Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Kota Semarang Tahun 2012 II-17 Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kota Semarang berturut-turut buruh Industri dengan persentase sebesar 25,64, PNSABRI sebesar 13,80, Lainnya sebesar 11,63, Pedagang sebesar 12,79, Buruh Bangunan 11,90, Pengusaha sebesar 8,04, Pensiunan sebesar 5,80, Petani sebesar 3,66, Angkutan sebesar 3,78, Buruh tani sebesar 2,54, dan Nelayan sebesar 0,42 . Hal ini menggambarkan bahwa aktivitas penduduk Kota Semarang bergerak pada sektor perdagangan dan jasa. Berdasarkan mata pencaharian pada tahun 2010 sebagaimana tabel berikut. Grafik 2.4 Mata Pencaharian Penduduk Kota Semarang Tahun 2010 5 10 15 20 25 30 3,86 2,54 0,42 8,04 25,64 11,9 12,79 3,78 13,8 5,8 11,63 Mata Pencaharian

2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Aspek kesejahteraan masyarakat merupakan gambaran atau ukuran keberhasilan dari penyelenggaraan pembangunan daerah, dalam hal ini muara tujuan akhir dari pembangunan daerah pada upaya menciptakan kondisi kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Aspek kesejahteraan masyarakat meliputi 1 Aspek kesejahteraan fokus pada kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, 2 aspek kesejahteraan fokus pada kesejahteraan sosial dan; 3 aspek kesejahteraan fokus pada Seni Budaya dan Olahraga. Kinerja masing-masing aspek kesejahteraan masyarakat sampai dengan tahun 2010 adalah sebagai berikut :

A. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi.

Aspek kesejahteraan fokus pada kesejahteraan dan pemerataan ekonomi dapat dilihat dari indikator-indikator pertumbuhan PDRB, laju inflasi, PDRB per kapita dan indeks gini. Kinerja sampai dengan tahun 2010 adalah sebagai berikut : Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Kota Semarang Tahun 2012 II-18 Pertumbuhan PDRB Total PDRB Kota Semarang atas dasar harga berlaku th. 2006-2010 PDRB adHB di Tahun 2010 sebesar Rp 43.562.567,98 juta sedangkan Total PDRB atas dasar harga konstan PDRB adHK th. 2006-2010 sebesar Rp 21.346.009,45 juta. Untuk konstribusi masing-masing sektor PDRB adHB yang paling dominan disetiap tahun masih pada sektor usaha Perdagangan, Hotel dan Restoran. Pada tahun 2010 konstribusi masing-masing sektor usaha tersebut adalah sebagai berikut: Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 28,11 ; industri pengolahan sebesar 24,14 dan sektor bangunan sebesar 20,05. Hal tersebut menggambarkan bahwa aktivitas ekonomi masyarakat Kota Semarang didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan dan sektor bangunan. Grafik 2.5 Proporsi sektor usaha pada PDRB adHB Kota Semarang Tahun 2010 1,13 0,17 24,14 1,49 20,05 28,11 9,91 2,72 12,28 5 10 15 20 25 30 Kontribusi Lapangan Usaha Peningkatan Laju Pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan 2006-2010 berimplikasi terhadap kondisi perekonomian Kota Semarang secara makro yang ditunjukan dengan Laju Pertumbuhan Ekonomi LPE. LPE Kota Semarang tahun 2010 sebesar 5,78 atau mengalami pertumbuhan yang positif sebesar 0,43 dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 5,34. Laju Inflasi Laju inflasi merupakan ukuran untuk menggambarkan kenaikanpenurunan harga dari sekelompok barang dan jasa yang berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat. Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung dari tingkat keparahan inflasi tersebut. Apabila inflasi itu ringan justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan daerah dan mendorong masyarakat untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Namun sebaliknya pada inflasi yang tinggi masyarakat menjadi tidak bersemangat untuk bekerja, menabung atau mengadakan investasi dan produksi yang disebabkan harga meningkat dengan cepat. Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Kota Semarang Tahun 2012 II-19 Laju inflasi Kota Semarang pada tahun 2010 mencapai angka sebesar 7,11. Inflasi Kota Semarang lebih tinggi dibanding dengan laju inflasi nasional yang hanya sebesar 6,96 . Hal ini menggambarkan bahwa pada tahun 2010 terjadi kenaikan yang cukup tinggi terhadap barang dan jasa. Kenaikan tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian makro nasional yang tidak menentu akibat dari kondisi musim hujan yang berkepanjangan dan bencana alam yang terjadi di berbagai daerah. PDRB per Kapita Peningkatan laju pertumbuhan PDRB diikuti dengan kenaikan pendapatan perkapita, pada tahun 2010 PDRB per kapita Kota Semarang berdasarkan atas harga berlaku 2006- 2010 sebesar Rp. 28.714.898,16 atau mengalami peningkatan sebesar 11,79 dibanding tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp. 25.686.935,17 Sedangkan berdasarkan harga konstan pada tahun 2010 sebesar Rp. 14.070.531,56 mengalami peningkatan dibanding tahun 2009 yang hanya sebesar Rp. 13.478.411,08. Hal tersebut menggambarkan bahwa rata-rata pendapatan yang dihasilkan penduduk selama satu tahun mengalami peningkatan. Indeks Gini Indeks gini adalah ukuran ketimpangan ekonomi dalam pendapatan distribusi yang ditentukan dengan koefisien gini rasio antara 0 - 1 0 dan 1, semakin rendah koefisien gini maka pendapatan pada suatu wilayahdaerah semakin merata. Kategori ketimpangan tinggi apabila indeks gini besar dari 0,5 dan kategori rendah dengan indeks gini dibawah 0,5 tinggi 0,5 dan rendah 0,5. Indeks gini rasio Kota Semarang pada tahun 2010 sebesar 0,29 atau sama dengan tahun sebelumnya, hal ini menggambarkan bahwa ketimpangan distribusi pendapatan termasuk dalam kategori rendah.

B. Fokus Kesejahteraan Sosial