„Umar ibn al-Khattâb

50 bersambung sanadnya dengan Ahmad ibn Hanbal 164-241, Abu Sa ‟id w.197, dan Dailam ibn Ghazwân w.235.

c. Dhailam Bin Ghazwân

sudah dikritisi pada lembar 47

d. Maimûn al-Kurdi

sudah dikritisi pada lembar 48 e. Abu „Ustmân sudah dikritisi pada lembar 49

f. „Umar ibn al-Khattâb

sudah dikritisi pada lembar 50 Menurut penelitian penulis, bahwa ulama hadis telah mengkritisi para sanad yang terdapat dalam hadis-hadis tersebut. Maka, penulis mendapati kesemua perawi dalam kedua hadis di atas bisa dikatakan tsiqat, walaupun terdapat perawi yang sudûq dan maqbûl tapi masalah itu tidak dapat mempengaruhi kualitas hadis. Untuk menjelaskan lagi dalam pembahasan mengenai sanad hadis ini, maka penulis mengambil perhatian untuk melampirkan jalur skema sanad pada halaman akan datang.

B. Kritik Matan

Dalam menentukan keshahihan atau kehujjahan sesuatu hadis itu, tidak cukup dengan hanya meneneliti sanad, maka dengan itu matan juga memiliki kepentingan yang sama. Karena menurut ulama hadis, sesuatu hadis barulah 51 dinyatakan berkualitas sahih apabila sanad dan matan hadis itu sama-sama berkualitas sahih. 132 Di antara kriteria kesahihan matan hadis, menurut para muhadditsin cukup beragam. Salah satu versi yang dikemukakan oleh al-Khatib al-Baghdâdi, bahwa suatu matan hadis dapat dinyatakan maqbûl diterima apabila memenuhi unsur- unsur berikut: 1 Tidak bertentangan dengan akal sehat. 2 Tidak bertentangan dengan hukum al- Qur‟an yang telah muhkam. 3 Tidak bertentangan dengan hadis yang mutawâtir. 4 Tidak bertentangan dengan amalan yang telah menjadi kesepakatan ulama‟ masa lalu ulama‟ salaf. 5 Tidak bertentangan dengan dalil yang telah pasti. 6 Tidak bertentangan dengan hadis ahad yang kualitas ke-sahih-annya lebih kuat. 133 Menurut Salâhudin ibn Ahmad al-Adlabi, bahwa kritik matan itu adalah sebanding dengan kritik intern menurut para ahli sejarah. Unsur- unsur terpenting dalam kritik matan ini adalah “kritik negative untuk kemurnian” dan “ kritik negative untuk ketelitian”. Model pertama digunakan sebagai upaya untuk meneliti munculnya pemalsuan oleh periwayat, sedangkan kritik model kedua dimaksudkan untuk meneliti adanya kekeliruan yang mereka lakukan. 132 M. Syuhudi Isma il, Metodologi Penelitian Hadits Nabi Jakarta: Bulan Bintang, 2007, h. 115. 133 Bustamin dan M. Isa A. Sala m, Metodologi Kritik Hadits Jakarta: PT Raja Gra findo Persada, 2004, h. 62-63. 52 1 Kritik terhadap riwayat-riwayat yang bertentangan dengan al-Qur‟an, yaitu riwayat-riwayat tentang ketuhanan, kenabian, tafsir, balasan dan akhirat. 2 Kritik terhadap riwayat-riwayat yang bertentangan dengan hadis sahih dan sirah nabawiyah yang sahih. 3 Kritik terhadap riwayat-riwayat yang bertentangan dengan akal, indera dan sejarah. 4 Kritik terhadap hadis-hadis yang tidak menyerupai perkataan nabi. 134 Adapun metodologi penelitian matan hadis yang dikemukakan Muhammad Syuhudi pula mengemukakan metodologinnya seperti dibawah: 1 meneliti matan dengan melihat kualitas sanadnya. 2 meneliti matan yang semakna. 3 meneliti kandungan matan hadis. 135 Dari kesekian metodologi para ulama mengkritik matan hadis yang penulis telah paparkan, maka penulis akan menggunakan langkah- langkah metodologi penelitian matan hadis yang dikemukakan Muhammad Syuhudi.

a. Meneliti Matan Dengan Melihat Kualitas Sanadnya