Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Statistik Deskriptif

37 Variabel Definisi Indikator Ukuran Nomor Pertany aan Variabel Dependen Kepatuhan Wajib Pajak Melaporkan SPT Masa didefinisikan sebagai suatu keadaan Wajib pajak yang taat untuk memenuhi kewajibannya melaporkan SPT Masa PPN sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Melaporkan SPT tepat waktu Skala Likert dengan pilihan 1 – 5 26, 27 Penghitungan SPT yang benar 28, 29 3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Wajib Pajak di KPP Pratama Medan Kota. Jumlah Wajib Pajak di KPP Pratama Medan Kota tahun 2014 10.895 wajib pajak badan dan 127.629 wajib pajak orang pribadi.

3.2.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi atau Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Medan Kota. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara non probabilitas yaitu convenience sampling. Convenience sampling merupakan metode pengambilan sampel yang dilakukan dengan memilih sampel secara bebas berdasarkan kemudahan si peneliti dalam memperoleh data. Responden yang akan diteliti sebanyak 50 orang Wajib Pajak Orang Pribadi atau Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Medan Kota.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang merupakan data penelitian yang diperoleh langsung dari sumbernya. Sumber data dalam penelitian 38 ini adalah sumber eksternal, yaitu diperoleh dari kuesioner yang dijawab oleh responden Wajib Pajak Orang Pribadi atau Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Medan Kota.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode survei melalui kuesioner yang diserahkan kepada responden di KPP Pratama Medan Kota. Sebelum diserahkan kepada responden, dilakukan pretest atas kuesioner terlebih dahulu untuk menyakinkan bahwa kalimat yang ada dalam kuesioner mudah dipahami oleh responden. Setelah dilakukan pretest, kuesioner diserahkan secara langsung kepada wajib pajak melalui Bagian Pelayanan KPP Pratama Medan Kota. Jangka waktu pengembalian kuesioner ini antara 1 hingga 2 bulan setelah kuesioner disebar. Penelitian kepustakaan juga dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca, dan memahami buku, literatur, artikel, data dari internet, ketentuan dalam undang-undang perpajakan yang relevan dengan permasalahan.

3.5 Metode Analisis

Metode analisis berisi pengujian-pengujian data diperoleh dari hasil jawaban responden yang diterima. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda dengan program SPSS versi 15. Alasan penggunaan alat analisis regresi berganda cocok digunakan untuk analisis faktor- faktor. 39

3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif

Uji ini berguna untuk mendeskripsikan data apa saja yang diinput, baik dari nilai minimumnya, nilai maksimumnya, nilai rata-ratanya mean, maupun standar deviasinya. 3.5.2 Uji Kualitas Data 3.5.2.1 Uji Validitas Uji validitas dilakukan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Variabel-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini ada 3 macam, yaitu Impelementasi e-filing, Implementasi e-SPT, Sanksi administrasi. Analisis ini digunakan untuk menguji apakah indikator- indikator yang digunakan dapat mengkonfirmasikan variabel. Tingkat validitas adalah lebih besar dari r kritis yaitu 0,3.

3.5.2.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Tingkat reliabilitas adalah lebih besar dari 0,7 walaupun bukanlah suatu ukuran mati Ferdinand, 2006. Nunnaly 1967 mengemukakan bahwa suatu instrumen yang reliabel jika memiliki koefisien cronbach alpha di atas 0,70. 40

3.5.3 Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dilakukan agar data sampel yang diolah benar- benar dapat mewakili populasi secara keseluruhan. Pengujian meliputi:

3.5.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal Ghozali, 2006. Seperti diketahui uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Model regresi yang baik adalah yang mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas pada penelitian ini didasarkan pada uji statistik sederhana dengan melihat nilai kurtosis dan skewness untuk semua variabel dependen dan independen.

3.5.3.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel independen dalam model regresi Ghozali, 2006. Model regresi yang baik seharusnya bebas dari multikolinearitas. Jika variabel independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel sama dengan nol. Deteksi terhadap ada tidaknya multikolinearitas yaitu a Nilai R square R 2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris yang sangat tinggi, tetapi secara individual tidak terikat, b Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel 41 independen. Jika antar variabel independen terdapat korelasi yang cukup tinggi lebih dari 0,09, maka merupakan indikasi adanya multikolinearitas, c Melihat nilai tolerance dan variance inflation factor VIF, suatu model regresi yang bebas dari masalah multikolinearitas apabila mempunyai nilai tolerance kurang dari 0,1 dan nilai VIF lebih dari 10.

3.5.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain Ghozali, 2006. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Regresi yang baik adalah homoskesdastisitas atau tidak terjadi heteroskedasitas. Heteroskedasitas dapat dilihat melalui grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Apabila pola pada grafik ditunjukkan dengan titik-titik menyebar secara acak tanpa pola yang jelas serta tersebar di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Selain menggunakan grafik scatterplots, uji heteroskedastisitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan Uji Glejser. Jika probabilitas signifikan 0.05, maka model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas. 42

3.5.4 Uji Regresi Linear Berganda

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda, yaitu dengan melihat pengaruh implementasi e-SPT, implementasi e- filing, dan sanksi administrasi terhadap kepatuhan wajib pajak melaporkan SPT Masa. Model regresi yang digunakan dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut: Y = α + β 1 Х 1 + β 2 Х 2 + β 3 Х 3 ε Keterangan : Y : Kepatuhan Wajib Pajak Melaporkan SPT Masa PPN α : Konstanta X 1 : Implementasi E-SPT X 2 : Implementasi E-Filing X 3 : Sanksi Administrasi β : Koefisien Regresi ε : error 3.5.5 Uji Hipotesis 3.5.5.1 Uji Signifikansi Parameter Individual Uji Statistik t Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen Ghozali, 2006. Pengujian dilakukan dengan menggunakan signifikan level 0,05. Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria: 43 1. Jika nilai signifikan 0,05 maka hipotesis ditolak koefisien regresi tidak signifikan. Ini berarti secara parsial variabel independen tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. 2. Jika nilai signifikan

3.5.5.2 Uji Signifikansi Simultan Uji Statistik F

0,05 maka hipotesis diterima koefisien regresi signifikan. Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut mempuyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara bersama-sama simultan terhadap variabel dependen Ghozali, 2006. Apabila nilai probabilitas signifikansi 0.05, maka variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

3.5.5.3 Koefisien Determinasi

Besarnya pengaruh X terhadap Y dapat diketahui dengan menggunakan analisis koefisien determinasi. Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol sampai satu Ghozali, 2006. 44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

4.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Kota

Kantor Pelayanan Pajak pada masa penjajahan belanda bernama Belasting, yang kemudian berubah setelah kemerdekaan Republik Indonesia menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya adalah Direktorat Jenderal Pajak. Di Sumatera Utara pada tahun 1976 berdiri tiga kantor inspeksi pajak, yaitu: 1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan 2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara 3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar Pada tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua, yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk memudahkan dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak Medan Timur. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pajak kepada masyarakat, maka dibuatlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jenderal Pajak yang berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 267KMK.011989. Hal itu mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi 45 Pajak yang diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak, sekaligus mendirikan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan. Berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 758KMK.011993 tertanggal 3 Agustus 1993, maka pada tanggal 1 April 1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur merupakan pecahan dari tiga Kantor Pelayanan Pajak, yaitu: 1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara Terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak di kota Medan berubah menjadi empat wilayah kerja, yaitu: 1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 443KMK.012001 tentang “Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak”, maka Kantor Pelayanan Pajak di kota Medan menjadi enam wilayah kerja,yaitu: 1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, dengan ruang lingkup meliputi wilayah : a. Kecamatan Medan Timur 46 b. Kecamatan Medan Tembung c. Kecamatan Medan Perjuangan 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan ruang lingkup meliputi wilayah : a. Kecamatan Medan Barat b. Kecamatan Medan Sunggal c. Kecamatan Medan Petisah d. Kecamatan Medan Helvetia 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, dengan ruang lingkup meliputi wilayah : a. Kecamatan Medan Kota b. Kecamatan Medan Denai c. Kecamatan Medan Johor d. Kecamatan Medan Amplas e. Kecamatan Medan Area 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia, dengan ruang lingkup meliputi wilayah : a. Kecamatan Medan Polonia b. Kecamatan Medan Maimun c. Kecamatan Medan Baru d. Kecamatan Medan Tuntungan e. Kecamatan Medan Selayang 47 5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan, dengan ruang lingkup meliputi wilayah : a. Kecamatan Medan Belawan b. Kecamatan Medan Marelan c. Kecamatan Medan Labuhan d. Kecamatan Medan Deli 6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai, dengan ruang lingkup meliputi wilayah : a. Kota Binjai b. Kabupaten Langkat KPP Medan Kota adalah institusi pemerintah yang mempunyai tugas pokok dalam menyelenggarakan urusan perpajakan. KPP Pratama Medan Kota berada di gedung Direktorat Jenderal Pajak Kantor Wilayah SUMUT I lantai III di jalan sukamulia no. 17 A Medan. Adapun sejarah singkat dari KPP Pratama Medan Kota sebagai berikut: 1. KPP Medan Kota merupakan pecahan dari KPP Medan Timur yang berdasarkan: a. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor b. 443KMKK012001 tanggal 23 Juli 2001 c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 58KMK012002 tanggal 26 februari 2002 Berdasarkan penjelasan sejarah KPP Medan Kota, KPP Medan Kota berganti nama menjadi KPP Pratama Medan Kota pada 48 tanggal 27 Mei 2008 sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 131PMK.012006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 54PMK.012007 dan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 132PMK.012006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana telah di ubah dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor: 67PMK.012008.

4.1.2 Visi Dan Misi KPP Pratama Medan Kota

Peningkatan kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Medan Kota merupakan tujuan KPP Pratama Medan Kota untuk peningkatan penerimaan pajak di KPP Pratama Medan Kota. Peningkatan kepatuhan wajib pajak tersebut, maka Direktorat Jenderal Pajak telah mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman bagi setiap Kantor Pelayanan Pajak. Adapun visi dan misi tersebut sebagai berikut: VISI “Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.” MISI “Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan 49 undang-undang perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi.”

4.1.3 Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota

Struktur organisasi yang digunakan KPP Pratama Medan Kota adalah struktur organisasi lini garis dan staf yang berada di bawah koordinasi Kepala Kantor Wilayah 1 Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Bagian Utara.Seluruh Pegawai dalam lingkungan KPP Pratama Medan Kota adalah Pegawai Negeri Sipil yang seluruhnya ada di bawah naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia. Adapun struktur organisasi KPP Pratama Medan Kota tersebut adalah sebagai berikut: a. Pimpinan yaitu Kepala Kantor b. Pembantu Pimpinan yaitu Kepala Sub Bagian Umum c. Pelaksana yaitu sejumlah Kepala Seksi, yang terdiri dari: 1. Kasi Ekstensifikasi 2. Kasi Pengolahan Data dan Informasi Kasi PDI 3. Kasi Pelayanan 4. Kasi Pengawasan dan Konsultasi I Kasi Waskon I 5. Kasi Pengawasan dan Konsultasi II Kasi Waskon II 6. Kasi Pengawasan dan Konsultasi III Kasi Waskon III 7. Kasi Pengawasan dan Konsultasi IV Kasi Waskon IV 8. Kasi Pemeriksaan 9. Kasi Penagihan 50 d. Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri dari: 1. Supervisor I 2. Supervisor II 3. Supervisor III 4. Supervisor IV Sesuai dengan informasi di atas, struktur organisasi KPP Pratama Medan Kota dapat dibuatkan bagan seperti pada Gambar 4.1 berikut: Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota Terdapat 4 empat Seksi Wakson KPP Pratama Medan Kota Kepala Kantor Subbagian Umum Seksi Pengolahan Data Dan Informasi Seksi Penagihan Seksi Pemeriksaan Seksi Waskon Seksi Pelayanan Kelompok Jabatan Fungsional Pemeriksa Pemeriksa Pemeriksa Pemeriksa Supervisor IV Supervisor III Supervisor II Supervisor I 51 5 Uraian Tugas Pokok Kepegawaian Adapun uraian tugas pokok Pegawai pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota adalah sebagai berikut: a. Tugas Kepala KPP Pratama Medan Kota adalah melaksanakan kewenangan di bidang perpajakan dan melakukan koordinasi dengan seluruh pihak yang terkait. b. Tugas Kepala Sub Bagian Umum: Kasubbag Umum mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan dan rumah tangga. c. Tugas Kepala Seksi Kasi adalah melaksanakan kegiatan ekstensifikasi perpajakan, pelayanan, pengolahan data dan informasi perpajakan, pengawasan dan pemeriksaan serta penagihan pajak. 1. Tugas Kasi Ekstensifikasi Mempunyai tugas untuk urusan penambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan perluasan objek pajak. 2. Tugas Kasi Pengolahan Data dan Informasi PDI Mempunyai tugas melakukan urusan pencarian, pengurusan serta pengolahan data dan informasi, pembuatan monografi pajak, penggalian potensi perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filing serta penyiapan laporan kinerja. 3. Kasi Pelayanan Mempunyai tugas untuk melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian 52 dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan dan surat Wajib Pajak lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak serta pelaksanaan kerjasama perpajakan. 4. Kasi Pengawasan dan Konsultasi I Waskon I, Kasi Pengawasan dan Konsultasi II Waskon II, Kasi Pengawasan dan Konsultasi III Waskon III, Kasi Pengawasan dan Konsultasi IV Waskon IV Masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis pajak, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi serta melakukan evaluasi hasil banding. 5. Kasi Pemeriksaan Mempunyai tugas melakukan urusan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan, aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya. 6. Kasi Penagihan Mempunyai tugas untuk urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif serta usulan penghapusan piutang. 53 7. Kelompok Jabatan Fungsional Mempunyai tugas untuk melakukan kegiatan sesuai jabatan masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4.2 Gambaran Umum Responden

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wajib pajak di KPP Pratama Medan Kota. Sampel yang digunakan adalah wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan sebanyak 50 orang. Gambaran umum responden yang menjadi obyek penelitian ini dapat dibagi menjadi 3 kategori:

4.2.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Laki-laki 29 58.0 58.0 58.0 Perempuan 21 42.0 42.0 100.0 Total 50 100.0 100.0 Sumber: Data primer yang diolah SPSS, 2015 Tabel 4.1 menunjukkan responden berjenis kelamin laki-laki adalah terbanyak yang berjumlah 29 responden 58, sedangkan sisanya adalah responden yang berjenis kelamin perempuan yang berjumlah 21 42. 54

4.2.2 Responden Berdasarkan Usia

Gambaran umum responden berdasarkan usia dapat dilihat darihasil pemetaan responden dengan program SPSS berikut ini. Berdasarkan tabel di bawah dapat dilihat responden berusia 19-57 tahun, dan yang memiliki frekuensi terbanyak usia 28 tahun 12 kemudian usia 22 tahun 10. Usia 24, 25, 27, 35, 36 masing-masing memiliki persentase 8, sedangkan usia 20, 21 tahun 6. Untuk usia 30, 33 tahun 4 dan sisanya 1 untuk usia 19, 23, 26, 29, 34, 40, 41, 43, 57 tahun. Tabel 4.2 Usia Responden Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 19 tahun 1 2.0 2.0 2.0 20 tahun 3 6.0 6.0 8.0 21 tahun 3 6.0 6.0 14.0 22 tahun 5 10.0 10.0 24.0 23 tahun 1 2.0 2.0 26.0 24 tahun 4 8.0 8.0 34.0 25 tahun 4 8.0 8.0 42.0 26 tahun 1 2.0 2.0 44.0 27 tahun 4 8.0 8.0 52.0 28 tahun 6 12.0 12.0 64.0 29 tahun 1 2.0 2.0 66.0 30 tahun 2 4.0 4.0 70.0 33 tahun 2 4.0 4.0 74.0 34 tahun 1 2.0 2.0 76.0 35 tahun 4 8.0 8.0 84.0 36 tahun 4 8.0 8.0 92.0 40 tahun 1 2.0 2.0 94.0 41 tahun 1 2.0 2.0 96.0 43 tahun 1 2.0 2.0 98.0 55 T Sumber: Data primer yang diolah SPSS, 2015

4.2.3 Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan mencerminkan intelektualitas dari seseorang. Gambaran umum mengenai responden berdasarkan tingkat pendidikan di dapat hasil sebagai berikut. Tabel 4.3 Pendidikan Terakhir Responden Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid D3 10 20.0 20.0 20.0 S1 30 60.0 60.0 80.0 S2 1 2.0 2.0 82.0 SLTA 9 18.0 18.0 100.0 Total 50 100.0 100.0 Sumber: Data primer yang diolah SPSS, 2015 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kelompok S1 memiliki frekuensi terbesar sebanyak 30 60 diikuti Pendidikan terakhir D3 sebanyak 10 20. Tingkat pendidikan SLTA sebanyak 9 responden 18 dan sebesar satu responden 2 untuk tingkat pendidikan S2.

4.3 Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif adalah bagian dari statistik yang digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata mean, median, variance, serta standar deviasi data 57 tahun 1 2.0 2.0 100.0 Total 50 100.0 100.0 56 yang digunakan dalam penelitian. Dimana komponen-komponen statistik deskriptif dapat dijabarkan sebagai berikut. 1. Nilai rata-rata mean adalah jumlah seluruh angka pada data yang dibagi dengan jumlah data yang ada, 2. Median adalah nilai tengah data setelah data tersebut diurutkan dari angka terkecil ke angka tertinggi, 3. Range adalah selisih dari nilai maksimum dengan nilai minimum dalam suatu kumpulan data, 4. Standard deviation adalah nilai simpangan baku. Semakin kecil nilainya, maka data yang digunakan mengelompok di sekitar nilai rata-rata, 5. Variance adalah jumlah selisih antara data dengan rata-rata data dan kemudian dibagi dengan jumlah data dikurangi 1n-1 atau nilai kuadrat dari std.deviation. Tabel 4.4 Descriptive Statistics N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance IMPLEMENTASI E-SPT 50 2.50 2.50 5.00 4.1060 .48040 .231 IMPLEMENTASI E-FILING 50 1.92 3.00 4.92 4.0650 .41249 .170 SANKSI ADMINISTRASI 50 3.00 2.00 5.00 3.9733 .74335 .553 KEPATUHAN WAJIB PAJAK MELAPORKAN SPT MASA PPN 50 3.00 2.00 5.00 4.3050 .55625 .309 Valid N listwise 50 Sumber: Data primer yang diolah SPSS, 2015 Berdasarkan data yang disajikan oleh tabel 4.4 dapat dijelaskan penggambaran mengenai pendeskripsian data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut. 57 1. Variabel Implementasi e-SPT memiliki jumlah sampel sebanyak 50, dengan nilai minimum 2,50 nilai maksimum 5,00 dan mean nilai rata-rata sebesar 4,1060. Standart Deviation atau simpangan baku sebesar 0,48040 dan variance 0,231, sedangkan rentang nilai Range senilai 2,50 menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat heterogen karena adanya perbedaan nilai antara nilai maksimum dan nilai minimum dengan jumlah responden 50 orang. 2. Variabel Implementasi e-Filing memiliki jumlah sampel 50 orang, nilai minimum 3,00 nilai maksimum 4,92 dan mean nilai rata-rata sebesar 4,0650. Nilai Standart Deviation atau simpangan baku sebesar 0,41249 dan variance 0,170, sedangkan rentang nilai range senilai 1,92 menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat heterogen karena adanya perbedaan nilai antara nilai maksimum dan nilai minimum dengan jumlah responden 50 orang. 3. Variabel Sanksi Administrasi memiliki jumlah sampel sebanyak 50, nilai minimum 2,00 nilai maksimum 5,00 dan mean nilai rata-rata sebesar 3,9733. Standart Deviation atau simpangan baku sebesar 0,74335 dan variance 0,553, sedangkan rentang nilai range senilai 3,00 menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat heterogen karena adanya perbedaan nilai antara nilai maksimum dan nilai minimum dengan jumlah sampel 50 orang. 4. Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Melaporkan SPT Masa PPN memiliki jumlah sampel sebanyak 50, nilai minimum 2,00 nilai maksimum 5,00 dan 58 mean nilai rata-rata sebesar 4,3050 dan Standart Deviation atau Simpangan baku sebesar 0,55625. 5. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 50 responden. 4.4 Analisis Data 4.4.1 Uji Validitas

Dokumen yang terkait

Pengaruh fasilitas drop box, e-spt dan e-filing dalam penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) terhadap kepuasan wajib pajak : studi empiris pada wajib pajak di KPP wilayah Jakarta Pusat

6 24 157

Analisis Kepatuhan Wajib Pajak Sebelum Dan Sesudah Penerapan Program e-SPT Dalam Melaporkan SPT Masa PPN : Studi kasus KPP Pratama Pasar Minggu

8 29 73

Pengaruh fasilitas drop box, e-spt dan e-filing dalam penyampaian surat pemberitahuan (spt) terhadap kepuasan wajib pajak

2 9 13

EVALUASI PENERAPAN e-SPT TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK Evaluasi Penerapan E-Spt Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus Pada KPP Pratama Surakarta).

0 1 14

Pengaruh Penerapan E-SPT dan E-FIling terhadap Kepuasan Wajib Pajak (Badan) dalam Melaporkan SPT (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees).

0 3 20

PENGARUH PEMANFAATAN APLIKASI E-SPT MASA PPN DENGAN E-FAKTUR TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi pada KPP Pratama Jepara)

0 0 16

Pengaruh Implementasi E-SPT, Implementasi E-Filing, dan Sanksi Administrasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Melaporkan SPT Masa PPN di KPP Pratama Medan Kota

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kepatuhan (Compliance Theory) - Pengaruh Implementasi E-SPT, Implementasi E-Filing, dan Sanksi Administrasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Melaporkan SPT Masa PPN di KPP Pratama Medan Kota

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Implementasi E-SPT, Implementasi E-Filing, dan Sanksi Administrasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Melaporkan SPT Masa PPN di KPP Pratama Medan Kota

0 1 10

Pengaruh Implementasi E-SPT, Implementasi E-Filing, dan Sanksi Administrasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Melaporkan SPT Masa PPN di KPP Pratama Medan Kota

0 0 12