam udara ambien yang berjarak ± 600 meter dari TPA Terjun sebagai kontrol yang menunjukkan bahwa konsentrasi H 2 S sama dengan 0 mg m³. Berdasarkan wawancara singkat dengan penduduk sekitar tidak ada mengalami gangguan pernafasan,batuk dan sakit kepala karena mencium bau seperti bau telur busuk. Keputusan Menteri Negara Kesehatan Lingkungan Hidup Nomor KEP- 50MENLH111996 tentang Baku Tingkat Kebauan, menyebutkan bahwa konsentrasi maksimum H 2 S adalah 0,02 ppm 0,028 mgm³. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Kesehatan Lingkungan Hidup tersebut maka rata-rata konsentrasi H 2 S dalam udara ambien di TPA Terjun telah melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan. Sebagai perbandingan, untuk rata-rata konsentrasi H 2 S dalam udara ambien di luar TPA Terjun masih berada dibawah kadar maksimum yang diperbolehkan. 5.1.2.Laju Asupan Udara yang Mengandung Hidrogen Sulfida Rata-rata median laju asupan udara di lokasi penelitian adalah 14,1100 m³hari.Data laju asupan ini diperoleh dari hasil perkalian antara faktor 0,83 m³ jam dengan lamanya t berada di lokasi penelitian. Hasil uji beda diperoleh kesimpulan ada perbedaan proporsi besar risiko gangguan kesehatan antara responden yang menghirup udara dengan laju asupan ≥ 14 m³hari dengan responden yang memiliki laju asupan kurang dari 14 m³hari. Kaitannya dengan hasil penelitian ini, dapat dijelaskan bahwa dari hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa distribusi responden yang memiliki laju asupan kurang dari 14 m³hari dan memiliki RQ1 hanya 10 atau 25,6 lihat lampiran 9. Nilai OR adalah 2,762. Hal ini berarti bahwa responden yang menghirup udara mengandung H 2 S ≥ 14 m³ per hari mempunyai peluang 2,762 kali memiliki risiko akan mengalami gangguan kesehatan akibat menghirup H 2 S yang terkandung dalam udara dibandingkan dengan responden yang menghirup udara kurang dari 14 m³ per hari.

5.1.3 Durasi Paparan lama paparan

Rata-rata median durasi paparan di lokasi penelitian adalah 15 tahun dengan durasi paparan terendah adalah 4 tahun dan maksimum 15 tahun. Dari 80 responden yang diteliti, sekitar 61,0 49 orang telah terpapar H 2 S selama ≥ 15 tahun. Dari uji statistik diperoleh nilai OR adalah 4,0. Hal ini berarti bahwa responden yang menghirup udara mengandung H 2 S selama 15 tahun mempunyai peluang 4,0 kali memiliki risiko akan mengalami gangguan kesehatan akibat menghirup H 2 S yang terkandung dalam udara dibandingkan dengan responden yang menghirup udara kurang dari 15 tahun. Paparan yang terus-menerus dari H 2 S dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Target organ yang sering terganggu adalah sistem saluran pernafasan. Sebuah penelitian Kilburn dan Warshaw tahun 1995 bahwa ada hubungan paparan H 2 S dari unit pengolahan minyak dan efek gangguan kesehatan para pekerja pada saluran pernafasan, batuk dan sakit kepala. Peneliti membagi area studi menjadi 2 wilayah berdasarkan perbedaan konsentrasi H 2 S dalam udara ambien. Rata-rata konsentrasi H 2 S di TPA adalah 0,029 mgm³ dan di luar TPA adalah 0,0033 mgm³. Efek gangguan saluran pernafasan dievaluasi berdasarkan pengisian kuesioner seperti batuk, sakit kepala dan sesak nafas.Penelitian menunjukkan bahwa perbedaan antara di TPA Terjun dan luar TPA Terjun secara statistik dengan CI 95 , yang menandakan adanya gangguan saluran pernafasan pada penduduk yang tinggal di TPA Terjun walaupun sifatnya hilang-timbul.

5.1.4 Berat Badan

Dalam analisa risiko, berat badan akan mempengaruhi besarnya nilai risiko dan secara teoritis semakin berat badan seseorang maka semakin kecil kemungkinannya untuk risiko mengalami gangguan kesehatan. Dalam penelitian ini, dari uji bivariat dengan CI 95 dan nilai interval kepercayaan yang mencakup nilai 1 0,541 – 3,325. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi besar risiko gangguan kesehatan antara responden yang memiliki berat badan melebihi 58 kg dengan responden yang memiliki berat badan kurang dari atau sama dengan 58 kg. Kaitannya dengan hasil penelitian ini, dapat dijelaskan bahwa dari hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa distribusi responden yang memiliki berat badan lebih dari 58 kg dan mempunyai nilai RQ 1 berjumlah 16 53. Apabila dibandingkan distribusi responden yamg mempunyai berat badan kurang atau sama dengan 58 kg dan memiliki nilai RQ 1 berjumlah 14 47. Hal ini dapat disimpulkan bahwa persentase kedua kelompok responden tersebut tidak berbeda, sehingga hasil uji bivariatnya juga tidak berbeda. Nilai OR adalah 1,342. Hal ini berarti bahwa responden yang memiliki berat badan lebih dari 58 kg mempunyai peluang 1,342 kali memiliki risiko akan mengalami gangguan kesehatan akibat menghirup H 2 S yang terkandung dalam udara dibandingkan dengan responden yang mempunyai berat badan tidak melebihi 58 kg.

5.1.5 Besar Risiko RQ menurut Tempat Tinggal Penelitian ini menghasilkan 80 nilai RQ

Risk Quotient. Ada dua kelompok populasi yang diteliti yaitu kelompok populasi di TPA dan kelompok populasi di luar TPA. Ada sebanyak 30 responden yang mempunyai nilai RQ1 atau sebanyak 38,0 . Dan dari 30 responden yang mempunyai nilai RQ1, ada 25 responden yang tinggal di TPA Terjun 83,33 dengan nilai OR 11,667. Dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang tinggal di TPA Terjun mempunyai peluang 11,667 kali memiliki risiko akan mengalami gangguan kesehatan akibat terpapar H 2 S dalam udara ambien dibandingkan dengan responden yang tinggal di luar TPA Terjun. Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata median besaran risiko RQ di TPA Terjun adalah 2,300. Hasil ini menunjukkan bahwa penduduk di lokasi TPA Terjun berdasarkan parameter, populasi telah memilki risiko akan terkena gangguan kesehatan akibat terpapar H 2 S dari pembusukan sampah. Hasil analisa hubungan konsentrasi H 2 S dengan besar risiko RQ dengan CI 95 dan nilai interval kepercayaan yang tidak mencakup 1 3,751- 36,290 , maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi besar risiko gangguan kesehatan antara responden yang terpapar udara yang mengandung H 2 S melebihi kadar maksimal dengan responden yang menghirup udara tidak melebihi kadar maksimal. Nilai OR adalah 11,667. Hal ini berarti bahwa responden yang terpapar udara mengandung H 2 S melebihi kadar maksimal mempunyai peluang 11,667 kali memiliki risiko akan mengalami gangguan kesehatan akibat menghirup H 2 S yang terkandung dalam udara dibandingkan dengan responden yang tidak melebihi kadar maksimal.

5.2. Keterbatasan Penelitian