12
Kepatuhan dalam hal perpajakan berarti keadaan wajib pajak yang melaksanakan hak dan khususnya kewajibannya, secara disiplin sesuai peraturan
serta Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan yang berlaku. Kepatuhan adalah ketaatan atau berdisiplin, dalam hal ini kepatuhan pajak diartikan secara bebas
adalah ketaatan dalam menjalankan semua peraturan perpajakan. Teori kepatuhan
dapat mendorong seseorang untuk lebih mematuhi peraturan yang berlaku, sama halnya dengan wajib pajak yang berusaha menyampaikan SPT Masa tepat waktu
sehingga penerimaan pajak semakin meningkat.
2.2 Technology Acceptance Model TAM
Technology Acceptance Model TAM pertama kali dikembangkan oleh Fred D. Davis pada tahun 1989. Technology Acceptance Model TAM adalah
suatu model untuk memprediksi dan menjelaskan bagaimana pengguna teknologi menerima dan menggunakan teknologi yang berkaitan dengan pekerjaan
pengguna. Menurut Davis 1989, tujuan utama TAM adalah untuk mendirikan dasar penelusuran pengaruh faktor eksternal terhadap kepercayaan, sikap
personalisasi, dan tujuan pengguna komputer. TAM menganggap bahwa dua keyakinan variabel perilaku utama dalam mengadopsi sistem informasi, yaitu
persepsi pengguna terhadap manfaat perceived usefulness dan persepsi pengguna terhadap penggunaan perceived ease of use. Perceived usefulness
diartikan sebagai tingkat di mana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tertentu dapat meningkatkan kinerjanya, dan perceived ease of use diartikan
sebagai tingkat dimana seseorang percaya bahwa menggunakan system tidak diperlukan usaha apapun free of effort. perceived ease of use juga berpengaruh
13
pada perceived usefulness yang dapat diartikan bahwa jika seseorang merasa system tersebut mudah digunakan maka sistem tersebut berguna bagi mereka.
Berbagai penelitian dilakukan untuk mempelajari proses menurut Kirana dalam Saraswati 2010, kemudahan menggunakan suatu teknologi pada akhirnya
akan mempengaruhi minat untuk menggunakannya yang selanjutnya akan membentuk suatu nilai. Variabel implementasi e-SPT dan implementasi e-filing
memiliki indikator kemudahan penggunaan aplikasi tersebut. Indikator dalam Implementasi e-SPT dan e-filing antara lain kemudahan perekaman data,
kemudahan pelaporan, kemudahan penghitungan, kemudahan pemakaian dan menghemat waktu. Persepsi kemudahan aplikasi tersebut menujukkan bagaimana
individu mempelajari penggunaan sistem informasi atau teknologi baru Gefen dkk, 2003 dalam Saraswati.
2.3 Implementasi E-SPT 2.3.1 Pengertian E-SPT
Perkembangan administrasi yang modern di bidang perpajakan telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Hal ini diupayakan agar wajib pajak
semakin lebih mudah untuk melaksanakan pemenuhan kewajibannya di perpajakan. Administrasi yang modern di bidang perpajakan meliputi
penyampaian SPT yang tidak lagi dengan manual. Aplikasi yang digalakkan oleh Direktorat Jenderal Pajak antara lain aplikasi penyampaian SPT melalui
elektronik yang cepat, tepat dan akurat. Menurut Pandiangan, Liberti 2008:35 dalam Lingga 2013 yang
dimaksud dengan e-SPT adalah penyampaian SPT dalam bentuk digital ke
14
KPP secara elektronik atau dengan menggunakan media komputer, sedangkan pengertian e-SPT menurut DJP adalah Surat Pemberitahuan beserta lampiran-
lampirannya dalam bentuk digital dan dilaporkan secara elektronik atau dengan menggunakan media komputer yang digunakan untuk membantu wajib pajak
dalam melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181PMK.032007 yang dimaksud dengan e-SPT adalah data SPT wajib pajak dalam bentuk elektronik yang dibuat oleh
Wajib Pajak dengan menggunakan aplikasi e-SPT yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Kamelia 2008 mendefinisikan aplikasi e-SPT ialah
aplikasi dari Direktorat Jenderal Pajak yang dapat digunakan wajib pajak untuk membuat e-SPT. Aplikasi e-SPT digunakan untuk merekam data e-SPT beserta
lampirannya dan dapat melakukan perhitungan-perhitungan secara otomatis pada saat perekaman, menghasilkan data SPT dalam bentuk digital, dan dapat
mencetak SPT induk.
2.3.2 Prosedur Penyampaian E-SPT
SPT dalam bentuk elektronik e-SPT beserta lampiran-lampirannya dilaporkan dengan menggunakan media elektronik CD, disket, flashdisk dan
lain-lain ke KPP di mana wajib pajak terdaftar. Aplikasi e-SPT merupakan aplikasi SPT yang diberikan secara cuma-cuma oleh Jenderal Pajak kepada
wajib pajak. Aplikasi e-SPT yang digunakan wajib pajak dapat merekam, memelihara, dan men-generate data elektronik SPT serta mencetak SPT beserta
lampirannya. Prosedur penyampaian e-SPT menurut Peraturan Direktur
15
Jenderal Pajak Nomor PER-6PJ2009 tanggal 20 januari 2009 adalah sebagai berikut.
1. Wajib pajak melakukan instalasi aplikasi e-SPT pada sistem komputer yang digunakan untuk keperluan administrasi perpajakannya.
2. Wajib pajak menggunakan aplikasi e-SPT untuk merekam data-data perpajakan yang akan dilaporkan, yaitu antara lain:
a. data identitas wajib pajak pemotongpemungut dan identitas wajib pajak yang dipotongdipungut seperti NPWP, nama, alamat, kode pos,
nama KPP, pejabat penandatangan, kota, format nomor bukti potongpungut, nomor awal bukti potongpungut, kode kurs mata uang
yang digunakan, b. bukti pemotonganpemungutan PPh,
c. faktur Pajak, d. data perpajakan yang terkandung dalam SPT,
e. data Surat Setoran Pajak SSP, seperti: masa pajak, tahun pajak, tanggal setor, NTPN, kode akunKJS, dan jumlah pembayaran pajak.
3. Wajib pajak yang telah memiliki sistem administrasi keuanganperpajakan sendiri dapat melakukan proses impor data dari sistem yang dimiliki wajib
pajak ke dalam aplikasi e-SPT dengan mengacu kepada format data yang sesuai dengan aplikasi e-SPT.
4. Wajib pajak mencetak bukti pemotonganpemungutan dengan menggunakan aplikasi e-SPT dan menyampaikannya kepada pihak yang
dipotongdipungut.
16
5. Wajib pajak mencetak formulir induk SPT Masa PPh danatau SPT Masa PPN danatau SPT Tahunan PPh menggunakan aplikasi e-SPT.
6. Wajib pajak menandatangani formulir induk SPT Masa PPh danatau SPT Masa PPN danatau SPT Tahunan PPh hasil cetakan aplikasi e-SPT.
7. Wajib pajak membentuk file data SPT dengan menggunakan aplikasi e- SPT dan disimpan dalam media elektronik.
8. Wajib pajak menyampaikan e-SPT ke KPP tempat wajib pajak terdaftar dengan cara:
a. secara langsung atau melalui posperusahaan jasa ekspedisikurir dengan bukti pengiriman surat, dengan membawa atau mengirimkan
formulir Induk SPT Masa PPh danatau SPT Masa PPN danatau SPT Tahunan PPh hasil cetakan e-SPT yang telah ditandatangani dan file
data SPT yang tersimpan dalam bentuk elektronik serta dokumen lain yang wajib dilampirkan; atau
b. Penyampaian SPT melalui e-filing sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
9. Bukti penerimaan penyampaian SPT:
a. penyampaian e-SPT secara langsung diberikan tanda penerimaan surat dari TPT sedangkan penyampaian e-SPT melalui pos atau jasa
ekspedisikurir bukti pengiriman surat dianggap sebagai tanda terima SPT,
b. penyampaian melalui e-filing diberikan bukti penerimaan elektronik.
17
2.4 Implementasi E-Filing 2.4.1 Pengertian E-Filing
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP- 88PJ.2004 tanggal 14 Mei 2004 jo KEP-05PJ.2005 tanggal 12 Januari 2005
tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Secara Elektronik e- filling melalui Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi ASP, e-filling adalah
Surat Pemberitahuan Masa atau Tahunan yang berbentuk formulir elektronik dalam media komputer, dimana penyampaiannya dilakukan secara elektronik
dalam bentuk data digital yang ditransfer atau disampaikan ke Direktorat Jenderal Pajak melalui Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi atau Application
Service Provider ASP yang telah ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak dengan proses yang terintegrasi dan real time Novarina, 2005.
Sebelum teknologi e-filing ini diberlakukan setiap Wajib Pajak harus datang secara langsung ke kantor pajak pada hari kerja untuk melakukan
pelaporan SPT pajaknya. Adanya e-filing sekarang maka Wajib Pajak dapat melaporkan SPT pajak selama 24 jam penuh setiap harinya, karena perusahaan
Penyedia Jasa Aplikasi yang telah ditunjuk oleh Dirjen Pajak selalu beroperasi setiap saat. Sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor Kep-05PJ2005 pasal 6 dijelaskan bahwa: 1 penyampaian Surat Pemberitahuan secara elektronik dapat dilakukan
selama 24 dua puluh empat jam sehari dan 7 tujuh hari seminggu dengan standar Waktu Indonesia Bagian Barat,
18
2 Surat Pemberitahuan yang disampaikan secara elektronik pada akhir batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan yang jatuh pada hari libur,
dianggap disampaikan tepat waktu. Pemaparan tentang e-filing di atas oleh Sitompul 2008 disimpulkan
bahwa proses penyampaian SPT secara e-filing ini dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja oleh Wajib Pajak yang bersangkutan. Tentu penyampaian
SPT yang bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja memudahkan Wajib Pajak untuk menyampaikan SPT dan memungkinkan penerimaan SPT Masa
yang tepat waktu, seperti ditegaskan bahwa dalam pelaporan SPT secara e- filing, batas waktu pelaporan tetap berlaku meskipun hari tersebut merupakan
hari libur nasional. Berbeda dengan penyampaian SPT secara manual dimana batas waktu pelaporan dimajukan satu hari sebelum libur nasional.
2.4.2 Prosedur Penyampaian E-Filing
Dengan telah diterbitkannya Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-05PJ.2005 tanggal 12 Januari 2005 tentang Tata Cara Penyampaian
Surat Pemberitahuan secara elektronik e-filing melalui Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi ASP, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan dengan SE
Nomor 10PJ.2005, yaitu sebagai berikut.
1. Wajib pajak yang ingin menyampaikan Surat Pemberitahuan secara elektronik e-filing melalui satu atau beberapa perusahaan penyedia jasa
aplikasi ASP yang telah ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak harus memiliki electronic filling identification number e.FIN dan telah
memperoleh sertifikat digital certificate dari Direktorat Jenderal Pajak.
19
2. Adapun tata cara pemberian e.FIN adalah sebagai berikut. a. Wajib pajak mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala
Kantor Pelayanan Pajak tempat wajib pajak terdaftar sesuai dengan lampiran Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-05PJ.2005,
dengan melampirkan fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak atau Surat Keterangan Terdaftar dan dalam hal Pengusaha Kena Pajak
disertai dengan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. b. Kepala Seksi Tata Usaha Perpajakan atau Kepala Seksi Pelayanan
dalam hal KPP tempat wajib pajak terdaftar adalah KPP yang telah menerapkan sistem modern, memproses permohonan wajib pajak
apabila persyaratan dalam pengajuan permohonan tersebut telah diterima secara lengkap.
c. Permohonan e.FIN harus diselesaikan paling lama 2 dua hari kerja sejak permohonan Wajib Pajak telah diterima secara lengkap.
d. Bentuk e.FIN. e. E.FIN diberikan kepada Wajib Pajak setelah ditandangani oleh Kepala
Seksi Tata Usaha Perpajakan atau Kepala Seksi Pelayanan dalam hal KPP tempat wajib pajak terdaftar adalah KPP yang telah menerapkan
sistem modern, atas nama kepala kantor. 3. Wajib pajak yang telah memperoleh e.FIN akan menyampaikan Surat
Pemberitahuan secara elektronik e-filing melalui perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi ASP.
20
4. Kantor Pelayanan Pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan kewajiban
mengisi, menandatangani, dan menyampaikan SPT beserta Surat Setoran Pajak bila ada dan dokumen lainnya yang wajib dilampirkan yang harus
disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat, paling lama: a. 14 empat belas hari sejak batas terakhir pelaporan Surat
Pemberitahuan dalam hal Surat Pemberitahuan elektronik disampaikan sebelum atau pada batas akhir penyampaian setelah lewat
batas akhir penyampaian Surat Pemberitahuan; b. 14 empat belas hari sejak batas terakhir pelaporan Surat
Pemberitahuan dalam hal Surat Pemberitahuan elektronik disampaikan setelah lewat batas akhir penyampaian Surat
Pemberitahuan. 5. Kantor Pelayanan Pajak apabila belum menerima induk Surat
Pemberitahuan yang telah ditandatangani oleh wajib pajak sampai dengan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada butir, wajib pajak dianggap
belum menyampaikan SPT mengingat sampai dengan diterbitkannya Surat Edaran ini, hukum telematika yang mengatur keabsahan dokumen yang
ditandatangani secara elektronik belum ada. 6. Perbedaaan yang terdapat di antara SPT yang disampaikan secara
elektronik dengn induk SPT yang telah ditandatangani oleh wajib pajak tersebut harus menyampaikan kembali induk SPT yang telah
21
ditandatanganinya, yang akurasi datanya sesuai dengan SPT yang disampaikan secara elektronik.
2.5 Sanksi Administrasi
Wajib pajak yang akan dijatuhi sanksi bisa dilihat dari perilaku wajib pajak yang terlambat untuk melaporkan SPT, terlambat membayar pajak dan
lainnya yang berkaitan dengan pemenuhan kewajiban wajib pajak di bidang perpajakan. Wajib pajak perlu mengetahui batas waktu penyampaian SPT Masa
untuk menentukan terlambat atau tidak dalam menyampaikan SPT Masa. Sesuai Pasal 3 ayat 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan yang diikuti dengan peraturan Menteri Keuangan Nomor 80PMK.032010 Tanggal 5 April 2010, batas waktu
penyampaian SPT diatur: 1. untuk SPT Masa, paling lambat 20 dua puluh hari setelah akhir masa pajak.
2. untuk SPT Tahunan, paling lambat 3 tiga bulan setelah akhir tahun pajak. Pengaturan lainnya diperlakukan untuk PPh Pasal 22 Bendaharawan dan
SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai yang disampaikan Direktorat Jenderal Bea Cukai. Berikut disampaikan batas waktu penyampaian SPT masa.
Tabel 2.1 Batas Waktu Penyampaian SPT Masa
No. Jenis Pajak
Pihak yang Menyampaikan SPT
Batas Waktu Penyampaian SPT
1. PPh Pasal 21
Pemotong PPh pasal 21 Paling lama 20 dua
puluh hari setelah masa pajak berakhir
2. PPh Pasal 22-
impor Bea cukai
14 empat belas hari setelah akhir masa pajak
22
No. Jenis Pajak
Pihak yang Menyampaikan SPT
Batas Waktu Penyampaian SPT
3. PPh pasal 22
Bendaharawan pemerintah
14 empat belas hari setelah akhir masa pajak
4. PPh pasal 22
oleh DJBC Pemungut pajak
DJBC Secara mingguan paling
lama 7 tujuh hari setelah akhir masa pajak
5. PPh pasal 22
Pihak yang melakukan penyerahan
Paling lama 20 dua puluh hari setelah masa
pajak berakhir
6. PPh pasal 22
badan tertentu Pihak yang melakukan
penyerahan Paling lama 20 dua
puluh hari setelah masa pajak berakhir
7. PPh pasal 23
Pemotongan PPh pasal 23
Paling lama 20 dua puluh hari setelah masa
pajak berakhir
8. PPh pasal 25
Wajib Pajak yang mempunyai NPWP
Paling lama 20 dua puluh hari setelah masa
pajak berakhir
9. PPh pasal 26
Pemotong PPh Pasal 26 Paling lama 20 dua
puluh hari setelah masa pajak berakhir
10. PPN dan
PPnBM Pengusaha Kena Pajak
Paling lama akhir bulan berikutnya setelah
berakhirnya masa pajak dan sebelum SPT masa
PPN disampaikan
11. PPN dan
PPnBM DJBC Bea Cukai
Paling lama 7 tujuh hari setelah akhir masa pajak
12. PPN dan
PPnBM Pemungut pajak selain
bendaharawan Paling lama 20 dua
puluh hari setelah masa pajak berakhir
Menurut UU No. 28 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan yang mulai berlaku 1 januari 2008, apabila SPT Masa tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan atau batas waktu
perpanjangan penyampaian SPT, dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar:
23
a. Rp 500.000,- lima ratus ribu rupiah untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai,
b. Rp 100.000,- seratus ribu rupiah untuk Surat Pemberitahuan Masa lainnya.
Wajib pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan atau menyampaikan surat pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar
atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tidak dikenai sanksi pidana
apabila kealpaan tersebut pertama kali dilakukan oleh wajib pajak dan wajib pajak tersebut wajib melunasi kekurangan pembayaran jumlah pajak yang terutang
beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 200 dua ratus persen dari jumlah pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar.
2.6 Kepatuhan Wajib Pajak Melaporkan SPT Masa PPN