Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan pasar modal di era globalisasi ini memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perekonomian suatu negara, karena pasar modal memiliki peranan yang sangat penting baik bagi dunia usaha , pemodal , lembaga penunjang pasar modal maupun bagi pemerintah Ahmad, 1996 . Pasar modal dapat menggerakan aktivitas perekonomian karena dapat digunakan menjadi alternatif pendanaan bagi perusahaan untuk dapat meningkatkan pendapatan perusahaan sehingga memberikan dampak positif bagi masyarakat luas, dimana kesempatan kerja akan semakin banyak, pendapatan masyarakat akan meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pasar modal merupakan sarana yang paling tepat selain perbankan dalam memobilisasi dana masyarakat guna membiayai dana pembangunan, oleh karena itu peranan pasar modal harus terus didorong perkembangannya. Husnan 1993 menyatakan bahwa pasar modal memiliki dua fungsi sekaligus yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan dimana Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan wahana atau fasilitas yang mempertemukan dua kepentingan , yaitu pihak yang kelebihan dana investor dan pihak yang membutuhkan dana issuer. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan untuk Universitas Sumatera Utara 2 memperoleh imbalan bagi pemilik dana sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilihnya. Pada dasarnya , pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang , ekuitas saham, instrument derivatif, maupun instrumen lainnya Darmadji dan Fakhruddin, 2006. Pasar modal memiliki beberapa daya tariknya sendiri dalam suatu negara baik dalam hal likuiditas maupun efisiensi. Menurut Husnan 1993, perusahaan dapat menghindarkan diri dari kondisi debt to equity ratio yang terlalu tinggi sehingga dapat menyebabkan cost of capital of the firm tidak lagi minimal dan dari sisi pemodal dapat memungkinkan mereka untuk memiliki alternatif investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka. Pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan pembeli dapat membeli surat-surat berharga dengan cepat sehingga pasar modal memungkinkan untuk terjadinya alokasi dana yang efisien. Menurut Jogiyanto 2000, jika pasar modal sifatnya efisien maka harga dari surat berharga akan mencerminkan penilaian investor terhadap prospek laba perusahaan di masa mendatang serta kualitas manajemennya. Dengan demikian pasar modal dapat digunakan sebagai sarana tidak langsung pengukur kualitas manajemen selain itu juga sebagai sarana alokasi dana yang produktif untuk memindahkan dana dari pemberi pinjaman ke peminjam. Pada umumnya surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal dapat dibedakan menjadi surat berharga bersifat hutang dan surat berharga yang bersifat pemilikan Husnan, 1993. Surat berharga yang bersifat hutang dikenal Universitas Sumatera Utara 3 dengan nama obligasi dan surat berharga yang bersifat pemilikan dikenal dengan nama saham. Saham juga terdiri dari dua jenis yakni saham biasa dan saham preferen Jogiyanto, 2000. Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja maka saham inilah yang disebut dengan saham biasa common stock sedangkan saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan anara obligasi dan saham biasa. Perusahaan yang membutuhkan dana dapat menjual surat berharga yang baru dikeluarkan di pasar primer sedangkan surat berharga yang sudah beredar diperdagangkan di pasar sekunder Jogiyanto, 2000. Dalam pasar modal di Indonesia, terdapat dua cara pelaksanaanya yakni dengan menggunakan order driven market system dan continous a uction system Jogiyanto, 2000. Order driven market system berarti bahwa penjual dan pembeli sekuritas yang ingin melakukan transaksi harus melalui seorang broker. Investor tidak dapat secara langsung melakukan transaksi di lantai bursa dan hanya seorang broker yang dapat melakukan transaksi jual-beli di lantai bursa berdasarkan instruksi dari investor. Sedangkan continous auction system atau sering disebut dengan sistem lelang kontinyu adalah bahwa harga transaksi yang terjadi atas suatu saham tertentu ditentukan oleh tingkat penawaran supply dan tingkat permintaan demand dari para investor. Dalam mekanisme tersebut maka terjadilah yang sering disebut dengan bid price dan ask price, dimana bid price adalah harga tertinggi yang diminta oleh pembeli untuk membeli dan ask price adalah harga terendah yang ditawarkan penjual untuk menjual. Besarnya selisih antara bid price dan ask price disebut Universitas Sumatera Utara 4 dengan bid-ask spread yang dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan keputusan investasi yang dilakukan oleh investor dalam rangka mendapatkan gain atau net return yang optimal dan mengurangi tingkat risiko serendah-rendahnya. Pada dasarnya seorang investor melakukan investasi saham karena selalu mengharapkan capital gain dan dividen Darmadji dan Fakhruddin, 2006. Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan sedangkan capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual yang terbentuk dalam aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Oleh karena itu investor harus tahu kapan untuk membeli dan menjual saham serta kapan investor harus menahan saham yang telah dimilikinya. Selain itu investor tidak hanya mengharapkan return yang maksimal, tetapi juga harus mempertimbangkan risiko yang rendah. Investor akan menanamkan modalnya pada saham-saham perusahaan yang lebih baik dari perusahaan lain dengan risiko yang sama atau dengan risiko yang lebih kecil. Keputusan untuk membeli atau menjual saham juga ditentukan oleh perbandingan antara nilai intrinsik dengan harga pasar market value Halim, 2005. Jika harga pasar lebih rendah dari nilai instrinsiknya maka saham tersebut sebaiknya dibeli atau ditahan untuk mendapatkan capital gain pada saat harganya akan naik kembali, dan sebaliknya jika harga pasar saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya maka saham tersebut sebaiknya dijual untuk menghindari terjadinya kerugian karena harganya akan turun menyesuaikan dengan nilainya. Sedangkan jika harga pasar sama dengan nilai intrinsiknya maka jangan melakukan transaksi, Universitas Sumatera Utara 5 karena saham dalam keseimbangan sehingga tidak ada keuntungan yang diperoleh dari transaksi pembelian maupun penjualan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa faktor mempengaruhi jangka waktu investor dalam memegang sahamnya. Lamanya kepemilikan saham oleh investor dikenal dengan dengan stock holding period. Holding period adalah periode waktu perkiraan atau riil dimana sebuah investasi diatribusikan kepada sebuah investor tertentu. Oleh karena itu lama tidaknya seorang investor menahan dananya pada suatu saham perusahaan tertentu untuk waktu tertentu merupakan hal yang menarik untuk di teliti. Berdasarkan teori Mandelson 1986, terdapat 2 faktor yang mempengaruhi holding period saham yakni faktor eksternal inflasi, faktor internal transaction cost: bid-ask spread, market value dan risk of return saham. Penelitian yang dilakukan Atkins dan Dyl 1997 mengenai hoding period dan bid-ask spread untuk saham Nasdaq dari 1983 hingga 1991 dan untuk New York Stock Exchange NYSE saham dari periode 1975 sampai 1989 dan menemukan bukti kuat bahwa, seperti yang diperkirakan, holding period dipengaruhi oleh bid ask spread . Atkins dan Dyl 1997 juga menemukan bahwa hubungan antara holding period dan bid-ask spread jauh lebih kuat di Nasdaq, di mana spread lebih besar, daripada di NYSE spread yang lebih kecil. Sementara penelitian yang dilakukan Leny dan Indriantoro 1990 dalam penelitian Helmy Yulianto 2008 menyimpukan bahwa Bid-ask spread tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Universitas Sumatera Utara 6 holding period, tetapi hanya variabel market value saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap holding period. Penelitian yang dilakukan Eko Budi Santoso 2008 menyimpulkan bahwa lamanya kepemilikan suatu saham biasa di Bursa Efek Jakarta yang termasuk dalam indeks LQ-45 selama periode 2000 sampai 2005 dipengaruhi oleh faktor- faktor bid-ask spread, market value dan variance return dan memberikan kesimpulan bid ask spread memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap holding period saham sedangkan market value dan variance return masing-masing memiliki pengaruh positif dan negatif terhadap holding period saham. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Vinus Maulina 2009 dalam index LQ45 periode 2000-2001 menyimpulkan bahwa secara parsial ada dua variabel yang berpengaruh signifikan terhadap lamanya kepemilikan saham biasa yakni variance return dan spread masing-masing memiliki pengaruh negatif dan positif . Diantara variabel spread, market value dan dividend pay-out ratio yang merupakan variabel yang paling berpengaruh adalah variance return yang merupakan cerminan dari tingkat risiko akibat fluktuasi harga saham. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh A.Sakir dan Nurhalis 2010 pada perusahaan yang tercatat dalam indeks LQ-45 di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2006 menyimpulkan bahwa dari variabel independen bid-ask spread, market value, variance return dan dividend pay-out ratio hanya variance return yang mempunyai hubungan atau sesuai dengan teori dan penelitian terdahulu, meskipun variance return tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Universitas Sumatera Utara 7 holding period saham LQ-45. Dan juga variabel bid-ask spread dan market value mempunyai pengaruh yang negatif dan tidak siginifkan terhadap holding period saham. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian kembali karena banyak kesimpulan-kesimpulan penelitian yang tidak konsisten dan tidak sesuai dengan teori yang berlaku. Oleh karena itu untuk mengetahui gambaran yang lebih akurat lagi mengenai variabel yang paling berpengaruh dalam lama tidaknya investor menahan dananya pada suatu saham perusahaan tertentu pada waktu tertentu. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian “ Analisis Pengaruh Bid-Ask Spread, Market Value dan Variance Return Terhadap Holding Period Saham Sektor Pertambangan”.

1.2 Perumusan Masalah