Kerusakan yang terjadi pada tanaman yang tumbuh di hutan rakyat ini disebabkan oleh adanya serangan hama dan penyakit. Hama dan penyakit yang
biasanya menyerang tanaman hutan rakyat di Desa Padasari ini adalah ulat, penggerek batang, dan jamur akar. Tanaman yang biasanya diserang adalah
sengon dan kayu afrika. Untuk mengatasi serangan hama dan penyakit, petani menggunakan dua
cara. Cara yang pertama yaitu dengan menggunakan pestisida. Takaran pestisida yang digunakan adalah satu tutup botol dicampurkan dengan tujuh liter air.
Penggunaan pestisida tidak boleh terlalu sering, karena lama kelamaan akan membuat hama dan penyakit kebal terhadap pestisida tersebut, selain itu juga
memungkinkan terjadinya kerusakan lingkungan. Cara yang kedua adalah menyelingi dengan pohon suren. Aroma dari pohon suren ini tidak disukai oleh
hama, sehingga cukup efektif mengusir hama. Pada sengon, serangan hama dan penyakit cukup besar serta sulit untuk dibasmi sehingga banyak tanaman ini yang
mati. Oleh karena itu banyak petani yang kapok dan tidak mau menanam sengon lagi di lahan mereka.
5.2.3 Pemanenan
Kegiatan utama pemanenan yang dilakukan masyarakat di Desa Padasari bukan pada hasil kayunya, tetapi pada jenis hasil hutan non kayu seperti buah-
buahan, lada, vanili, dan cengkeh. Pemanenan kayu hanya dilakukan apabila suatu pohon sudah tidak produktif , untuk keperluan pembangunan rumah, serta apabila
masyarakatnya memerlukan biaya yang mendesak atau sangat besar yang tidak dapat dipenuhi dari hasil komoditas non kayu atau penghasilan sehari-hari
lainnya. Pada mindi, selain dipanen karena alasan di atas, tanaman ini juga harus
dipanen maksimal pada umur 7-10 tahun. Kerena jika dipanen melebihi umur tersebut, batang pohon mindi akan growong sehingga kualitas kayu akan menjadi
buruk dan pohonnya mudah tumbang. Contoh pemanfaatan kayu mindi disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2 Kusen jendela yang berasal dari mindi
Sistem pemanenan yang biasa dilakukan terdiri dari dua cara yaitu pemilik lahan yang memanen atau pembeli yang memanen. Jika pemilik lahan yang
memanen, maka dilakukan sistem tebang pilih atau hanya pohon-pohon yang memiliki diameter besar saja yang ditebang sehingga akan menguntungkan bila
dijual. Sedangkan jika pembeli yang memanen, sistem yang digunakan adalah tebang habis. Biasanya pada sistem ini pembeli membeli seluruh pohon yang ada
di lahan tersebut dan pada saat yang telah ditentukan pembeli datang ke tempat pemanenan dan menebang seluruh pohonnya.
5.2.4 Pemasaran Hasil
Pemanfaatan kayu rakyat dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu pemanfaatan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan untuk dijual. Petani tidak
hanya menjual dalam bentuk pohon berdiri saja, tetapi juga diolah terlebih dahulu sehingga harga jualnya meningkat.
Mekanisme penjualan kayu pada dasarnya ada dua cara, yaitu petani mendatangi pembeli untuk menawarkan kayu atau pembeli sendiri yang
mendatangi petani. Kegiatan pemasaran hasil tanaman hutan rakyat dari jenis tanaman buah dan tanaman pertanian yang banyak dilakukan oleh petani adalah
penjualan ke tengkulak. Tengkulak datang langsung ke hutan rakyat dengan tujuan agar dapat melihat dengan jelas jumlah dan kualitas hasil dari hutan rakyat
yang selanjutnya akan dipasarkan. Ada juga sistem penjualan yang dilakukan ke warung atau tetangga terdekat yang dilakukan untuk hasil-hasil dalam jumlah
kecil dengan menyesuaikan harga yang sedang berlaku saat itu. Jika panen sedang banyak, tak jarang mereka membagi-bagikannya kepada tetangga-tetangga.
Selain sistem pembayaran secara langsung, beberapa sistem pembayaran yang biasa digunakan oleh petani sebelum kegiatan pemanenan adalah sistem
kontrak dan sistem borongan. Sistem kontrak yaitu petani menawarkan kepada pembeli untuk mengontrak tanamannya tanpa melihat apakah tanamannya
tersebut berbunga atau tidak. Sedangkan sistem borongan yaitu pembeli akan menawarkan suatu harga tertentu dengan penilaian menurut hasil yang dapat
diperoleh secara keseluruhan dari tiap pohon. Dalam proses penetapan harga, petani cukup mengetahui harga yang
berlaku pada saat ini karena sebagian besar petani ikut serta dalam keanggotaan kelompok tani Bagja Mulya yang ada di Desa Padasari. Dengan adanya kelompok
tani tersebut, petani dapat mengetahui berbagai informasi tentang sistem pengelolaan dan harga kayu yang berlaku saat ini.
Tanaman unggulan kehutanan dari hutan rakyat di Desa Padasari adalah suren, mahoni, dan mindi. Khusus untuk suren, kayu ini dipasarkan ke Jepara
untuk dibuat mebeul atau ukiran khas kota Jepara. Sedangkan tanaman unggulan perkebunan adalah vanili dan cengkeh. Pada tahun 2003, harga vanili kering
mencapai Rp 2.500.000kg, sedangkan untuk vanili basah Rp 250.000kg. Tanaman ini merupakan salah satu vanili yang terbaik di dunia karena telah
mendapatkan sertifikat organik dari Amerika Serikat sehingga harga jualnya sangat tinggi dan mampu menembus pasar dunia. Namun, pada saat ini kualitas
vanili yang dihasilkan dari Desa Padasari semakin menurun dikarenakan para tengkulak sering mencampurkan timah cair atau merkuri ke dalamnya sehingga
harga jualnya pun menurun drastis. Berikut ini akan disajikan tabel harga beberapa komoditi yang dihasilkan dari hutan rakyat di Desa Padasari serta
gambar cengkeh basah dan kering.
Tabel 9 Harga Jual Hasil Hutan Rakyat No
Nama jenis Harga jual
1 Mahoni Sweitenia macrophylla
Rp 500.000batang 2
Suren Toona sureni Rp 680.000batang
3 Mindi Melia azedarach
Rp 1.000.000m
3
4 Tisuk Hibiscus macrophyllus
Rp 1.000.000m
3
5 Jati Tectona grandis
Rp 3.000.000m
3
6 Bambu
Rp 10.000pohon 7
Padi Oryza sativa Rp 325.000kwintal
8 Cengkeh Syzygium aromaticum
Rp 50.000kg kering 9
Vanili Vanilla planipolla Rp 80.000kg kering
Rp 5.000kg basah 10 Lada Piper nigrum
Rp 35.000-Rp 40.000kg
Gambar 3 Cengkeh basah. Gambar 4 Cengkeh kering.
5.3 Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani