39
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif
Uji ini berguna untuk mendeskripsikan data apa saja yang diinput, baik dari nilai minimumnya, nilai maksimumnya, nilai rata-ratanya mean, maupun
standar deviasinya.
3.5.2 Uji Kualitas Data 3.5.2.1 Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Variabel-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini
ada 3 macam, yaitu Impelementasi e-filing, Implementasi e-SPT, Sanksi administrasi. Analisis ini digunakan untuk menguji apakah indikator-
indikator yang digunakan dapat mengkonfirmasikan variabel. Tingkat validitas adalah lebih besar dari r kritis yaitu 0,3.
3.5.2.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu
kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Tingkat
reliabilitas adalah lebih besar dari 0,7 walaupun bukanlah suatu ukuran mati Ferdinand, 2006. Nunnaly 1967 mengemukakan bahwa suatu
instrumen yang reliabel jika memiliki koefisien cronbach alpha di atas 0,70.
40
3.5.3 Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan agar data sampel yang diolah benar- benar dapat mewakili populasi secara keseluruhan. Pengujian meliputi:
3.5.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal
Ghozali, 2006. Seperti diketahui uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji
statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Model regresi yang baik adalah yang mempunyai distribusi data normal atau mendekati
normal. Uji normalitas pada penelitian ini didasarkan pada uji statistik sederhana dengan melihat nilai kurtosis dan skewness untuk semua
variabel dependen dan independen.
3.5.3.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel independen dalam model regresi Ghozali, 2006.
Model regresi yang baik seharusnya bebas dari multikolinearitas. Jika variabel independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak
ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel sama dengan nol. Deteksi terhadap ada
tidaknya multikolinearitas yaitu a Nilai R square R
2
yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris yang sangat tinggi, tetapi secara
individual tidak terikat, b Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel
41
independen. Jika antar variabel independen terdapat korelasi yang cukup tinggi lebih dari 0,09, maka merupakan indikasi adanya
multikolinearitas, c Melihat nilai tolerance dan variance inflation factor VIF, suatu model regresi yang bebas dari masalah multikolinearitas
apabila mempunyai nilai tolerance kurang dari 0,1 dan nilai VIF lebih dari 10.
3.5.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain Ghozali, 2006. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut
homoskedastisitas, dan jika berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Regresi yang baik adalah homoskesdastisitas atau tidak terjadi
heteroskedasitas. Heteroskedasitas dapat dilihat melalui grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Apabila pola pada grafik
ditunjukkan dengan titik-titik menyebar secara acak tanpa pola yang jelas serta tersebar di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Selain menggunakan grafik scatterplots, uji heteroskedastisitas juga dapat
dilakukan dengan menggunakan Uji Glejser. Jika probabilitas signifikan 0.05, maka model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas.
42
3.5.4 Uji Regresi Linear Berganda
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda, yaitu dengan melihat pengaruh implementasi e-SPT, implementasi e-
filing, dan sanksi administrasi terhadap kepatuhan wajib pajak melaporkan SPT Masa. Model regresi yang digunakan dapat dirumuskan dengan persamaan
sebagai berikut:
Y = α + β
1
Х
1
+
β
2
Х
2
+
β
3
Х
3
ε Keterangan :
Y : Kepatuhan Wajib Pajak Melaporkan SPT Masa PPN α : Konstanta
X
1
: Implementasi E-SPT X
2
: Implementasi E-Filing X
3
: Sanksi Administrasi β : Koefisien Regresi
ε : error
3.5.5 Uji Hipotesis 3.5.5.1 Uji Signifikansi Parameter Individual Uji Statistik t
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi
variabel dependen Ghozali, 2006. Pengujian dilakukan dengan menggunakan signifikan level 0,05. Penerimaan atau penolakan hipotesis
dilakukan dengan kriteria:
43
1. Jika nilai signifikan 0,05 maka hipotesis ditolak koefisien regresi tidak signifikan. Ini berarti secara parsial variabel independen tidak
mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. 2. Jika nilai signifikan
3.5.5.2 Uji Signifikansi Simultan Uji Statistik F
0,05 maka hipotesis diterima koefisien regresi signifikan. Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut
mempuyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh
secara bersama-sama simultan terhadap variabel dependen Ghozali, 2006. Apabila nilai probabilitas signifikansi 0.05, maka variabel
independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.
3.5.5.3 Koefisien Determinasi
Besarnya pengaruh X terhadap Y dapat diketahui dengan menggunakan analisis koefisien determinasi. Koefisien determinasi
digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah
diantara nol sampai satu Ghozali, 2006.
44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
4.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Kota
Kantor Pelayanan Pajak pada masa penjajahan belanda bernama Belasting, yang kemudian berubah setelah kemerdekaan Republik
Indonesia menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya adalah
Direktorat Jenderal Pajak. Di Sumatera Utara pada tahun 1976 berdiri tiga kantor inspeksi pajak, yaitu:
1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan 2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara
3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar Pada tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah
menjadi dua, yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk memudahkan dan meningkatkan kualitas
pelayanan kepada masyarakat, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak Medan Timur.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pajak kepada masyarakat, maka dibuatlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jenderal
Pajak yang berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 267KMK.011989. Hal itu mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi
45
Pajak yang diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak, sekaligus mendirikan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan. Berdasarkan
pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 758KMK.011993 tertanggal 3 Agustus 1993, maka pada tanggal 1 April
1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur merupakan pecahan dari tiga Kantor
Pelayanan Pajak, yaitu: 1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
Terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak di kota Medan berubah menjadi empat wilayah kerja, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 443KMK.012001 tentang “Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak”, maka Kantor Pelayanan Pajak di kota Medan menjadi enam wilayah kerja,yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :
a. Kecamatan Medan Timur
46
b. Kecamatan Medan Tembung c. Kecamatan Medan Perjuangan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :
a. Kecamatan Medan Barat b. Kecamatan Medan Sunggal
c. Kecamatan Medan Petisah d. Kecamatan Medan Helvetia
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :
a. Kecamatan Medan Kota b. Kecamatan Medan Denai
c. Kecamatan Medan Johor d. Kecamatan Medan Amplas
e. Kecamatan Medan Area 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia, dengan ruang lingkup
meliputi wilayah : a. Kecamatan Medan Polonia
b. Kecamatan Medan Maimun c. Kecamatan Medan Baru
d. Kecamatan Medan Tuntungan e. Kecamatan Medan Selayang
47
5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :
a. Kecamatan Medan Belawan b. Kecamatan Medan Marelan
c. Kecamatan Medan Labuhan d. Kecamatan Medan Deli
6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :
a. Kota Binjai b. Kabupaten Langkat
KPP Medan Kota adalah institusi pemerintah yang mempunyai tugas pokok dalam menyelenggarakan urusan perpajakan. KPP Pratama Medan
Kota berada di gedung Direktorat Jenderal Pajak Kantor Wilayah SUMUT I lantai III di jalan sukamulia no. 17 A Medan. Adapun sejarah singkat dari
KPP Pratama Medan Kota sebagai berikut: 1. KPP Medan Kota merupakan pecahan dari KPP Medan Timur yang
berdasarkan: a. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
b. 443KMKK012001 tanggal 23 Juli 2001 c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
58KMK012002 tanggal 26 februari 2002 Berdasarkan penjelasan sejarah KPP Medan Kota, KPP Medan
Kota berganti nama menjadi KPP Pratama Medan Kota pada
48
tanggal 27 Mei 2008 sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 131PMK.012006 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Keuangan yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 54PMK.012007 dan
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 132PMK.012006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi
Vertikal Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana telah di ubah dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor: 67PMK.012008.
4.1.2 Visi Dan Misi KPP Pratama Medan Kota