Kromatografi kertas Kromatografi lapis tipis

9 - Kromatografi gas – cair - Kromatografi kolom kapiler Menurut Rohman 2009, berdasarkan pada mekanisme pemisahannya kromatografi dibedakan menjadi: a. Kromatografi adsorbsi b. Kromatografi partisi c. Kromatografi pasangan ion d. Kromatografi penukar ion e. Kromatografi eksklusi ukuran f. Kromatografi afinitas Menurut Rohman 2009, berdasarkan pada alat yang digunakan kromatografi dapat dibagi atas: a. Kromatografi kertas b. Kromatografi lapis tipis c. Kromatografi cair kinerja tinggi d. Kromatografi gas

2.2.1 Kromatografi kertas

Kromatografi kertas atau KKt pada hakekatnya ialah KLT pada lapisan tipis selulosa atau kertas. Cara ini ditemukan jauh sebelum KLT dan telah dipakai secara efektif selama bertahun-tahun untuk pemisahan molekul biologi yang polar seperti asam amino, gula dan nukleotida. KKt tidak memerlukan plat pendukung dan kertas dapat dengan mudah diperoleh dalam bentuk murni sebagai kertas saring Gritter, dkk., 1991. Pada kromatografi kertas sebagai penjerap digunakan sehelai kertas 10 dengan susunan serabut dan tebal yang sesuai. Kandungan air pada kertas dapat dianggap sebagai fase diam, maka mekanisme partisi berperan penting dalam pemisahan. Pemisahan dapat berlangsung menggunakan fase cair tunggal dengan proses yang sama dengan kromatografi adsorpsi dalam kolom Depkes RI, 1995. Keberhasilan dari pemisahan kromatografi kertas tergantung juga pada proses deteksi. Senyawa-senyawa yang berwarna tentu saja terlihat sebagai noda- noda berwarna yang terpisah pada akhir pengembangan. Untuk senyawa-senyawa tak berwarna memerlukan deteksi secara kimia dan fisika. Metoda fisika dilakukan pengamatan di bawah sinar ultra ungu sebelum dan sesudah setiap metoda dikerjakan. Metoda kimia adalah merupakan deteksi yang paling penting, pereaksi-pereaksi yang digunakan biasanya dinyatakan sebagai “pereaksi-pereaksi lokasi”. Cara yang digunakan untuk mendeteksi noda yaitu dengan jalan penyemprotan Sastrohamidjojo, 1985.

2.2.2 Kromatografi lapis tipis

Kromatografi lapis tipis KLT dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1938. Pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, plat aluminium atau plat plastik Rohman, 2009. Fase diam dapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penjerap kromatografi cair- padat atau berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair kromatografi cair- cair. Fase diam yang umum dipakai adalah silika gel asam silikat, alumina aluminium oksida, kieselgur tanah diatom dan selulosa Gritter, dkk., 1991. Fase gerak dapat berupa hampir segala macam pelarut atau campuran pelarut. Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT 11 merupakan teknik yang sensitif Rohman, 2009. Deteksi noda senyawa tidak berwarna pada KLT dilakukan secara fisika atau kimia. Secara fisika dilakukan dengan fluoresensi sinar ultraviolet dan pencacahan radioaktif, sedangkan secara kimia dilakukan dengan cara penyemprotan Sastrohamidjojo, 1985.

2.2.3 Kromatografi cair kinerja tinggi