masalah  peserta  didik  pada  submateri  persegi  panjang  dan  persegi  serta  sikap peserta didik pada budaya lokal.
2.1.4.1 Kemampuan Pemecahan Masalah
Pemecahan  masalah  merupakan  suatu  proses  berpikir  ilmiah  Suyanto Jihad,  2013:  124.  Pemecahan  masalah  akan  menjadi  pengalaman  belajar  bagi
siswa  yang  akan diterapkan kelak ketika terjun  di  masyarakat  Suyanto   Jihad, 2013: 126. Menurut Gagne sebagaimana dikutip oleh Suherman et al. 2003: 34
pemecahan  masalah merupakan  tipe  belajar
yang  paling  kompleks. Pengembangan  kemampuan  pemecahan  masalah  matematik  ini  dapat  membekali
siswa  berpikir  logis,  analitis,  sistematis,  kritis,  dan  kreatif.  Dengan  demikian kemampuan  pemecahan  masalah  ini  sangat  penting  tidak  hanya  dalam
mengerjakan  soal-soal  saja  tetapi  juga  penting  untuk  menghadapi  masalah  nyata di kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan masalah harus
dikembangkan  kepada  siswa.  Pemecahan  masalah  matematik  merupakan  salah satu  dari  lima  standar  proses  dalam  NCTM,  selain  komunikasi,  penalaran  dan
bukti,  koneksi,  dan  representasi  matematik  Kadir,  2009:  428.  Indikator kemampuan pemecahan masalah menurut Shadiq 2009: 14 sebagai berikut.
1.  Menunjukkan pemahaman masalah. 2.  Mengorganisasi  data  dan  memilih  informasi  yang  relevan  dalam  pemecahan
masalah. 3.  Menyajikan masalah secara matematika dalam berbagai bentuk.
4.  Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat. 5.  Mengembangkan strategi pemecahan masalah.
6.  Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah. 7.  Menyelesaikan masalah yang tidak rutin.
Menurut  Karso  1993:  60,  suatu  persoalan  atau  soal  matematika  akan menjadi masalah bagi seorang anak jika ia:
1.  mempunyai  kemampuan  untuk  menyelesaikan  ditinjau  dari  segi  kematangan mentalnya dan ilmunya;
2.  belum mempunyai algoritma atau prosedur untuk menyelesaikannya; dan 3.  berkeinginan untuk menyelesaikannya.
Menurut Polya, sebagaimana dikutip oleh Suherman et al. 2003: 99, dalam pemecahan suatu masalah terdapat empat langkah yang harus dilakukan yaitu: 1
memahami  masalah,  2  merencanakan  pemecahannya,  3  menyelesaikan masalah  sesuai  rencana  langkah  kedua,  dan  4  memeriksa  kembali  hasil  yang
diperoleh  looking  back.  Menurut  Saiful  sebagaimana  dikutip  oleh  Marlina 2013:  44  dengan  langkah  Polya  peserta  didik  akan  terbiasa  untuk  mengerjakan
soal-soal  yang  tidak  hanya  mengandalkan  ingatan  yang  baik  saja,  tetapi  peserta didik  diharapkan  dapat  mengaitkannya  dengan  situasi  nyata  yang  pernah
dialaminya  atau  yang  pernah  dipikirkannya.  Pemecahan  masalah  akan  menjadi pengalaman belajar bagi peserta didik yang akan diterapkan kelak ketika terjun di
masysarakat Suyanto  Jihad, 2013: 126.
2.1.4.2 Sikap