Menentukan Konsep dalam Penyelesaian Masalah

47 Gambar 4.2 Contoh Jawaban Siswa yang Menjawab Keliru Soal nomor 1 Indikator 1 Dalam Gambar 4.2 ditunjukkan jawaban soal tes nomor 1 yang dikerjakan oleh siswa RAS. Secara perhitungan matematis, siswa tersebut sebenarnya benar, namun ada kesalahan dalam pembuatan gambar sketsa yang tidak sesuai dengan arah mata angin, sekalipun cara pengerjaannya menggunakan konsep Phytagoras. Untuk jawaban ini, siswa RAS mendapatkan skor 3. Peneliti sempat mewawancarai siswa RAS ini, sebagai berikut. P : Kamu sudah yakin dengan jawaban kamu ini? RAS : Sudah, emang benar kan, Pak? P : Iya, secara perhitungan kamu benar. Tapi coba perhatikan sketsa gambar yang kamu buat. Benar tidak? RAS : Oh, apa karena pangkal ketemu pangkal ini ya, Pak? Harusnya segitiganya ga kayak gini kan? Tapi gini? Sambil memperagakan gambar segitiga yang benar P : Iya, harusnya seperti itu. Tapi kenapa kamu gambarnya seperti ini? RAS : Karena kan ujung-ujungnya Phytagoras ya saya pikir sama saja, Pak. Dari hasil wawancara yang didapat dengan siswa RAS ini, peneliti bisa menyimpulkan bahwa siswa tersebut agak tidak 48 mementingkan konsep, ditunjukkan dengan arah vektor yang salah, walaupun perhitungannya benar.

2. Merumuskan Cara dalam Menyelesaikan Masalah

Kemampuan siswa dalam merumuskan cara dalam menyelesaikan masalah di tes ini menghasilkan angka rata-rata persentase 71 dari skor ideal. Indikator ini menjadi indikator dengan nilai tertinggi kedua pada kemampuan berpikir kritis matematis. Sedangkan untuk persentase tingkat kemampuan siswa pada indikator ini ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 4.5 Persentase Tingkat Kemampuan Indikator 2 Tingkat Kemampuan Indikator Jumlah Siswa Persentase Tingkat Kemampuan Per Indikator Rendah 16 33,33 Sedang 14 29,17 Tinggi 18 37,50 49 Gambar 4.3 Contoh Jawaban Siswa yang Menjawab Benar Soal nomor 2b Indikator 2 Dari Gambar 4.3 di atas, ditunjukkan jawaban soal tes nomor 2b oleh siswa FKH. Soal ini merupakan soal dengan indikator 2, yaitu merumuskan cara dalam pemecahan masalah. Siswa FKH mendapat skor 4 karena jawabannya tepat dan dan menerapkan rumus dan cara yang sesuai. Untuk mendapatkan panjang sisi AB siswa FKH tersebut menggunakan Teorema Phytagoras. Begitu pula ketika ingin menemukan panjang sisi AC yang pada gambar dia tulis dengan simbol huruf y, juga dengan teorema yang sama. Tentunya dengan bantuan info yang telah didapat pada soal sebelumnya, soal 2a, yaitu panjang CD, sehingga gabungan CD+DB=CB adalah 10m. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan siswa FKH. P : Kamu yakin dengan jawaban kamu ini? FKH : Yakin, Pak. P : Jadi, kalau mendapatkan panjang AB, kamu pakai apa? FKH : Phytagoras, Pak. Soalnya kelihatan jelas itu. P : Nah, kalau yang untuk mendapatkan nilai AC bagaimana? Apa yang kamu butuhkan? FKH : Ini kan di soal sebelumnya sudah dapat CD, jadi CB sudah tau kan, tinggal ditambah. Lalu Phytagoras, deh. P : Dapat CD tadi sebelumnya bagaimana? 50 FKH : Euclid. Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada siswa FKH, peneliti menanyakan rumus apa yang digunakan, siswa tersebut menjawab Phytagoras karena terlihat jelas. Namun untuk menjawab panjang AC, tentunya harus mendapatkan panjang CD dulu yang merupakan bagian dari CB. Karena siswa tersebut telah menemukan di soal sebelumnya, maka jawabannya benar, walaupun siswa tersebut menyimbolkan panjang AC dengan huruf y. Gambar 4.4 Contoh Jawaban Siswa yang Menjawab Keliru Soal nomor 2b Indikator 2 Untuk membandingkan jawaban siswa yang benar dan keliru pada nomor 2b ini, peneliti menunjukkannya pada gambar 4.4. Pada jawaban ini, siswa OHF mencoba menggunakan Teorema Euclid tetapi sedikit keliru, yaitu untuk menjawab panjang AC disimbolkan oleh siswa dengan huruf c, siswa lupa untuk mengakarkuadratkannya kembali. Sehingga didapat hasilnya 8000m, padahal seharusnya 51 √ m. Begitu pun dengan menjawab panjang AB disimbolkan dengan huruf b, terdapat dua kesalahan, yaitu tidak menuliskan simbol kuadrat pangkat dua pada b, sehingga didapat angka 2000m, yang seharusnya √ m. Berikut ini adalah kutipan wawancara peneliti dengan siswa OHF. P : Kamu sudah yakin dengan jawaban kamu ini? OHF : Ga tau deh, Pak. Ga yakin aja. P : Ini yang c kuadrat maksudnya kamu nyari apa? OHF : Ini yang sisi ini menunjuk sisi AC. P : Padahal kamu sudah benar nulis ini ada kuadratnya. Kenapa lupa diakarkan? OHF : Oh, iya, Pak. Saya lupa. Baru ingat nih. P : Nah, kalau yang ini menunjuk ke huruf b = sisi AB kenapa ga ditulis kuadratnya? OHF : Yah, saya salah nulis kayaknya itu, Pak. Tapi jadi lupa ngakarin juga. Dari hasil wawancara tersebut, terlihat inkonsistensi siswwa dalam menuliskan rumus. Terdapat perbedaan antara mencari sisi AC dengan AB. Selain itu, terdapat tahapan yang dilupakan oleh siswa tersebut, yaitu mengakarkan hasil dari penjumlahan Phytagoras.

3. Memberikan Argumen dalam Menyelesaikan Masalah

Kemampuan siswa dalam memberikan argumen dalam menyelesaikan masalah di tes ini menghasilkan angka rata-rata persentase 64 dari skor ideal. Indikator ini menjadi indikator dengan nilai tertinggi ketiga pada kemampuan berpikir kritis matematis.