2.2.2.5 Pembelajaran Menulis Cerita Pendek
Hartig dalam Tarigan 1994:24 berpendapat bahwa salah satu tujuan menulis adalah creative purpose, yaitu kegiatan menulis yang bertujuan untuk
mencapai nilai-nilai dan kesenian serta erat dengan tujuan pernyataan diri. Dengan kata lain tulisan yang dimaksud di sini merupakan tulisan yang
bertujuan mencapai nilai-nilai kesenian. Tulisan kreatif sendiri memberi penekanan pada ekspresi diri secara pribadi.
Proses kreatif adalah perubahan organisasi kehidupan pribadi. Jadi proses kreatif itu bersifat personal. Setiap pengarang memiliki daya juang kreatif yang
tidak dimiliki pengarang lainnya. Dari aspek pribadi tersebut kreativitas merupakan suatu tindakan yang muncul dari tindakan seorang penullis
pangarang terhadap lingkungan itu akan menolong inisiatif mengulur imajinasi. Penguluran imajinasi itu menunjukkan bahwa kreativitas adalah suatu proses yang
menghasilkan sesuatu yang baru. Pembelajaran yang dilakukan belum mampu mendekatkan siswa kepada
dunia sastra. Masih ada siswa yang bahkan belum bisa menuangkan gagasannya ke dalam sebuah tulisan khususnya dalam keterampilan menulis. Tarigan
1993:3, berpendapat penyebabnya adalah: 1 sikap bahasa, kebanyakan masyarakat tidak menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Bahkan mereka tidak merasa malu jika mereka menggunakan bahasa Indonesia yang salah.
2 kesibukan guru Bahasa dan Sastra Indonesia di luar jam belajar mengajar, membuat mereka tidak sempat lagi untuk memikirkan cara membuat
pembelajaran yang menarik dn efektif. 3 media, metode, teknik pembelajaran menulis cerpen kuran bervariasi dan
bahkan mungkin sekali tugas menulis cerpen siswa tidak dikoreksi. 4 bagi siswa sendiri, pembelajaran menulis cerpen merupakan pelajaran yang
tidak dianggap penting, membosankan. Sehingga siswa merasa terbebani dan kurang tertarik. Selain itu daya imajinasi dan kreativitas siswa juga berbeda-
beda. 5 siswa masih sangat kurang kegiatan menulis cerpen, siswa jarang melakukan
kegiatan menulis cerita pendek sehingga kemampuan menulis mereka masih kuranng terlatih.
Langkah-langkah yang dapat digunakan untuk mempermudah menulis cerpen Rampan, 1995:54:
a Menentukan ide atau tema Ide atau tema dapat diperoleh dari pengalaman pribadi atau orang lain. Ide
yang muncul sebaiknya dicatat agar tidak susah untuk disusun dalam penentuan ide yang paling tepat untuk disusun dalam sebuah cerpen.
b Menyusun garis besar kerangka karangan Kerangka merupakan gambaran mengenai jalan cerita yang akan dibuat
menjadi sebuah cerita. Ditulis apa adanya, berdasarkan ide yang diperoleh dari awa sampai akhir. Yang dilakukan dalam tahap ini : 1 pemilihan tokoh dan
penokohan yang menjadi tulang punggung cerita; 2 memilih latar; 3 menentukan alur.
c Mengembangkan kerangka karangan Dalam tahap ini, peneliti mengembangkan kerangka dan jangan berhenti untuk
melihat tulisan yang sudah ditulis. d Merevisi
Setelah selesai menulis, baru boleh dibaca untuk diketahui kekurangan dan kelebihan tulisan.
Dalam menulis cerita pendek perlu diperhatikan pengembangan gagasan. Pengembangan gagasan inilah yang dapat menyatukan ide secara utuh dan padu
untuk disampaikan secara tertulis. Sebaiknya tulisan menggunakan bahasa yang menarik dan komunikatif agar terjalin hubungan yang erat antara pembaca dan
penulis. Adapun ide adalah sesuatu yang melintas dalam pikiran kita dan sifatnya
masih sangat umum. Menuangkan ide secara tertulis bisa dianalogikan dengan merangkai bunga atau bingkai kado untuk orang lain. Karangan bunga atau kado
mewujudkan sesuatu yang jadi, indah, dan utuh. Demikian halnya bila kita “membingkiskan ide”, bingkisan ide itu harus utuh, indah, dan menarik. Jadi,
untuk menghasilkan karangan atau tulisan yang menarik, ide harus disatukan sehingga membentuk kesatuan yang harmonis dan utuh.
Menuangkan dan memadukan ide dalam kegiatan menulis membutuhkan kemampuan menyusun dan merangkaikan kalimat. Kalimat harus mampu
mengungkapkan sebuah pikiran. Akan tetapi sebuah kalimat saja belum cukup
untuk mewujudkan suatu tulisan yang jadi, utuh, dan lengkap. Oleh karena itu, kalimat itu harus dirangkaikan dengan kalimat-kalimat lain meluas, menguraikan,
dan menjelaskan ide itu, sehingga tercipta suatu pikiran yang lengkaphingga membentuk paragraf, dan akhirnya membentuk karangan yang diinginkan.
Kemampuan menguasai kalimat, kemampuan menyusun paragraf dengan perangkaian dan pengembangan yang baik bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.
Kemampuan tersebut membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang cukup. Para siswa SMA umumnya masih kesulitan menyusun kalimat dan paragraf
sebagai bentuk penuangan ide. Sebenarnya ada banyak model pembelajaran yang bisa digunakan untuk mengatasi kesulitan tersebut, seperti model Problem Based
Instruction PBI dan model Sinektik. Model Problem Based Instruction PBI adalah model pembelajaran yang memusatkan pada masalah kehidupannya yang
bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Sedangkan model sinektik adalah
model pembelajaran yang mempertemukan berbagai macam unsur, dengan menggunakan kiasan untuk memperoleh satu pandangan baru.
Dalam KTSP Bahasa dan Sastra Indonesia kelas X, standar kompetensi yang harus dicapai siswa adalah mengungkapkan pengalaman sendiri dan orang
lain ke dalam cerpen, kemudian kompetensi dasarnya adalah menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam cerpen pelaku, peristiwa, latar.
2.2.3 Hakikat Model Pembelajaran