Kontrak Melalui Ikatan Kredit Pendahuluan, dikenal sebagai Ijon

35 masih hijau kepada para tengkulak pengupul di perdesaan untuk jaminan agar produk-produk yang telah dikumpulkan dapat dihimpun kepadanya. Ikatan kredit kepada tengkulak tingkat bawah di suatu desa oleh tengkulak tingkat atas antara desa banyak dilakukan untuk jagung dan kedele misalnya. Untuk komoditi pertanian tengkulak antar desa sering memberikan kredit pendahuluan jangka pendek kepada pengumpul di desa atau kampong untuk membeli komoditi pertanian yang dapat disimpan kepada petani. Dalam pemasaran buah-buahan dan sayuran ikatan kredit dilakukan antara tengkulak dan petani pada masa hasil produksi masih hijau untuk menjamin bahwa pengiriman penjualannya oleh petani kepada tengkulak ilakukan secara tepat, karena tengkulak harus memastikan volume kiriman kepada kontraktor lain diluar desanya. Pemberian kredit oleh tengkulak juga dapat berbentuk pupuk atau pestisida, terutama hal ini terjadi pada petani buah-buahan atau sayuran pada musim tanam atau musim pemupukan pohon. Bahkan dalam hal petani buah mangga, bantuan kredit tersebut bukan hanya berbentuk barang atau uang, tetapi juga alat memetik buah dengan gunting agar buah mangganya bersih, tidak mengandung getah. Meskipun perjanjian kontrak tidak tertulis, tetapi secara implicit dalam kontrak tersebut mengandung bagian sanksi bahwa apabila petani yang sudah diberi kredit pendahuluan menjual hasilnya kepada tengkulak lain dapat dikenakan denda mungkin beberapa ratus rupiah per kilogramnya yang dikenakan kepada petani yang melanggar. Biasanya pembayaran kembali kredit dilakukan dengan mengurangkan dari pendapatan penjualan hasil buah-buahan atau sayuran pada waktu panen. Namun skedul pembayaran kredit dapat dilakukan secara fleksibel tetapi pada umumnya 36 dalam selang waktu dua atau tiga bulan. Ikatan kredit pada buah-buahan dan sayuran tujuan utamanya adalah untuk jaminan ketepatan pengiriman dalam jumlah dan waktu untuk komoditas mudah busuk dalam system pemasarannya dan bukan karena sekedar untuk memperoleh uang atau pupuk dan pestisida saja. Ikatan kredit umpamanya tidak terdapat pada tanaman tembakau, karena petani memerlukan pupuk dan pestisida yang jauh lebih besar dibandingkan dengan yang dibutuhkan oleh petani sayuran dan buah-buahan. Apabila para petani diikat oleh kredit pendahuluan oleh para tengkulak di suatu desa, tengkulak di desa itu juga diikat oleh kredit dari tengkulak antar-desa. Untuk memberikan kredit dalam bentuk pupuk, tengkulak di desa memperoleh kredit dari tengkulak antar-desa berupa uang cash dengan syarat ketentuan yang sama sebagaimana kontrak yang dilakukannya dengan para petani. Untuk kedua tengkulak desa dan antardesa, sukubunga yang dikenakannya tidak secara jelas ditentukan. Biasanya kredit dari tengkulak antar-desa untuk membeli komoditi yang dapat disimpan seperti kedele menggunakan kredit dengan jangka waktu sangat pendek, mungkin kurang dari seminggu sehingga sukubunga yang dikenakan sangat kecil atau diabaikan. Dalam hubungan dengan yang terakhir ini, maka kiranya kurang masuk akal, apabila kredit tersebut tidak dikenakan sukubunga untuk masa dua bulan, mengingat di wilayah perdesaan biasanya dicirikan oleh ekonomi dengan kelangkaan modal yang ketat di wilayah perdesan dan tingginya sukubunga. Tetapi mengingat para tengkulak memerlukan jaminan ketepatan waktu dan jumlah pengiriman barang pertanian yang dihimpun dari para petani, maka pemberian kredit 37 tanpa bunga dapat merupakan bayaran yang harus ditanggung tengkulak untuk memperoleh kepastian perolehan barang yang lebih besar. Cara lain dalam kontrak antara petani dan tengkulak biasa dilakukan dengan menggunakan perbedaan harga-harga differential prices pupuk dan pestisida. Tengkulak dapat membeli input-input ini dalam jumlah besar dengan memberikan kredit pendahuluan kepada banyak petani dimana pembelian input oleh tengkulak dikenakan harga yang lebih rendah dibanding dengan pembelian masing masing petani yang jumlahnya lebih kecil. Umpamanya jika tengkulak dapat membeli pupuk dari pedagang agent dealer besar di kawasan perkotaan dalam jumlah besar biaya pembelian beberapa ton termasuk biaya transportnya akan lebih kecil, sedangkan harga yang dikenakan kepada para petani lebih tinggi dimana pada tingkat harga ini sama yang dibayar oleh petani untuk membeli pupuk satu dua karung kepada kios- kios pupuk di desa-desa. Dengan cara ini, tentunya operasi kredit tengkulak di desa menjadi menguntungkan, terutama jika tengkulak desa tersebut memperoleh kredit dari tengkulak antar-desa dengan pinjaman tanpa bunga. Jika dia harus mengoperasikan dana untuk dipakai sebagai kredit pengikat, maka biaya kredit tersebut akan hampir sama besarnya dengan bunga yang diperolehnya. Sekarang bagaimana sukubunga dikenakan kepada kredit pendahuluan dari tengkulak antar- desa kepada tengkulak di dalam desa?. Biaya kredit suku bunga untuk tengkulak antar-desa biasanya jauh lebih rendah dibanding dengan tengkulak di dalam desa, karena tengkulak antar-desa lebih mempunyai agunan kolateral dan sebagian karena besarnya jumlah pinjaman juga lebih besar, sehingga biaya transaksi per unitnya jauh lebih kecil. Demikian pula karenanya jangka waktu kreditnya lebih 38 pendek bagi tengkulak antar-desa disbanding dengan jangka waktu kredit tengkulak di dalam desa. Biasanya tengkulak antar-desa mempunyai ikatan kontrak kredit dengan banyak tengkulak-tengkulak pengumpul di beberapa tempat yang satu sama lain berbeda dalam keadaanlingkungannya dimana musim-musim bertanam dan panennya berbeda pula. Oleh karena itu tengkulak antar-desa dapat memulihkan kreditnya kembali dari tengkulak dalam desa diberbagai tempat satu per satu secara terus menerus dimana dia dapat memotong pembayaran kembali kredit yang telah diberikannya dari hasil penerimaan pendapatan sejumlah besar penjualan buah- buahan dan sayuran yang disampaikan kepadanya dari beberapa musim dalam setahun. Dari hasil perolehan pembayaran kembali kredit tersebut dari salah satu desa pada musim panen, maka dia dapat memberi dana kredit kepada tengkulak di desa lain pada musim tanam. Dengan cara ini maka kredit jangka panjang itu dapat dirubah menjadi kredit bergulir untuk jangka pendek dengan menghemat secara nyata sukubunga yang dikenakan. Meskipun biaya kredit tersebut dapat hemat untuk tengkulak antar-desa, tetapi besarnya masih positif dan cukup besar. Rupanya mereka para tengkulak harus menanggung biayabiaya yang harus dikurangkan dari keuntungannya, demi untuk memperoleh jaminan dengan kordinasi lebih baik antara produksi usahatani dan pemasaran dari komoditi pertanian yang umumnya bersifat mudah-busuk perishable guna dapat dikirim kepada pasar-pasar yang lokasinya jauh. 2.3.1.6 Mekanisme Masyarakat Lokal dalam Memberlakukan Kontrak yang Dilaksanakan Local Communities Contract Enforcement 39 Dengan memperhatikan betapa kompleks dan rumitnya system kontrak melalui ikatan kredit dalam kontrak informal, tetapi perlu diingat bahawa kredit tradisional ini meski tanpa ikatan formal ternayta dapat ditaati oleh pihak yang melakukan kotrak dengan baik self-enforced tanpa adanya campur-tangan intermediasi pihak ketiga, apakah itu melalui organisasi formal pengadilan, organisasi semi-formal seperti kerapatan masyarakat desa village assembly atau asosiasi petani sayuran atau buah-buahan. Meskipun demikian, beberapa informasi mengenai pelanggaran kontrak itu ada dan dapat tersebar kepada warga desa; umpamanya petani-petani yang menjual hasil panen sayuran atau buahbuahan kepada orang lain selain tengkulak yang sudah mengikatnya elalui kredit pendahuluan, tanpa mengalami sanksi sangat sedikit umlahnya. Mengapa mereka tidak berani berlaku curang dalam kontrak informal, meski mereka dapat menutupi penyelewengannya moral hazard dari sudut pandang para tengkulak?. Jawaban terhadap pertanyaan ini adalah bahwa para petani akan merasa malu atau takut mempunyai reputasi yang jelek yang dapat timbul dari obrolan dari mulut ke mulut gossips beberapa tetangganya yang kebetulan mengetahui penyelewengan mereka. Kedua perasaan malu dan rasa takut kepada tekanan sosial ini berimplikasi adanya norma-norma sosial yang dapat menghukum seorang warga desa yang berbuat curang kepada warga lainnya didesa yang sama. Selanjutnya mekanisme pemaksaan kontrak enforcement mechanism yang didasarkan kepada noma- norma sosial akan ditingkatkan terutama apabila warga desa dan tengkulak yang bersangkutan masih merupakan warga asli dari kampung dimana anggota-anggota masyarakat komunalnya masih mempunyai ikatan-ikatan kekeluargaan dengan 40 lokasi kampungnya yang masih kuat. Oleh karena itu di kampung-kampung semacam itu masih terdapat tindakan kolektif yang spontan diorganisasikan didalam kampung sedemikian rupa untuk menghindari adanya “penompang gelap” free riders yang dapat merusak upaya tersebut dengan organisasinya. Dalam komunitas yang kecil, interaksi antar warga menjadi lebih intensif, sehingga mekanisme pemaksaan norma enforcement mechanism dapat bekerja lebih baik. Dengan berlakunya norma semacam itu, maka harapan biaya expected cost dari pelanggaran kontrak akan menjadi lebih besar, karena selain pelanggar kontrak mengalami kehilangan keuntungan dari kontrak yang dilaksanakan, tetapi dengan terjadinya reputasi yang buruk akan menekan dia dari kesempatan-kesempatan masa depan guna memperoleh kontrak yang lain dengan warga desa yang lain yang menguntungkan. Mekanisme kelembagaan masyarakat komunal setempat selain mengikat para petani, tetapi juga mengikat para tengkulak. Meskipun tidak secara eksplisit dinyatakan secara spesifik, dari informasi yang diterima dapatlah disimpulkan bahwa sebenarnya para petani itu menerima harga yang wajar fair prices untuk produk yang dijualnya dalam kontrak, jika diperhitungkan dengan harga jual para tengkulak dikurangi dengan marjin yang baku standard margin. Hal ini berarti bahwa pasar menjadi suatu standard yang fair untuk para warga komunitas desa – suatu perspektif yang bertentangan dengan apa yang diuraikan dalam teori dilemma para tengkulak. Jika para tengkulak ternyata melanggar sekali kontrak implisit dalam kontrak tradisional, maka sebenarnya ada pasal tidak tertulis untuk mengharuskannya membayar harga-harga dasar pasar yang fair marketbased fair prices kepada petani. Jika tidak, mereka akan beresiko menerima 41 sanksi sosial oleh masyarakat. Sehubungan dengan ini dalam salah satu pengalaman penelitian perdesaan pernah ada seorang tengkulak yang dijegal dihentikan perolehan supply komditi dari petani, karena berperilaku dengan reputasi buruk karena membayar harga yang tidak fair dimana tengkulak itu bukan warga asli di desa yang mempunyai isteri kedua yang berasal dari desa disitu. Jadi embargo yang dilakukan diorganisasikan oleh para petani kepada tengkulak yang curang, akan memperoleh hukuman yang didasarkan kepada norma-norma social social norms yang efektif yang dibantu oleh derasnya arus informasi yang mengalir di dalam desa. Oleh karena itu penting diketahui bahwa dengan mengorganisasikan adanya pasar bersaing, maka sanksi semacam itu akan lebih terpercaya. Seorang petani buah atau sayuran biasanya akan terus menjual hasil produksinya pada harga-harga yang ditawarkan oleh seorang tengkulak dimana dia telah membuat kontrak dengan ikatan kredit. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa tengkulak mempunyai kekuatan monopsonistik, jika masih terdapat persaingan antara mereka. Oleh karenanya pada keadaan kompetitif, jika harga-harga yang ditawarkan tengkulak berada relatif dibawah harga pasar yang berlaku, maka petani dengan mudah akan mengalihkan penjualan hasilnya kepada tengkulak lain dalam musim berikutnya. Namun, jika keadaan desa relative terisolir seperti banyak yang terdapat diluar Jawa sehingga hanya tengkulak tertentu yang bisa masuk kedalam desa tersebut, maka di adapat menjadi monopsonistik yang akan mengeksploitasi rente monopsonistik monopsonist rent yang biasa disebut memeras petani. Bentuk pengamanan terhadap resiko insurance yang lain dapat bersifat self- insured. Cara ini dilakukan secara internal, yang biasanya builtin dalam sistem 42 tatanilai budidaya masyarakat desa, seperti penentuan portfolio pola tanam cropping system dalam rangka diversifikasi pengusahaan tanaman. Diversifikasi usahatani secara sempit dilakukan dalam bentuk inter-cropping atau multiple cropping, dll. Sedangkan dalam bentuk yang lebih luas dapat berupa Farming system . Sehubungan dengan ini, H.M. Markowitz 19592 membuktikan bahwa diversifikasi investasi asset produktif khususnya lahan dengan berbagai resiko dan pendapatan yang diharapkan akan meminimumkan total untuk rataan pendapatan tertentu. Petani menghadapi resiko penjualan hasil yang dapat jauh lebih rendah jika petani mencoba memasarkannya sendiri, sehingga dengan ikatan kredit petani dapat terhindar dari resiko yang harus ditanggungnya apabila terjadi kerusakan fisik seperti kalau sayuran dan buah-buah mengalami kebusukan. Dalam pengertian asuransi yang formal, pembayaran tersebut dilakukan dalam bentuk premi. Tanpa adanya asuransi, petani akan mengalami kegagalan pada suatu saat tertentu -- yang walaupun jarang terjadi -- namun nilai kerugiannya seringkali cukup besar, sehingga pendapatannya menurun meskipun dalam kontrak asuransi tersebut kegagalan mungkin saja tetap terjadi. Namun jika tanamannya diasuransikan, pendapatannya tidak akan menurun terlalu banyak, karena petani tersebut akan menerima santunan dari pertanggungan perusahaan asuransi. Bagi perusahaan asuransi sendiri, nilai harapan total pertanggungan yang akan dibayar kepada petani-petani yang mengalami kegagalan ditetapkan harus sama dengan jumlah total premi yang diterimanya dikurangi dengan marjin keuntungan. 43

III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Pemikiran Secar a umum dapat dikat akan bahwa sist em t at aniaga hor t ikult ur a yang ada saat ini t elah t er bina dengan baik. Baik yang dimaksud dalam ar t i pr oduk hor t ikult ur a dar i daer ah- daer ah pr odusen t elah dapat disampaikan kepada konsumen yang umumnya t er pusat di kot a- kot a dan daer ah ur ban lainnya. Namun demikian dar i beber apa kasus yang ada menunj ukkan masih adanya ber bagai masalah yang dihadapi dalam t at aniaga hor t ikult ur a t er ut ama apabila dikait kan dengan pr ospek pengembangan ser t a upaya peningkat an pedapat an di t ingkat pet ani. Pet ani dalam melakukan kegiat an usahat ani, pada dasar nya ber t uj uan unt uk menghasilkan keunt ungan yang maksimal. Upaya peningkat an pendapat an pet ani dapat dilakukan melalui peningkat an pr oduksi, har ga j ual dan pengur angan biaya pr oduksi yang dikeluar kan oleh pet ani t er sebut sehingga mempengar uhi pener imaan sekaligus pendapat an yang dit er ima pet ani. Peningkat an pendapat an usahat ani dapat dit empuh melalui peningkat an pr oduksi dan har ga j ual pr oduk. Peningat an pr oduksi nenas dapat dit empuh melalui int ensif ikasi dengan mener apkan t eknologi budidaya nenas spesif ik lokasi yang meliput i kegiat an- kegiat an penggunaan bibit ber mut u, pengelolaan gulma yang t epat , pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit ser t a peningkat an t eknologi pasca panen yang umumnya masih t r adisional dengan pr oduk nenas, diver sif ikasi pr oduk, pencipt aan nilai t ambah pr oduk dan pemanf aat an pr oduk samping ber upa usaha dodol dan makanan r ingan lainnya. Fakt or - f akt or pr oduksi t er sebut j uga mer upakan biaya yang har us dikeluar kan oleh pet ani. Keber hasilan usahat ani dinilai dar i besar nya pendapat an yang diper oleh. Besar nya pendapat an usahat ani sangat dipengar uhi oleh 44 besar nya pener imaan usahat ani yang diper oleh, biaya pr oduk si yang digunakan, har ga j ual, dan j umlah pr oduk yang dihasilkan. Salah sat u upaya yang dapat dilakukan unt uk meningkat kan pendapat an pet ani nenas di kabupat en Subang adalah mengembangkan kelembagaan pet ani baik secar a ver t ikal maupun secar a hor izont al sehingga pet ani mempunyai bar gaining posit ion dalam menghadapi kekuat an pasar . Disamping it u f akt or t eknologi dalam agr ibisnis nenas j uga mempunyai per anan yang secar a langsung dapat meningkat kan pendapat an akibat dar i adaya ef isiensi dan ef ekt if it as dalam pr oses pr oduksi, pengolahan hasil dan pemasar an. Teknologi budidaya yang dit er apkan pet ani nenas di Kabupat en Subang masih sangat t r adisional, umumnya diusahakan secar a monokult ur , pet ani belum mener apkan t eknologi budidaya yang t er sedia. Pemelihar aan t anaman hanya t er bat as pada pengendalian gulma pada saat akan panen sedangkan kegiat an pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit umumnya t idak dilakukan. Demikian pula t eknologi pascapanen masih sangat t r adisional dengan pr oduk masih sekit ar nenas segar hanya sebagian kecil yang melakukan diver sif ikasi pr oduk ber upa dodol nenas lewat home indust r y dan pr oses pencipt aan nilai t ambah dikalangan pet ani dapat dilakukan melalui pengolahan nenas menj adi nenas kalengan dengan t eknologi t er t ent u per lu ada keahlian dan per alat an pasca panen. Dar i segi pemasar an, pet ani nenas di Kabupat en Subang menj ual nenasnya ke t engkulak yang mer upakan per panj angan t angan dar i ekspor t ir dengan har ga yang sangat r endah kar ena adanya r ant ai pemasar an yang cukup panj ang di Kabupat en Subang. Dengan demikian kondisi akan ber dampak negat if t ehadap pengembangan agr ibisnis nenas dan peningkat an kesej aht er aan masyar akat ser t a pembangunan wilayah di Kabupat en Subang kar ena menyebabkan hilangnya semangat pet ani dalam melakukan pemelihar aan per t aniannya.