Perpindahan Kalor Konveksi Pendekatan Desain Fasilitas

3.9. Perpindahan Kalor Konveksi

Konveksi merupakan perpindahan kalor dimana media penghantar ikut berpindah, proses perpindahan ini biasanya terjadi dari benda padat ke fluida atau sebaliknya. Perpindahan kalor secara konveksi biasanya dipengaruhi oleh koefisien perpindahan kalor konveksi convection heat transfer coefficient atau disimbolkan dengan h. Harga h biasanya dipengaruhi oleh oleh sifat termal fluida seperti konduktivitas termal, kalor spesifik dan densitas, dan viskositas fluida. Sifat-sifat tadi mempegaruhi profil kecepatan dan mempengaruhi laju perpindahan energi . Apabila disekitar plat fluida tidak bergerak atau tanpa sumber penggerak, maka perpindahan kalor tetap dengan disertai pergerakan fluida akibat gradien densitas pada fluida disekitar plat. Peristiwa ini disebut dengan konveksi bebas free convection. Lawan dari peristiwa ini adalah konveksi paksa forced convection yang terjadi apabila fluida dengan sengaja dihembuskan dengan sistem penggerak. Menurut hukum Newton tentang pendinginan, bahwa persamaan konveksi adalah : ∞ − = T T hA q w dimana : h = Koefisien Perpindahan Kalor A = Luas Penampang T = Suhu Dimana h merupakan koefisien perpindahan kalor konveksi convection heat transfer coeffition. Perbedaan mendasar dari konveksi paksa dan konveksi bebas Universitas Sumatera Utara adalah nilai h, yaitu apabila kecepatan medan dipengaruhi oleh unsur luar seperti kipas, maka proses yang terjadi adalah konveksi paksa. Nilai h dapat dinyatakan dari bilangan Nusselt Nu, dengan rumus Nu = k hl dimana : L = Panjang Penampang k = Kondutivitas Termal Nu = Bilangan Nusselt

3.10. Pendekatan Desain Fasilitas

Secara umum baik dalam memodifikasi atau meredesain stasiun kerja yang sudah ada maupun mendesain stasiun kerja yang baru. Para perancang sering dibatasi oleh faktor finansial maupun teknologi seperti, keluasan, modifikasi, ketersediaan ruangan, lingkungan, ukuran frekuensi alat yang digunakan, kesinambungan pekerjaan dan populasi yang menjadi target. Dengan demikian desain dan redesain harus selalu berkompromi antara kebutuhan biologis operator dengan kebutuhan stasiun kerja fisik baik ukuran maupun fungsi alat dalam stasiun kerja. Kompromi untuk stasiun kerja tersebut mempertimbangkan anthropometri dan lokasi elemen mesin terhadap posisi kerja, jangkauan, pandangan, ruang gerak dan interface antara tubuh pekeja dan mesin. Teknik dalam mendesain stasiun kerja harus dimulai dengan identifikasi variabilitas populasi pemakai yang didasarkan pada faktor-faktor seperti etnik, jenis kelamin, dan umur. Universitas Sumatera Utara Pendekatan secara sistematik untuk menentukan dimensi stasiun kerja dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut Tarwaka, 2004 : 1. Mengidentifikasi variabilitas populasi pemakai yang didasarkan pada etnik, jenis kelamin dan umur 2. Mendapatkan data anthropometri yang relevan dengan populasi pemakai 3. Pengukuran anthropometri perlu mempertimbangkan pakaian, sepatu dan posisi normal 4. Menentukan kisaran ketinggian dari pekerjaan utama. Penyediaan kursi dan meja yang dapat distel, sehingga operator dimungkinkan bekerja dengan sikap duduk maupun berdiri secara bergantian. 5. Tata letak dari alat-alat tangan, kontrol harus dalam kisaran jangkauan optimum 6. Menempatkan display yang tepat, sehingga pekerja dapat melihat objek dengan pandangan yang tepat dan nyaman 7. Review terhadap desain stasiun kerja secara berkala Setiap desain produk yang sederhana maupun produk yang sangat kompleks, harus perpedoman kepada anthropometri pemakainya. Pada penentuan ukuran stasiun kerja, alat kerja dan pendukung lainnya, data anthropometri pekerja memegang peranan penting. Dengan mengetahui ukuran anthropometri pekerja yang menggunakan fasilitas, maka dapat menciptakan kenyamanan, kesehatan, keselamatan dan estetika kerja. Faktor manusia harus selalu dipertimbangkan dalam setiap desain produk dan sistem kerja. Faktor lain yang dipertimbangkan adalah faktor biomekanika untuk mengevaluasi pekerjaan, Universitas Sumatera Utara penanganan material secara manual, pembebanan statis dan penentuan sistem waktu. Beberapa prinsip yang digunakan untuk mengevaluasi pemindahan material secara manual adalah sebagai berikut Nurmianto 2008: 1. Pindahkan beban yang berat dari mesin ke mesin yang telah dirancang dengan menggunakan roller. 2. Aturlah peletakan fasilitas, sehingga semakin memudahkan metodologi angkat pada ketinggian permukaan pinggang. 3. Berilah tanda atau angka pada beban sesuai dengan beratnya. 4. Bebaskan area kerja dari gerakan dan peletakan area yang menggangu jalur dari pekerja. 5. Hindarkan lantai kerja dari sesuatu yang dapat membuat licin, sehingga akan membahayakan pekerja pada saat perjalanan memindahkan material. 6. Buatlah suatu ruang kerja yang cukup untuk gerakan dinamis bebas operator. 7. Tempatkan semua material sedekat mungkin terhadap pekerja. Universitas Sumatera Utara

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk dalam action research yang mencoba untuk mengembangkan metode kerja yang paling efisien pada bagian balling press. Tujuannya adalah untuk memperbaiki sistem kerja pada bagian balling press, sehingga produktivitas serta kesehatan dan keselamatan kerja dapat ditingkatkan.

4.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate yang terletak di Dolok Merangir, Serbelawan Kecamatan Dolok Batu Nanggar. Pemilihan Lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode ini digunakan karena penentuan lokasi mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk menilai dan merancang prosedur kerja di PT.Bridgestone Sumatra Rubber Estate pada bagian balling press dimana kondisi kerjanya sesuai dengan kondisi yang akan diteliti oleh peneliti.

4.3. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah : 1. Lembar Catatan Universitas Sumatera Utara