10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Penghargaan
Penghargaan adalah ganjaran yang diberikan untuk memotivasi para karyawan agar produktivitasnya tinggi Tohardi, 2002:317. Penghargaan adalah
insentif yang mengaitkan bayaran atas dasar untuk dapat meningkatkan produktivitas para karyawan guna mencapai keunggulan yang kompetitif
Simamora, 2004:514. Penghargaan adalah reward dalam bentuk uang yang diberikan kepada mereka yang dapat bekerja melampaui standar yang telah
ditentukan Mahmudi, 2005:89. Dengan adanya pendapat para ahli diatas maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa suatu penghargaan adalah imbalan yang diberikan dalam bentuk material dan non material yang diberikan oleh pihak perusahaan kepada
karyawannya agar mereka dapat bekerja dengan motivasi tinggi dan berpretasi dalam mencaapai tujuan-tujuan perusahaan, dengan kata lain pemberian
penghargaan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas dan mempertahankan karyawan yang berprestasi agar tetap berada dalam perusahaan.
Pemberian sistem penghargaan dimaksudkan sebagai dorongan agar karyawan mau bekerja dengan lebih baik dan membangkitkan motivasi sehingga dapat
mendorong kinerja karyawan menjadi lebih baik.
2.1.2. Alternatif Norma Pemberian Penghargaan
Penghargaan dapat mengubah seseorang dan memicu peningkatan kinerja. Menurut Mahsun 2006:114 terdapat 4 empat alternatif norma pemberian
Universitas Sumatera Utara
penghargaan agar dapat digunakan untuk memicu kinerja dan produktivitas pegawai, yaitu:
1. Kesesuaian Tujuan Goal Congruense. Setiap organisasi publik pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai, sedangkan setiap individu dalam
organisasi mempunyai tujuan individual yang sering tidak selaras dengan tujuan organisasi. Penghargaan harus diciptakan sebagai jalan tengah agar
tujuan organisasi dapat di capai tanpa mengorbankan tujuan individual, dan sebaliknya tujuan individual dapat tercapai tanpa harus mengorbankan tujuan
organisasi. 2. Keadilan Equity. Penghargaan harus dialokasikan secara proporsional
dengan mempertimbangkan besarnya kontribusi setiap individu atau kelompok. Karyawan yang memberi kontribusi tinggi maka penghargaannya
juga akan tinggi, sebaliknya siapa yang memberi kontribusi rendah maka penghargaannya juga akan rendah.
3. Kemerataan Equality. Penghargaan juga harus didistribusikan secara merata bagi semua pihak individukelompok yang telah menyumbangkan
sumberdayanya untuk tercapainya produktivitas. 4. Kebutuhan. Alokasi penghargaan kepada pegawai seharusnya
mempertimbangkan tingkat kebutuhan utama dari pegawai. Penghargaan yang berwujud finansial tidak selalu sesuai dengan kebutuhan utama pegawai.
Menurut Ghani 2003 : 108 penghargaan akan berjalan efektif apabila memenuhi koridor:
1. Dilakukan secara adil dan tidak pilih kasih, diberlakukan untuk semua anggota organisasi perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2. Aturan yang jelastransparan dan accountable, sehingga setiap pekerjaan tahu persis rambu-rambu sistem dan prosedur.
3. Diberlakukan secara konsisten dan konsekuaen. Delapan alasan, penghargaan menurunkan motivasi dan kinerja antara
lain: 1. Terlalu banyak menekankan pada penghargaan moneter. Hal ini sesuai dengan
apa yang dibutuhkan individu bahwa mereka tidak semuanya merasa puas dengan imbalan yang berwujud finansial.
2. Rasa menghargai pada penerima penghargaan sangat kurang. Penghargaan sering diberikan dalam bentuk berwujud tetapi tidak disertai
penghargaanpengakuan yang layak. 3. Banyak yang menerima penghargaan. Semakin banyak yang menerima
penghargaan dengan nilai yang tidak proporsional akan mengurangi motivasi seseorang.
4. Memberikan penghargaan dengan kriteria yang salah. Misalnya, hanya diukur dari waktu kerja sehingga pegawai hanya termotivasi hanya untuk
mempercepat pekerjaan tanpa mempertimbangkan hasil. 5. Lamanya penangguhan antara produktivitas dan penghargaan. Penghargaan
yang tidak segera diberikan membuat seseorang kurang merasa dihargai. 6. Kriteria penghargaan sangat fleksibel. Tidak pernah ada ukuran yang baku
dalam pemberian penghargaan membuat kesenjangan antara apa yang diharapkan seseorang dengan apa yang sebenarnya diterima.
7. Sasaran penghargaan hanya untuk memotivasi jangka pendek. Penghargaan sering hanya berpengaruh sementara terhadap motiwasi dan kinerja pegawai.
Universitas Sumatera Utara
8. Pemberian kompensasi jajaran top manajemen eksekutif yang berlebih. Hal ini dapat mengurangi motivasi pegawai operasional karena merasa ada
pembedaan yang sangat mencolok dan tidak adil.
2.1.3. Hubungan Penghargaan dengan Manajer
Graham Tanjung, 2003 : 64 motivator paling berpengaruh terhadap kinerja adalah: Penghargaan pribadi yang datang spontan dari manajer mereka.
Graham menyatakan bahwa: 1. Karyawan sangat jarang menerima penghargaan berdasarkan kebijaksanaan
pekerjaan manager-initiated. 2. Karyawan lebih sering menerima penghargaan berdasarkan kebijaksanaan
pekerjaan company-initiated dengan melihat kehadiran mereka. 3. Tipe manager-initiated mempunyai dampak motivasional yang sangat besar
dibandingkan penghargaan company-initiated.
2.1.4. Jenis-jenis Penghargaan
Pembagian penghargaan secara umum adalah: 1. Penghargaan finansial
Penghargaan finansial merupakan bentuk pengakuan perusahaan kepada karyawan yang berprestasi dalam bentuk kenaikan gaji, kenaikan pangkat,
pemberian bonusinsentif baik dalam bentuk uang ataupun barang. 2. Penghargaan non finansial
Penghargaan non finansial berkaitan dengan kesetiaan pegawaikaryawan dalam mengabdi pada perusahaan untuk jangka waktu panjang loyalitas.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Nelson 1998:1, penghargaan dibagi atas: a. Penghargaan Informal, yaitu memfokuskan diri pada penghargaan yang
berasal dari inisiatif manajer berdasarkan kinerja karyawan. b. Penghargaan untuk prestasi dan aktivitas khusus, yaitu menyajikan
penghargaan khusus perusahaan, pada umumnya diberikan karena mencapai hasil-hasil khusus dalam bidang produktivitas, pelayanan konsumen,
penjualan. c. Penghargaan Formal, yaitu meninjau berbagai program yang diturunkan dari
kebijaksanaan perusahaan yang biasanya digunakan untuk mempertahankan motivasi perusahaan secara keseluruhan.
2.1.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem penghargaan
Terdapat empat faktor yang harus dijadikan dasar dalam mempertimbangkan kebijakan penghargaanreward menurut nawawi 1999:317,
yaitu internal consistency konsisitensi internal, Ekternal competitiveness persaingan kompetisi eksternal, Employee contributions kontribusi karyawan,
dan Administration administrasi. Konsistensi internal yang kadang-kadang disebut dengan keadilan internal
merujuk kepada pekerjaan atau tingkat keahlian didalam sebuah perusahaan, yang membandingkan kontribusi mereka dalam pencapaian tujuan organisasi. Dengan
perkataan lain konsistensi internal merupakan penetapan pemberian penghargaan reward yang didasarkan pada perbandingan jenis-jenis pekerjaan didalam
perusahaan. Untuk itu maka perlu dilakukan analisa jabatan job analisis, uraian pekerjaantugas job description, evaluasi pekerjaan job evaluation dan job
structur untuk menentukan besarnya imbalan untuk tiap-tiap jenis pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
Konsistensi internal menjadi salah satu faktor yang menentukan semua tingkatan imbalan pekerjaan yang sama, maupun semua pekerjaan yang berbeda.
Pada kenyataannya, perbedaan penghargaan yang diberikan sesuai kinerja masing-masing karyawan merupakan salah satu kunci yang menantang para
manajer. Kompetisi eksternal adalah penetapan besarnya penghargaan pada tingkatan dimana perusahaan masih memiliki keunggulan kompetitif dengan
perusahaan lain sehingga perusahaan dapat mempertahankan karyawan yang memiliki keunggulanberkualitas untuk tetap bekerja diperusahaan.
Kontribusi karyawan merupakan penetapan besarnya penghargaan yang merujuk kepada kontribusi yang telah diberikan karyawan kepada perusahaan.
Penghargaan dapat ditetapkan berdasarkan senioritas, prestasi kerja, panduan insentif, dan program yang ada didalam perusahaan. Administrasi merupakan
faktor keempat yang dijadikan bahan pertimbangan oleh perusahaan dalam menetapkan kebijaksanaan pemberian penghargaan, antara lain aspek
perencanaan, anggaran yang tersedia, komunikasi dan evaluasi.
2.1.6 Bentuk Integrasi Sistem Penghargaan Reward System dengan Model Manajemen
a. Reward System dalam Model Tradisional Tugas utama manajer dalam model ini adalah meminimalkan variasi-variasi
perilaku bagi anggota-anggota organisasi karena model ini mempersoalkan kapabilitas para anggotanya untuk bertanggungjawab terhadap self-direction
dan self-control dalam melakukan pekerjaan. Reward System dalam model ini sangat sederhana, karena hanya terdapat satu jalur path yang pasti untuk
mengukurnya, yaitu kinerja standar, dan hanya ada satu imbalan yang pasti
Universitas Sumatera Utara
yakni upah standar dan paket keuntungan. Tujuan utamanya adalah menarik dan menjaga kestabilan work force yang dapat diprediksikan
b. Reward System dalam Model Hubungan Manusia. Tugas utama manajer dalam model ini adalah memelihara pandangan
mengenai struktur organisasi yang pada esensinya adalah manusia tenaga kerja dan menentukan desain secara teratur serta memberi penghargaan
sebagai dorongan dalam bekerja baik berupa perhatian dan pengakuan. Tujuan utamanya adalah untuk menarik dan mempertahankan loyalitas serta
kepatuhan karyawan. c. Reward System dalam Model Sumber Daya Manusia
Tugas utama manajer dalam model ini adalah memberikan fasilitas kinerja anggota yakni dengan menyingkirkan hambatan-hambatan terhadap aplikasi
dari serangkaian sumber daya mental dan fisik yang ada dalam organisasi. Tujuan utamanya adalah memperhatikan kondisi lingkungan kerja,
menentukan desain pegawai, cost savings,dan skill-reservoir plans.
2.1.7 Pengertian Prestasi Kerja
Istilah prestasi kerjakinerja berasal dari kata Job Performance atau Job Proficiency. Menurut Robins 2002 : 272, kinerja merupakan ukuran dari sebuah
hasil. Menurut Sastrohadiwiryo 2002 : 235 mendefenisikan bahwa: Prestasi kerja adalah kinerja yang dicapai oleh seorang tenaga kerja dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Pada umumnya prestasi kerja tersebut dipengaruhi oleh kecakapan,
keterampilan, pengalaman, dan kesungguhan tenaga kerja yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
Defenisi lain mengatakan bahwa prestasi kerja merupakan hasil secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya Yuli, 2005:89.
2.1.8. Penilaian Prestasi Kerja
Penilaian prestasi kerja berasal dari kata appraisal performance. Penilaian prestasi kerja adalah proses penilaian prestasi kerja karyawan yang dilakukan oleh
organisasi terhadap karyawannya secara sistematik dan formal berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Para manajer harus terus melakukan
pertimbangan mengenai hasil prestasi kerja para bawahannya Yuli, 2005 : 89. Pertimbangan hasil prestasi itu nantinya akan dipergunakan sebagai bahan
untuk penetapan kenaikan gaji, promosi, pensiun, dan perencanaan pengembangan karir. Dampak utama dari program penilaian ini adalah
memberikan pengaruh motivasional terhadap yang mereka nilai Yuli, 2005.
Manfaat penilaian prestasi kerja menurut Fathoni 2006:242 adalah:
1. Mendorong peningkatan prestasi kerja. Mengetahui hasil prestasi kerja, ketiga pihak yang terlibat dapat mengambil berbagai langkah yang diperlukan agar
prestasi kerja para pegawai lebih meningkat lagi di masa-masa yang akan datang.
2. Sebagai bahan pengambilan keputusan dalam pemberian imbalan. Keputusan tentang siapa yang berhak menerima berbagai imbalan tersebut dapat
didasarkan antara lain pada hasil penilaian atas prestasi kerja pegawai yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk kepentingan mutasi pegawai. Prestasi kerja seseorang di masa lalu merupakan dasar bagi pengambilan keputusan mutasi baginya dimasa depan,
apapun bentuk mutasi tersebut seperti promosi, alih tugas, alih wilayah maupun demosi.
4. Guna menyusun program pendidikan dan pelatihan baik yang dimaksudkan untuk mengatasi berbagai kekurangan dan kelemahan maupun untuk
mengembangkan potensi karyawan yang ternyata belum sepenuhnya digali dan yang terungkap melalui penilaian prestasi kerja.
5. Membantu para pegawai menentukan rencana karirnya dan dengan bantuan bagian kepegawaian menyusun program pengembangan karir yang paling
tepat dalam arti sesuai dengan kebutuhan para pegawai dan dengan kepentingan organisasi.
2.1.9 Metode Penilaian Prestasi Kerja
Menurut Panggabean 2004:68, ada beberapa metode dalam penilaian prestasi kerja yaitu:
1. Skala Rating Rating Scales Dengan menggunakan metode ini hasil penilaian kinerja karyawan dicatat
dalam suatu skala. Skala itu dibagi dalam tujuh atau lima kategori dan karena konsep yang akan dinilai bersifat kualitatif, maka kategori yang digunakan
bersifat kualitatif, yaitu dari sangat memuaskan sampai dengan tidak memuaskan.
2. Insiden-insiden Kritis Critical Incidents Dengan metode ini, penilai melakukan penilaian pada saat-saat kritis saja,
yaitu waktu di mana perilaku karyawan dapat membuat bagiannya sangat
Universitas Sumatera Utara
berhasil atau bahkan sebaliknya. Pada hakikatnya metode penilaian ini tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus digabungkan dengam metode yang lain.
3. Essay Dengan menggunakan metode ini penilai menulis cerita ringkas yang
menggambarkan prestasi kerja karyawan. Metode ini cenderung menggambaarkan prestasi kerja karyawan yang luar biasa ketimbang
kinerjanya setiap hari. 4. Standar Kerja Work Standars
Metode ini membandingkan kinerja karyawannya dengan standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Standar mencerminkan hasil yang normal dari rata-
rata pekerja dalam usaha yang normal. 5. Ranking
Dengan metode ini penilai sekedar menempatkan karyawan yang dinilai kedalam urutan-urutan ranking. Penilai membandingkan karyawan yang satu
dengan karyawan yang lainnya untuk menentukan siapa yang lebih baik daripada siapa dan kemudian menempatkan karyawan dalam urutan yang
terbaik sampai yang terburuk. Kesulitan dihadapi apabila terdapat dua orang atau lebih yang memiliki prestasi yang hampir tidak dapat dibedakan.
6. Distribusi yang Dipaksakan Forced Distribution Pada metode ini diasumsikan bahwa karyawannya dapat dikelompokkan ken
dalam lima kategori yaitu dari kategori yang paling baik 10, kemudian yang baik 20, yang cukupan 40, yang buruk 20, dan sisanya 10.
Kelemahan dari metode ini adalah apabila hampir semua karyawan dalam
Universitas Sumatera Utara
bagiannya mempunyai kinerja yang sangat memuaskan, maka akan sulit untuk membaginya ke dalam lima kategori, begitu pula jika terjadi kebalikannya.
7. Pemilihan yang dipaksakan dan laporan pemeriksaan kinerja tertimbang Forced-choice and Weighted Checklist Performance Report.
Laporan ini memerlukan penilai untuk memilih karyawan mana yang dapat mewakili kelompoknya. Faktor yang dinilai adalah perilaku karyawan dan
penilai memberikan nilai positif atau negatif. Namun, penilai tidak peduli dengan bobot penilaiannya. Metode forced distribution, dalam metode ini
sulit untuk mengetahui faktor apa yang mengakibatkan mereka masuk dalam kategori sangat berprestasi. Begitu pula sebaliknya, faktor apa yang
mengakibatkan mereka masuk ke dalam kategori sangat tidak berprestasi. 8. Behaviorally Anchored Scales
Merupakan metode penilaian berdasarkan catatan penilai yang menggambarkan perilaku karyawan yang sangat baik atau sangat jelek dalam
kaitannya dengan pelaksanaan kerja. 9. Metode Pendekatan Management By Objective MBO
Pada pendekatan ini, setiap karyawan dan penyelia secara bersama-sama menentukan sasaran organisasi, tujuan individu dan saran-saran untuk
meningkatkan produktivitas organisasi.
Universitas Sumatera Utara
2.1.10 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Kerja Karyawan
Menurut Sulistiyani dan Rosidah 2003:200 faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi karyawan yaitu:
2.2 Pengetahuan, yaitu kemampuan yang dimiliki karyawan yang lebih berorientasi pada intelegensi dan daya pikir serta penguasaan ilmu yang lebih
luas yang dimiliki karyawan. 2.3 Keterampilan, kemampuan dan penguasaan teknis operasional yang dibidang
tertentu yang dimiliki karyawan. 2.4 Abilities, yaitu kemampuan yang terbentuk dari sejumlah kompetensi yang
dimiliki oleh seorang karyawan. 2.5 Attitude, yaitu suatu kebiasaan yang terpolakan.
2.1.11. Keterkaitan penghargaan dengan prestasi kerja
Perusahaan- perusahaan meyakini bahwa sistem penghargaan pada umumnya dan sistem imbalan pada khususnya mempengaruhi kinerja prestasi
kerja. Selain itu, banyak karyawan yang lebih menyukai bahwa bayaran mereka dikaitkan dengan prestasi kerja masing-masing.
Penghargaan dan prestasi kerja adalah bagian dari pengelolaan yang kompleks untuk menyatakan dan mempertahankan hubungan kerja diantara
perusahaan dan karyawan. Kedua hal tersebut mendemonstrasikan tidak hanya apa yang hendak dicapai oleh manajemen, namun juga keyakinan manajemen
tentang hubungan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Untuk jelasnya penulis akan uraikan alasan-alasan mengaitkan bayaran dengan prestasi kerja menurut Simamora 1997;624, yaitu sebagai berikut ;
1. Motivasi
Teori harapanekspektasi expectancy theory yang dikedepankan oleh vroom menyatakan bahwa kaitan prestasi kerja dan pembayaran adalah
esensial untuk memotivasi peningkatan prestasi kerja. 2.
Retensi Mengaitkan bayaran dengan prestasi kerja kemungkinan akan membantu
memperbaiki komposisi tenaga kerja. Karyawan-karyawan yang baik akan cenderung mendapatkan bagian yang lebih besar dari sumber daya
kompensasi dan dengan demikian termotivasi untuk tetap bersama organisasi. Karyawan- karyawan yang dibawah rata-rata akan menjadi kecil
hati dan meninggalkan organisasi. 3. Produktivitas
Pada saat prestasi kerja dikaitkan dengan imbalan-imbalan, orang- orang dengan produktivitas tinggi akan lebih termotivasi untuk bekerja.
4. Penghematan-penghematan biaya Manfaat-manfaat paling kentara dari bayaran berdasarkan prestasi kerja
adalah kapabilitas mengaitkan biaya-biaya kompensasi dengan hasil-hasil produktivitas. Dengan mendasarkan bayaran atas kinerja, perusahaan dapat
memastikan bahwa biaya-biaya kompensasi akan bertalian dengan hasil- hasil organisasional.
Universitas Sumatera Utara
5. Sasaran-sasaran organisasional Selalu merupakan suatu tantangan untuk memastikan bahwa semua
karyawan memahami betul tujuan-tujuan organisasi. Dengan mengaitkan bayaran dengan prestasi kerja yang ditetapkan secara organisasional, adalah
mungkin memastikan bahwa sasaran-sasaran individu adalah sejalan dengan tujuan-tujuan organisasional. Karywan yang upaya-upayanya tidak
sinkron dengan tujuan-tujuan organisasi tidak bakal menikmati bagian imbalan yang setimpal.
2.2. Penelitian Terdahulu