Materi pengawasan .1 Dokumen perizinan usaha perikanan

5 HASIL PENELITIAN 5.1 Materi pengawasan 5.1.1 Dokumen perizinan usaha perikanan Pemeriksaan dokumen perizinan usaha perikanan dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap mengacu pada Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP10MEN2003 tentang Perizinan Usaha Penangkapan Ikan. Izin Usaha Tetap IUT dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM khusus untuk perusahaan yang berstatus PMA Penamanam Modal Asing dan PMDN Penanaman Modal Dalam Negeri sesuai spesifikasi yang dikeluarkan instansi yang bersangkutan. 1 Surat izin usaha perikanan SIUP Surat izin usaha perikanan tidak dilakukan pemeriksaan dalam pengawasan penangkapan ikan baik di darat maupun di laut, namun pemeriksaan dilakukan lebih lanjut apabila dijumpai adanya dugaan pidana perikanan. Hal ini menyangkut kecepatan dalam pemeriksaan kapal kapal perikanan. Kebenaran dan keaslian dokumen SIUP harus diketahui oleh pengawas perikanan, supaya tidak melakukan kesalahan pada saat melakukan pemeriksaan. Dokumen SIUP mempunyai bentuk dan ciri-ciri khusus. Bentuk dan ciri-ciri dokumen SIUP di buat sedemikian rupa supaya dalam pemeriksaannya bisa cepat dan tidak mudah ditiru. SIUP untuk perusahaan perikanan indonesia SIUP-I mempunyai persamaan ciri-ciri dengan SIUP untuk perusahaan perikanan asing SIUP-A. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut : 1 Cetakan dasar halaman depan berupa garis-garis relief yang membentuk tulisan “DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN” yang pada bagian bawah diberi cetakan optical variable ink OVI; 2 Logo Departemen Kelautan dan Perikanan sparasi dikombinasi dengan teks “DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN”; 3 Bingkai berupa hiasan garis-garis halus dan ornamen yang membentuk bunga pada setiap sudut yang diapit mikroteks “DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN” yang dicetak dengan teknik cetak Intaglio yang terasa kasar pada saat diraba; 55 4 Kop berupa tulisan REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN simetris dibawah logo; 5 Adanya invisible ink berupa logo Departemen Kelautan Dan Perikanan; 6 Adanya nomor seri terdiri dari 1 satu huruf dan 6 enam angka dipojok kiri bawah; dan 7 Adanya nomor perforasi. 2 Surat izin penangkapan ikan SIPI SIPI yang ada di Indonesia mempunyai beberapa jenis, yaitu SIPI-OI yang diberikan bagi kapal penangkap ikan berbendera Indonesia dan dioperasikan secara tunggal yang diusahakan oleh perusahaan perikanan Indonesia. SIPI-GI diberikan bagi kapal penangkap ikan berbendera Indonesia dan dioperasikan dalam satuan armada penangkapan. SIPI-LI diberikan bagi kapal penangkapan ikan berbendera Indonesia yang berfungsi sebagai kapal lampu atau light boat dan dioperasikan secara armada atau group penangkapan. SIPI-OA diberikan bagi kapal penangkapan ikan berbendera asing dan dioperasikan secara tunggal yang diusahakan oleh perusahaan perikanan asing. SIPI-GA diberikan bagi kapal penangkapan ikan berbendera asing yang dioperasikan secara armada atau group penangkapan. SIPI-LA diberikan bagi kapal penangkapan ikan berbendera asing yang berfungsi sebagai kapal lampu atau light boat dan dioperasikan secara armada atau group penangkapan. Ciri-ciri dokumen beberapa jenis macam SIPI di atas adalah sebagai berikut : Halaman Depan : 1 Cetakan dasar halaman depan berupa garis-garis relief yang membentuk tulisan “DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN” yang pada bagian bawah diberi cetakan optical variable ink OVI; 2 Logo Departemen Kelautan dan Perikanan sparasi dikombinasi dengan teks “DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN”; 3 Bingkai berupa hiasan garis-garis halus dan ornamen yang membentuk bunga pada setiap sudut yang diapit mikroteks “DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN” yang dicetak dengan teknik cetak Intaglio yang terasa kasar pada saat diraba; 56 4 Kop berupa tulisan REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN simetris dibawah logo; 5 Invisible ink berupa logo Departemen Kelautan Dan Perikanan; 6 Adanya nomor seri terdiri dari 1 satu huruf dan 6 enam angka dipojok kiri bawah; dan 7 Adanya nomor perforasi. Halaman Belakang : 1 Cetakan dasar halaman depan berupa garis-garis relief yang membentuk tulisan “DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN”; 2 Bingkai halaman belakang berupa hiasan garis-garis halus dan ornamen yang membentuk bunga pada setiap sudut yang diapit mikroteks “DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN”. 3 Tanda pelunasan pungutan hasil perikanan PHP Ciri-ciri dokumen PHP mempunyai kesamaan dengan surat izin usaha perikanan. Hal ini mempermudah pengawas perikanan dalam mengenal PHP asli atau tidaknya karena mempunyai kesamaan dengan dokumen SIUP. 4 Stiker barcode Ciri-ciri striker berkode yang ada adalah sebagai berikut : 1 Cetakan dasar berupa garis-garis relief yang “DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN”; 2 Logo Departemen Kelautan dan Perikanan sparasi dikombinasi dengan teks “DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN”; 3 Kop berupa tulisan REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN simetris dibawah logo; 4 Invisible ink berupa logo Departemen Kelautan dan Perikanan; 5 Garis vertikal dan garis kotak dibagian bawah dibuat dari mikroteks “DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN”; 6 Nomor seri terdiri dari 1 satu huruf dan 6 enam angka dipojok kiri bawah. 57

5.1.2 Pemeriksaan fisik kapal perikanan

Pengawas perikanan dalam melakukan pemeriksaan kapal meliputi : 1 Ukuran kapal, yaitu panjang LOA, lebar B dan tinggi atau dalam D kasko kapal dan ruangan-ruangan diatas dek kapal untuk mengetahui ukuran kapal GT sebenarnya. Berdasarkan KEPMEN Nomor KEP.10MEN2003 pasal 16 bahwa perhitungan tonase kapal ditetapkan sebagai berikut : 1 Kapal yang panjangnya lebih dari atau sama dengan 24 m, ditetapkan berdasarkan rumus internasional untuk pengukuran grostonase international formula for gross tonnage measurement, yaitu ; GT = K x V; 2 Kapal yang panjangnya kurang dari 24 m, ditetapkan dengan rumus : GT = L x B x D x Cd : 2,83; Keterangan : L = LDL; B = BDL; D = Depth; Cd = Coefisien blok pukat ikan = 0,8; purse seine = 0,6 sd 0,8; long line = 0,6 dan untuk yang lain 0,5-0,6. Untuk kapal berbendera Indonesia rumus grosstonase disesuaikan dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut, sedangkan untuk kapal berbendera asing berdasarkan standar Internasional; 2 Volume palkah ikan; 3 Spesifikasi mesin kapal: merk, nomor mesin dan kekuatan mesin PK; 4 Identifikasi kapal, terdiri dari nama kapal, bendera kapal khusus untuk kapal ikan asing dan kode surat ukur. Surat ukur dikeluarkan oleh pelabuhan tertentu. Lokasi dan kode pengukuran pelabuhan yang berwenang menerbitkan surat ukur selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8 berikut. 58 Tabel 8 Pelabuhan yang berwenang menerbitkan surat ukur No Lokasi Kode Pengukuran No Lokasi Kode Pengukuran 1. Anyer Lor Aa 77. Morotai M Mv 2. Ambon M Ma 78. Meulaboh Q Qi 3. AmpenanLembar Pa 79. Maumere O On 4. Atapupu Oob 80. Muara Sabak R Rb 5. Banten Ab 81. Nipah Pjng R Rd 6. Bengkulu B Bb 82. Panjang C Ca 7. Belinyu E Eb 83. Palembang D Da 8. Banjarmasin I Ia 84. Palopo L Lk 9. Balikpapan I Id 85. Pngkl. Balam E Ed 10. Bajo’e L Li 86. Pekalongan Fp 11. Bau-Bau L Ln 87. Penuba G Gc 12. Bulukumba L Lq 88. Pulau Sambu G Gd 13. Bandaneira M Mb 89. Pulau Tello S Si 14. Batam P Pm 90. Pontianak H Ha 15. BaweanSangkapura Kc 91. P o s o K Kf 16. Banggai K Kj 92. Pemangkat H Hc 17. Bitung K Kb 93. Pemanukan Bb 18. Biak M Ml 94. Palangkaraya I Ie 19. BanyuwangiMeneng Na 95. Pare-pare L Lv 20. Besuki Nb 96. Polewali L Lw 21. Bima O Ox 97. Probolinggo Mp 22. Bintuhan B Bd 98. Pasuruan Mg 23. Buleleng Pb 99. Panarukan Np 24. Benoa Pd 100. Pkl. Brandan P Pc 25. Belawan P Pa 101. Pkln. Susu P Po 26. Bengkalis P Pd 102. Pekanbaru P Ph 27. Bagan Siapi-api P Pf 103. R a h a L Lp 28. Calang Q Qh 104. Rembang Ia 29. Cirebon Da 105. Rengat P Pk 30. Cilacap Qa 106. Sunda Kelapa Bc 31. DaboSingkep G Gb 107. Semarang Ga 32. Donggala K Ki 108. Sambas H Hb 33. D o b o M Md 109. Sampit I Ib 34. Dumai P Pj 110. Samarinda I Ik 35. Ende O Oe 111. Surabaya Ka 36. Fak Fak M Mn 112. S o r o n g M Mj 37. Gresik Kb 113. SumbawaBadas O Os 38. Gorontalo K Kc 114. Slt. Panjang P Pe 39. G e s e r M Mp 115. Sabang Q Qb 40. Gunung Sitoli S Sh 116. Sangkulirang I Io 59 Lanjutan Tabel 8. No Lokasi Kode Pengukuran No Lokasi Kode Pengukuran 41. Jepara Gb 117. Sanana M Mg 42. Juwana Gc 118. Saumlaki M Ms 43. Jayapura M Mm 119. Sinabang Q Qe 44. Jambi R Rc 120. Sibolga S Sd 45. Jampea L Lj 121. Sigli Q Qd 46. Ketapang H He 122. Singkawang H Hd 47. Kotabaru I It 123. Teluk Bayur A Aa 48. Kalianget Lc 124. Tg. Priok Ba 49. Kalabahi O Oa 125. Tegal Ft 50. Kamal La 126. + H Hf 51. Kolaka L Lm 127. Tg. Pandan F Fa 52. Kolonedale K Kk 128. Tg. Laut I Ip 53. Kendari L Lo 129. Tg. Pinang G Ga 54. K u p a n g O Ok 130. TB. Karimun G Ge 55. Kuala Tungkal R Ra 131. Tarempa G Gf 56. Kuala Beukah Q Qf 132. Tg. Uban G Gg 57. Kuala Mandah R Re 133. Tarakan I Im 58. Kumai I Ic 134. Tg. Redep I In 59. Krui B Be 135. Tg. Laut I Ip 60. Kwandang K Kd 136. Tahuna K Ke 61. Luwuk K Kh 137. Tilamuta K Kl 62. Labuha M Mf 138. Toli-toli K Kg 63. L a r a t M Mr 139. Tobelo M Mh 64. Labuhan Bilik P Pi 140. T u a l M Mc 65. Lhok Seumawe Q Qc 141. Ternate M Me 66. Langsa Q Qg 142. T e p a M Mt 67. Larantuka O Of 143. TB. Asahan P Pb 68. Majene L Lt 144. Tembilahan P Pg 69. MamujuAwerange L Lx 145. Ulee Lehue Q Qm 70. Malili L Ll 146. W a h a i M Mo 71. Manokwari M Mk 147. W e d a M Mi 72. Muko-muko B Ba 148. Waingapu O Ow 73. Muntok E Ea 149. Wonreli O Oz 74. Manado K Ka 150. Sei Kolak Kijang P Pq 75. Makasar L La 151. Pangkalan Bun I Iu 76. Merauke M Mq Sumber: Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, 2003. 60 5 Pemeriksaan design dan kelengkapan navigasi. Bagi kapal berukuran di atas 30 GT dan atau mesin berkekuatan di atas 90 PK dilakukan juga pemeriksaan terhadap gambar rencana umum general arragement, kesesuaian tata letak ruang mesin engine room dan palkah dengan gambar rencana umum, serta kelengkapan alat navigasi dan komunikasi. 6 Pemeriksaan terhadap alat keselamatan, seperti lift jaket, lift craft, alat pemadam kebakaran dan lain-lain dimana jumlahnya harus sesuai dengan jumlah awak kapal. 7 Pemeriksaan peralatan pendukung penangkapan ikan.

5.1.3 Pemeriksaan alat penangkap ikan

Pemeriksaan yang dilakukan terhadap alat penangkap ikan bisanya berupa pemeriksaan ukuran mata jaring mess size, bahan alat tangkap, daerah pengoperasian, cara pengoperasian dan untuk jenis alat tertentu harus dilengkapi dengan baycatch excluder device BED. Pengawasan alat penangkapan ikan ini bertujuan untuk mencegah eksploitasi sumberdaya ikan yang tidak ramah lingkungan, sehingga menimbulkan kerusakan sumberdaya yang ada.

5.1.4 Pemeriksaan alat bantu penangkapan ikan

Alat bantu penangkapan ikan biasanya berupa lampu dan rumpon. Penggunaan lampu sebagai alat bantu penangkapan ikan baik yang dipasang di kapal maupun terpisah meliputi jumlah dan kekuatan lampu harus sesuai dengan perizinannya. Ketentuan pemasangan rumpon diatur oleh Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP30MEN2004 tentang Pemasangan dan Pemanfaatan Rumpon, yang meliputi: 1 Perizinan pemasangan rumpon Pusat dan Pemerintah Daerah; 2 Jarak pemasangan antara rumpon satu dengan rumpon lain kurang dari 10 sepuluh mil laut; 3 Pemasangan tidak boleh mengganggu alur pelayaran; 4 Pemasangan tidak mengganggu pergerakan ikan; dan 5 Pemasangan tidak mengakibatkan efek pagar zig-zag. 61

5.1.5 Pemeriksaan daerah operasi penangkapan

Pemeriksaan daerah operasi penangkapan dapat diketahui dengan mencocokkan dengan dokumen izin dari kapal yang bersangkutan dan jalur penangkapan ikan. Pencocokkan tersebut dapat dilihat dari data penerapan VMS dan isian log book perikanan, jenis dan ukuran alat penangkap ikan dan alat bantu penangkapan ikan. Jika memungkinan juga dapat dilihat dari buku jurnal penangkapan kapal tersebut.

5.1.6 Pemeriksaan nakhoda dan anak buah kapal

Pemeriksaan dilakukan guna mengetahui kesesuaian kesesuaian jumlah nakhoda dan komposisi ABK asing dan Indonesia dengan dokumen izin kapal. Dilakukan juga pemeriksaan identitas nakhoda dan ABK asing serta kelengkapan dan keabsahan dokumen perizinan yang dipersyaratkan izin mempekerjakan tenaga asing IMTA dan kemudahan khusus keimigrasian DAHSUSKIM.

5.1.7 Pemeriksaan penerapan LBP dan SLO kapal perikanan

Pemeriksaan penerapan LBP dan SLO bagi kapal penangkap ikan harus dilakukan dengan mengacu pada ketentuan penerapan LBP dan SLO yang diamanatkan pasal 43 Undang Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan serta Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP03MEN2002 Tentang LOP dan pengangkutan ikan, yaitu pemeriksaan terhadap form LBP, form hasil pemeriksaan kapal dan form SLO. SLO asli harus berada di atas kapal dan berlaku untuk satu trip operasi.

5.1.8 Pemeriksaan penerapan vessel monitoring system VMS

Penerapan VMS pada dasarnya adalah untuk mengetahui posisi dan olah gerak kapal perikanan selama melakukan penangkapan ikan. Pemeriksaan penerapan VMS dilakukan di pelabuhan pangkal maupun pada saat kapal melakukan operasi di laut yang prosedur dan tata cara pelaporannya mengacu pada standar operasional dan prosedur vessel monitoring system yang telah baku. 62 5.2 Pengawasan Kapal Perikanan 5.2.1 Prosedur pengawasan kapal perikanan secara normatif