5.2.2 Pola Konsumsi
Hasil penelitian di dapatkan pasien yang menderita GGK mempunyai kemungkinan 8,174 kali 95 CI : 3,253-20,539 tidak memiliki kebiasaan pola
konsumsi yang baik dibanding pasien yang tidak menderita GGK. Hasil uji statistik menjelaskan ada pengaruh bermakna terhadap kejadian GGK. Pada analisis
multivariat menunjukkan bahwa pola konsumsi ada pengaruh bermakna terhadap kejadian GGK. Hasil penelitian ini sejalan dengan Hidayati, T., 2008 hasil analisis
bivariat bahwa variabel mengonsumsi kopi OR = 3; p 0,05 berhubungan dengan penyakit ginjal kronis dan tidak bermakna secara statistik.
Konsumsi diet yang berlebihan menyebabkan kenaikan berat badan yang tidak terkontrol dimana merupakan faktor risiko timbulnya berbagai penyakit. Studi di
Jepang menunjukkan bahwa kenaikan berat badan yang diukur dengan Body Mass Index BMI merupakan parameter yang signifikan berhubungan dengan kejadian
GGK. Hal ini disebabkan setiap kenaikan dari BMI akan diikuti oleh kenaikan tekanan darah, lipid serum serta kadar glukosa darah. Seseorang yang tidak
memperhatikan komposisi nutrisi yang terkandung dalam makanan sehari-hari, akan lebih mudah terserang penyakit dibandingkan yang berhati-hati dalam mengkonsumsi
makanan Sedangkan Penelitian Rahayu 2012 menganalisis hubungan kebiasaan mengonsumsi makanan lemak jenuh dengan hipertensi sebagai faktor risiko kejadian
penyakit ginjal kronis menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara kebiasaan mengonsumsi makanan lemak jenuh dengan kejadian hipertensi p value = 0,092
Intake makanan yang mengandung kadar karbohidrat tinggi namun minim serat
Universitas Sumatera Utara
seperti makanan cepat saji, mempercepat penimbunan lemak di dalam tubuh yang memicu obesitas. Individu yang mengalami obesitas rentan terhadap penyakit DM
tipe 2 dan penyakit kardiovaskular. Beberapa teori juga menyebutkan adanya keterkaitan antara konsumsi lemak jenuh dengan kejadian hipertensi. Konsumsi
makanan tinggi lemak, khususnya lemak jenuh merupakan salah satu faktor risiko hipertensi. Kolesterol tinggi merupakan faktor risiko utama atherosklerosis yang
merupakan penyebab masalah kardiovaskuler termasuk hipertensi.
5.2.3 Aktivitas Fisik