Prestasi Belajar Landasan Teori

18

2. Prestasi Belajar

 Pengertian Prestasi Belajar Prestasi adalah kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa serta nilai-nilai yang didapat dari hasil tes atau ujian. Secara langsung prestasi belajar dapat dilihat dari perubahan sikap dan cara berfikir siswa sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar Djamarah, 1994: 13. Hasil belajar merepresentasikan pemahaman dan penguasaan bahan yang telah dipelajari. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan dan diciptakan. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan belajar dengan jalan keuletan belajar. Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas, sedangkan belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu Djamarah, 1994:18. Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu “prestasi” dan “belajar”, di dalam kamus besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan presatasi adalah: “Hasil yang telah dicapai dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya”. Adapun belajar menurut pengertian secara psikologis, merupakan suatu proses tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan- perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Slameto pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah 19 laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan, mengemukakan bahwa belajar adalah tingkah laku yang mengalami perubahan dari hasil belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun psikis. Dalam perubahan ini seseorang mengrahkan dirinya pada perubahan peningkatan keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap. Cronbach di dalam bukunya Educational Psychology yang dikutip oleh Sumardi Suryabrata menyatakan bahwa belajar adalah pengalaman dan dalam mengalami itu para siswa mempergunakan seluruh pancainderanya dengan harapan terjadi sebuah perubahan yang signifikan ke arah yang positif baik perubahan sikap, cara pandang, cara menyelesaikan masalah, dan lain sebagainya. Prestasi belajar dapat pula diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan atau nilai – nilai kecakapan. Prestasi belajar bisa juga disebut kecakapan aktual actual ability yang diperoleh seseorang setelah belajar, suatu kecakapan potensial yaitu kemampuan dasar yang dimiliki oleh individu untuk mencapai prestasi. Kecakapan aktual dan kecakapan potensial ini dapat dimasukkan kedalam suatu istilah yang lebih umum yaitu kemampuan. 20 Prestasi belajar merupakan tolak ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seorang yang prestasinya tinggi dapat dikatakan bahwa orang tersebut telah berhasil dalam belajar. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah Tu‟u, 2004:75. Sedangkan pengertian prestasi belajar sebagaimana yang tercantum dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah: “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru” . Berdasarkan definisi yang dikemukakan di atas, maka peneliti dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa prestasi belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang merupakan sebagai akibat dari pembelajaran, pengalaman, dan latihan atas interaksi dengan lingkungannya baik di dalam ruangan maupun diluar. Prestasi belajar meliputi segenap ranah kejiwaan yang berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa yang bersangkutan. Prestasi belajar dapat dinilai dengan 2 cara Soriven dalam Natalia, 1998:27: a. Penilaian formatif Tes formatif adalah tes yang dilakukan selama proses mendapatkan informasi balikan mengenai kamajuan yang telah dicapai. Tes sumatif adalah tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu. Dari hasil tersebut, guru berusaha memperkirakan sampai sejauh mana siswa maju 21 kearah tujuan yang harus dicapai. Hasil tes. Pada umumnya di sekolah- sekolah digunakan angka 0-10 atau dari 0-100. Dengan kata lain, penilaian formatif bertujuan untuk mencari umpan balik feedback, yang selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar-mengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan. b. Penilaian Sumatif Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu. 2. Jenis - Jenis Prestasi Belajar Hakekatnya, pengungkapan hasil belajar meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Kunci pokok untuk memperoleh informasi dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis-garis besar indikator penunjuk adanya prestasi belajar yang dikaitkan dengan jenis-jenis prestasi yang hendak diukur. Dalam sebuah situs yang membahas Taksonomi Bloom, dikemukakan mengenai teori Bloom yang menyatakan bahwa, tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah. Ketiga ranah tersebut adalah ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Berikut penjelasannya: 22 a. Cognitive Domain Ranah Kognitif Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian; Bagian pertama adalah berupa Pengetahuan kategori 1 dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual kategori 2-6. 1. Pengetahuan Knowledge Pengetahuan diartikan sebagai kemampuan mengingat akan hal- hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan, biasanya berkaitan dengan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya. 2. Pemahaman Comprehension Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Pemahaman juga dikenali dari kemampuan membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dan sebagainya. 3. Aplikasi Application Aplikasi atau penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode pada suatu kasus atau problem yang konkret dan baru. Di tingkat ini, seseorang 23 memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, strategi, tatacara, dan sebagainya. 4. Analisis Analysis Analisis didefinisikan sebagai kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit. 5. Sintesis Synthesis Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. 6. Evaluasi Evaluation Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersamaan dengan pertanggungjawaban pendapat yang 24 berdasarkan kriteria tertentu. Evaluasi dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, dan metodologi dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. b. Affective Domain Ranah Afektif Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Tujuan pendidikan ranah afektif adalah hasil belajar atau kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau perilaku. Ranah afektif terdiri dari lima aspek: 1. Penerimaan ReceivingAttending Penerimaan diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam merangsang apa yang telah dipelajari. Penerimaan mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru. 2. Tanggapan Responding Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Tanggapan meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan. 25 3. Penghargaan Valuing Penghargaan atau penilaian mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian yang dianggap pantas. Pada tahap ini mulai dibentuk suatu sikap menerima, menolak, atau mengabaikan sikap yang tervisualisasikan oleh tingkah laku. 4 Pengorganisasian Organization Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten. Pengorganisasian juga mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. 5. Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai Characterization by a Value or Value Complex Karakterisasi berdasarkan nilai-nilai mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan dan mengamalkan, sehingga menjadi milik pribadi internalisasi dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri. 26 c. Psychomotor Domain Ranah Psikomotor Alisuf Sabri dalam buku Psikologi Pendidikan menjelaskan keterampilan ini disebut motorik, karena keterampilan ini melibatkan secara langsung otot, urat, dan persendian. Sehingga keterampilan benar-benar berakar pada kejasmanian. Ciri khas dari keterampilan motorik ini ialah adanya kemampuan “Automatisme” yaitu gerakan-gerik yang terjadi berlangsung secara sepontan, teratur, dan berjalan dengan baik, lancar, dan luwes tanpa harus disertai pikiran tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa hal itu dilakukan. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan. Sampai dimanakah perubahan itu dapat tercapai atau berhasil tidaknya belajar itu tergantung kepada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Purwanto 2002:102 mengemukakan ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa diataranya; a. Faktor Internal faktor dari dalam siswa, yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa, meliputi dua aspek yakni: 1 Aspek Fisiologis Kondisi umum jasmani dan tonus tegangan otot yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. 27 2 Aspek Psikologis Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualits perolehan pembelajaran siswa, diantaranya: a Tingkat kecerdasan siswa, intelegensi pada umumnya diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik yang mereaksi rangsangan penyesuaian diri terhadap lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. b Sikap siswa, diartikan sebagai kecenderungan untuk mereaksi atau merespon response tendency dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, barang, dan sebagainya baik secara positif maupun negatif. Sikap yang akan menunjang belajar seseorang ialah sikap positif menerima terhadap bahan atau pelajaran yang akan dipelajari, terhadap guru yang mengajar, dan terhadap lingkungan tempat dimana ia belajar seperti;kondisi kelas, teman-temannya, sarana pengajaran, dan sebagainya. c Bakat Siswa, bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang mempunyai bakat yang potensial untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. 28 d Minat siswa, minat interest berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi seseorang terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. b. Faktor eksternal faktor dari luar diri siswa, terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental sebagai berikut: 1 Faktor Lingkungan Faktor lingkungan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: faktor lingkungan alam dan faktor lingkungan sosial. Yang termasuk faktor lingkungan alam ini ialah seperti: keadaan suhu, kelembaban udara, waktu pagi, siang, malam, tempat letak gedung sekolah, dan sebagainya. Faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. 2 Faktor Instrumental Faktor instrumental ini terdiri dari gedung atau sarana fisik kelas, sarana alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum atau materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses belajar dan pencapaian prestasi siswa. 29 Faktor-faktor di atas saling mempengaruhi satu sama lain, misalnya: Seorang siswa yang konservatif terhadap ilmu pengetahuan biasanya cenderung mengambil pendekatan yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya seorang siswa yang memiliki kemampun intelegensi yang tinggi faktor Iternal dan mendapat dorongan positif dari orang tua atau gurunya faktor eksternal akan lebih memilih pendekatan belajar yang lebih mendalam dan mementingkan kualitas hasil belajar. Akibat pengaruh faktor-faktor tersebut di atas, muncul siswa-siswa yang berprestasi tinggi, rendah, atau gagal sama sekali. Dalam hal ini seorang guru yang kompeten dan profesional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor-faktor yang menjadi penghambat proses belajar dan pencapaian prestasi. 30

3. Kompetensi Guru