RKPD Tahun 2012
PERATURAN WALIKOTA SEMARANG
NOMOR 20 TAHUN 2011
TENTANG
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
KOTA SEMARANG TAHUN 2012
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA SEMARANG,
Menimbang
:
a. bahwa dalam rangka Penyusunan rencana pembangunan Kota Semarang
Tahun 2012 dan agar pelaksanaannya dapat terencana, terarah, terpadu dan
berkesinambungan serta dalam memberi pedoman dalam penyusunan
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Tahun 2012,
maka perlu ditetapkan Rencana Kerja Pemerintah daerah (RKPD) Tahun
2012;
b.
bahwa untuk melaksanakan maksud tersebut diatas, maka perlu dibentuk
Peraturan Walikota Semarang tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) Kota Semarang Tahun 2012.
Mengingat
:
1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-daerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah,
Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta;
2.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negera Republik Indonesia Nomor 3851);
3.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
4.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355 );
5.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4389);
(2)
6.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemerikasaan,
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4410);
7.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4421);
8.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
9.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang Perluasan
Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1976 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3079);
11.
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1992 tentang Pembentukan
Kecamatan di Wilayah Kabupaten-Kabupaten Daerah Tingkat II
Purbalingga, Cilacap, Wonogiri, Jepara, dan Kendal serta Penataan
Kecamatan di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang dalam
wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 89);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara
Penyusunan
Pengendalian
dan
Evaluasi
Pelaksanaan
Rencana
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4817);
13. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2010
–
2014;
14. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005
–
2025 ( Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3
Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 9);
(3)
15. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2008 - 2013 ( Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009
Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 21 );
16. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 9 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah Kota Semarang (Lembaran
Daerah Kota Semarang Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran
Daerah Kota Semarang Nomor 13).
17. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Semarang Tahun
2005
–
2025 (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2010 Nomor 8,
Tambahan Lembaran daerah Kota Semarang Nomor 43).
18. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Menengah Daerah (RPJMD) Kota
Semarang Tahun 2010
–
2015.
M E M U T U S K A N :
Menetapkan :
PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TENTANG RENCANA KERJA
PEMERINTAH DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2012.
Pasal 1
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Semarang Tahun 2012 merupakan dokumen
Perencanaan Tahunan yang berisi penjabaran visi, misi dan kebijakan Walikota Semarang yang
penyusunanya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD),
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Dokumen Perencanaan
Pembangunan Propinsi Jawa Tengah dan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional.
Pasal 2
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Semarang Tahun 2012 disusun dengan
Sistematika sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN
KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
BAB III
RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN
KEUANGAN DAERAH
BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
BAB V
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH
(4)
Pasal 3
Isi beserta uraian Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Semarang Tahun 2012
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Walikota ini dan merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.
Pasal 4
Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Kota Semarang.
Ditetapkan di Semarang
pada tanggal 23 Mei 2011
WALIKOTA SEMARANG
ttd
H. SOEMARMO HS
Diundangkan di Semarang
pada tanggal 23 Mei 2011
SEKRETARIS DAERAH KOTA SEMARANG
ttd
AKHMAT ZAENURI
(5)
LAMPIRAN
PERATURAN WALIKOTA SEMARANG
NOMOR
: 20
TANGGAL : 23 Mei 2011
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH
(RKPD) KOTA SEMARANG
(6)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012 i
DAFTAR ISI
Hal
DAFTAR ISI ... i DAFTAR TABEL ... iii DAFTAR GRAFIK ... iv
BAB I. PENDAHULUAN ...
1.1 LATAR BELAKANG ... I-1 1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN ... I-2
1.3 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN ... I-4
1.4 SISTEMATIKA DOKUMEN RKPD ... I-4 1.5 MAKSUD DAN TUJUAN ... I-6
BAB II. EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN
CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN ... II-1
2.1 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH ... II-1
2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi ... II-1
2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat ... II-17
2.1.3 Aspek Pelayanan Umum ... II-22 2.1.4 Aspek Daya Saing Daerah ... II-33 2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM & KEGIATAN RKPD s/d TAHUN
BERJALAN & REALISASI RPJMD ... II-38
2.3 PERMASALAHAN PEMBANGUNAN DAERAH ... II-87
2.3.1 Permasalahan Daerah yang Berhubungan dengan
Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah... II-87
BAB III. RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN
KEUANGAN DAERAH ... III-1
3.1 ARAH KEBIJAKAN EKONOMI DAERAH ... III-1
3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2010 dan Perkiraan
Tahun 2011, Proyeksi Tahun 2012 ... III-1
3.1.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerath Tahun
2011 dan Proyeksi Tahun 2012 ... III-3
3.2 ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH ... III-4
3.2.1 Kebijakan Pendapatan Daerah ... III-4
3.2.2 Arah Kebijakan Belanja Daerah ... III-5
(7)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012 ii BAB IV. PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH ... IV-1
BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH ... V-1
BAB VI. PENUTUP ... VI-1
(8)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012 iii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Kepadatan Penduduk Kota Semarang diperinci per Kecamatan
tahun 2010 ... II-15
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk, Angkatan Kerja, Penganggur, dan Pencari
Kerja di Kota Semarang Tahun 2009-2010 ... II-59
Tabel 2.3 Permasalahan Pembangunan Kota Semarang Tahun 2012 ... II-87
Tabel 3.1 Realisasi dan Proyeksi/ Target Pendapatan Kota Semarang
Tahun 2009-2012 ... III-5
Tabel 3.2 Realisasi dan Proyeksi Belanja Daerah
Tahun 2009 s.d Tahun
2012
... III-6Tabel 3.3 Realisasi dan Proyeksi/ Target Pembiayaan Daerah
Tahun 2009
s.d Tahun 2012
... III-7Tabel 4.1 Hubungan Visi/ Misi dan Tujuan/ Sasaran Pembangunan Daerah
Kota Semarang ... IV-4
Tabel 4.2 Sasaran Pembangunan RPJMD Tahun 2012 dan Prioritas
Pembangunan Daerah Kota Semarang Tahun 2012 ... IV-16
Tabel 4.3 Indikasi Capaian Target Program Pembangunan Kota Semarang
(9)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012 iv
DAFTAR GRAFIK
Hal
Grafik 2.1 Persentase Penggunaan Lahan Sawah dan Non Sawah di Kota
Semarang Tahun 2010 ... II-5
Grafik 2.2 Persentase Lahan Kering di Kota Semarang Tahun 2010 ... II-5
Grafik 2.3 Penduduk Kota Semarang berdasarkan Pendidikan pada Tahun
2010 ... II-16
Grafik 2.4 Mata Pencaharian Penduduk Kota Semarang Tahun 2010 ... II-17
(10)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012
I.1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mengamanatkan bahwa setiap daerah diwajibkan untuk menyusun Rencana Pembangunan Daerah untuk jangka panjang 20 tahun (RPJPD), Rencana Pembangunan Daerah Jangka Menengah 5 tahun (RPJMD), dan Rencana Pembangunan Jangka 1 tahun (RKPD). Pemerintah Kota Semarang telah menyusun RPJPD 2005-2025 yang ditetapkan dengan Perda Nomor 6 Tahun 2010, dan RPJMD 2010-2015 yang ditetapkan dengan Perda Nomor 12 Tahun 2011. Selanjutnya RPJMD tersebut dijabarkan dalam rencana tahunan dalam bentuk Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Semarang Tahun 2012 merupakan pelaksanaan tahun kedua Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota
Semarang Tahun 2010–2015. Oleh karena itu RKPD merupakan salah satu rangkaian tahapan
pembangunan dalam upaya pencapaian visi Kota Semarang yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 yakni “TERWUJUDNYA SEMARANG KOTA PERDAGANGAN DAN JASA, YANG BERBUDAYA MENUJU
MASYARAKAT SEJAHTERA”.
Penyusunan RKPD Kota Semarang tahun 2012 berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah dan Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Berdasarkan kedua peraturan perundangan tersebut RKPD Kota Semarang sekurang-kurangnya memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, program prioritas pembangunan daerah, dan rencana kerja, pendanaan dan prakiraan maju. Rencana kerja, pendanaan dan prakiraan maju, mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif, yang bersumber dari APBD maupun sumber-sumber lain yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Program prioritas pembangunan daerah memuat program-program yang berorientasi pada pemenuhan hak-hak dasar masyarakat dan pencapaian keadilan yang berkelanjutan sebagai penjabaran dari RPJMD pada tahun yang direncanakan. Rencana kerja dan pendanaan serta prakiraan maju dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif yang bersumber dari APBD, memuat program dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Daerah, disertai perhitungan kebutuhan dana bersumber dari APBD untuk tahun-tahun berikutnya dari tahun anggaran yang direncanakan.
(11)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012
I.2
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengamanatkan bahwa RKPD sebagai landasan penyusunan KUA dan PPAS dalam rangka penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD). Sebagai dokumen resmi perencanaan daerah, RKPD mempunyai kedudukan yang strategis, dan berfungsi menjembatani antara perencanaan strategis jangka menengah dengan perencanaan dan penganggaran tahunan.
1.2. Dasar Hukum Penyusunan
Dasar hukum penyusunan RKPD, antara lain :
1. Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945, Pasal 4 ayat (1);
2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah- daerah Kota Besar
dalam Lingkungan Propinsi Djawa Timur, Djawa Tengah, Djawa Barat dan Dalam Daerah Istimewa Jogjakarta;
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
4. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 4421);
6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
(12)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012
I.3
9. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang Perluasan Kotamadya Daerah
Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3079);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
15. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 9 Tahun 2007 tengan Tata Cara Penyusunan
Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 13);
16. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi & Tata Kerja
Dinas Daerah Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 15 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 22);
17. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi & Tata Kerja
Lembaga Teknis Daerah dan Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 16 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 23);
18. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Organisasi Dan Tata
Kerja Kecamatan dan Kelurahan Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 17 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 24);
19. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang
Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2008 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 18).
(13)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012
I.4
20. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Semarang Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Daerah Kota
Semarang Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 43);
21. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015;
1.3. Hubungan antar Dokumen
RKPD merupakan penjabaran RPJMD untuk jangka waktu 1 (satu) tahun, memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya dengan mengacu kepada RKPD Provinsi Jawa Tangah dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
RKPD merupakan acuan bagi daerah dalam menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD), dengan demikian Kepala Daerah dan DPRD dalam menentukan Kebijakan Umum APBD (KUA), serta menentukan Prioritas dan Pagu Anggaran Sementara (PPAS) didasarkan atas dokumen RKPD. KUA dan PPAS yang telah disepakati selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam proses penyusunan APBD.
Penyusunan dokumen RKPD Kota Semarang Tahun 2012 diawali dengan penyusunan rancangan awal RKPD yang mengakomodir semua masukan dari para pemangku kepentingan (stakeholder) di Kota Semarang.
1.4. Sistematika Dokumen RKPD
Sistematika RKPD :
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengemukakan pengertian ringkas tentang RKPD, proses penyusunan RKPD, kedudukan RKPD tahun rencana dalam periode dokumen RPJMD, keterkaitan antara dokumen RKPD dengan dokumen RPJMD, Renstra SKPD, Renja SKPD serta tindak lanjutnya dengan proses penyusunan RAPBD.
1.2 Dasar Hukum Penyusunan
Memberikan uraian ringkas tentang dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan RKPD, baik yang berskala nasional, maupun lokal.
1.3 Hubungan Antar Dokumen
Menjelaskan hubungan RKPD dengan dokumen lain yang relevan beserta penjelasannya.
(14)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012
I.5
1.4 Sistematika Dokumen RKPD
Mengemukakan organisasi penyusunan dokumen RKPD terkait dengan pengaturan bab serta garis besar isi setiap bab didalamnya.
1.5 Maksud dan Tujuan
Memberikan uraian ringkas tentang tujuan penyusunan dokumen RKPD bagi daerah yang bersangkutan dan sasaran penyusunan dokumen RKPD bagi daerah yang bersangkutan.
BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah
Menjelaskan dan menyajikan secara logis dasar-dasar analisis, gambaran umum kondisi daerah yang meliputi aspek geografi dan demografi serta indikator kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah.
2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun Berjalan dan Realisasi
RPJMD
Mencakup telaahan terhadap hasil evaluasi status dan kedudukan pencapaian kinerja pembangunan daerah, berdasarkan rekapitulasi hasil evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan RKPD tahun lalu dan realisasi RPJMD yang bersumber dari telaahan hasil evaluasi pelaksanaan Renja SKPD tahun lalu dan realisasi Renstra SKPD oleh
masing-masing SKPD dan laporan pertanggung jawaban APBD menurut tahun – tahun yang
berkenaan.
2.3 Permasalahan Pembangunan Daerah
Menguraikan permasalahan pembangunan daerah yang berhubungan dengan prioritas dan sasaran pembangunan daerah dan identifikasi permasalahan penyelenggaraan urusan pemerintah daerah.
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah
Mengemukakan tentang arahan nasional di bidang ekonomi yang bersumber dari dokumen RKP(Nasional), RKPD Provinsi dan juga kebijakan di bidang ekonomi dalam dokumen RPJMD Kota.
3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah
Menguraikan kebijakan yang akan ditempuh oleh Pemerintah Daerah berkaitan dengan pendapatan daerah, pembiayaan daerah dan belanja daerah.
(15)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012
I.6
BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
4.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan
Menjelaskan tentang hubungan visi/misi dan tujuan/sasaran pembangunan 5 (lima) tahunan yang diambil dari dokumen RPJMD.
4.2 Prioritas dan Pembangunan
Menggambarkan prioritas pembangunan tahun rencana yang diambil dan dikaitkan dengan program pembangunan daerah (RPJMD) tahun rencana.
Bab V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH
Mengemukakan secara eksplisit rencana program dan kegiatan prioritas daerah yang disusun berdasarkan evaluasi pembangunan tahunan, kedudukan tahun rencana (RKPD) dan capaian kinerja yang direncanakan dalam RPJMD.
Bab VI PENUTUP
Memberikan gambaran pemerintah daerah dalam penyusunan RKPD.
1.5. Maksud dan Tujuan
Dalam tata urut dokumen perencanaan, maksud penyusunan RKPD 2012 untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan dalam jangka waktu satu tahunan.
Sedangkan tujuan dari penyusunan RKPD Kota Semarang Tahun 2012 adalah:
1. Menjadi pedoman dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2012, karena memuat arah
kebijakan pembangunan daerah dalam satu tahun;
2. Menjadi acuan bagi seluruh SKPD Pemerintah Kota Semarang dalam penyusunan Rencana
Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja–SKPD) dalam rangka penyelenggaraan
Pemerintahan dan Pembangunan, karena memuat seluruh kebijakan publik;
3. Menciptakan kepastian dan sinergitas perencanaan program kegiatan pembangunan antar
wilayah, antar sektor pembangunan dan antar tingkat Pemerintah;
4. Mewujudkan efisiensi dan efektivitas dalam perencanaan alokasi sumber daya dalam
(16)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012
II-1
BAB II
EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN
CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
II.1 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi
Aspek Geografis
Luas dan batas wilayah administrasi, Luas wilayah Kota Semarang seluas373,70 km2 dengan batas wilayah sebelah barat adalah Kabupaten Kendal, sebelah timur dengan Kabupaten Demak, sebelah selatan dengan Kabupaten Semarang dan sebelah utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan panjang garis pantai mencapai 13,6 kilometer. Secara administrasi Kota Semarang terbagi atas 16 Kecamatan, secara rinci luas masing-masing kecamatan adalah Kecamatan Semarang
Tengah seluas 6,14 km2, Semarang Utara seluas 10,97 km2, Semarang Timur seluas 7,70 km2,
Semarang Selatan seluas 5,93 km2, Semarang Barat seluas 21,74 km2, Gayamsari seluas 6,18 km2,
Pedurungan seluas 20,72 km2, Genuk seluas 27,39 km2, Gajahmungkur seluas 9,07 km2, Candisari
seluas 6,54 km2, Banyumanik seluas 25,69 km2, Tembalang seluas 44,20 km2, Gunungpati seluas
54,11 km2, Ngaliyan seluas 37,99 km2, Mijen seluas 57,55 km2, dan Tugu seluas 31,78 km2.
Secara geografis, Kota Semarang memiliki posisi astronomi di antara garis 6o5 ’ – 7o
’ Li ta g “elata da garis 109o 35’ – 110o5 ’ Bujur Ti ur. Kota “e ara g e iliki posisi geostrategis karena berada pada jalur lalu lintas ekonomi pulau Jawa, dan merupakan koridor pembangunan Jawa Tengah yang terdiri dari empat simpul pintu gerbang yakni koridor pantai Utara; koridor Selatan ke arah kota-kota dinamis seperti Kabupaten Magelang, Surakarta yang dikenal dengan koridor Merapi-Merbabu, koridor Timur ke arah Kabupaten Demak/Grobogan; dan Barat menuju Kabupaten Kendal.
Dalam perkembangan dan pertumbuhan Jawa Tengah, Semarang sangat berperan terutama dengan adanya pelabuhan, jaringan transport darat (jalur kereta api dan jalan) serta transport udara yang merupakan potensi bagi simpul transportasi Regional Jawa Tengah dan Kota Transit Regional Jawa Tengah. Posisi lain yang tak kalah pentingnya adalah kekuatan hubungan
dengan luar Jawa, secara langsung sebagai pusat wilayah nasional bagian tengah.
Secara topografis Kota Semarang terdiri dari daerah perbukitan, dataran rendah dan daerah pantai, dengan demikian topografi Kota Semarang menunjukkan adanya berbagai kemiringan dan tonjolan. Daerah pantai 65,22% wilayahnya adalah dataran dengan kemiringan 25% dan 37,78 % merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan 15-40%. Kondisi lereng tanah Kota Semarang dibagi menjadi 4 jenis kelerengan yaitu Lereng I (0-2%) meliputi Kecamatan Genuk, Pedurungan, Gayamsari, Semarang Timur, Semarang Utara dan Tugu, serta sebagian wilayah Kecamatan Tembalang, Banyumanik dan Mijen. Lereng II (2-5%) meliputi Kecamatan Semarang Barat, Semarang Selatan, Candisari, Gajahmungkur, Gunungpati dan Ngaliyan. Lereng III (15-40%)
(17)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012
II-2
meliputi wilayah di sekitar Kaligarang dan Kali Kreo (Kecamatan Gunungpati), sebagian wilayah kecamatan Mijen (daerah Wonoplumbon) dan sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik, serta Kecamatan Candisari. Sedangkan lereng IV (> 50%) meliputi sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik (sebelah tenggara), dan sebagian wilayah Kecamatan Gunungpati, terutama disekitar Kali Garang dan Kali Kripik. Kota Bawah yang sebagian besar tanahnya terdiri dari pasir dan lempung. Pemanfaatan lahan lebih banyak digunakan untuk jalan, permukiman atau perumahan, bangunan, halaman, kawasan industri, tambak, empang dan persawahan. Kota Bawah sebagai pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan, perindustrian, pendidikan dan kebudayaan, angkutan atau transportasi dan perikanan. Berbeda dengan daerah perbukitan atau Kota Atas yang struktur geologinya sebagian besar terdiri dari batuan beku. Wilayah Kota Semarang berada pada ketinggian antara 0 sampai dengan 348,00 meter dpl (di atas permukaan air laut). Secara topografi terdiri atas daerah pantai, dataran rendah dan perbukitan, sehingga memiliki wilayah yang disebut sebagai kota bawah dan kota atas. Pada daerah perbukitan mempunyai ketinggian 90,56 - 348 mdpl yang diwakili oleh titik tinggi yang berlokasi di Jatingaleh dan Gombel, Semarang Selatan, Tugu, Mijen, dan Gunungpati, dan di dataran rendah mempunyai ketinggian 0,75 mdpl. Kota bawah merupakan pantai dan dataran rendah yang memiliki kemiringan antara 0% sampai 5%, sedangkan dibagian Selatan merupakan daerah dataran tinggi dengan kemiringan bervariasi antara 5%-40%.
Kota Semarang sangat dipengaruhi oleh keadaan alamnya yang membentuk suatu kota yang mempunyai ciri khas yaitu terdiri dari daerah perbukitan, dataran rendah dan daerah pantai. Dengan demikian topografi Kota Semarang menunjukkan adanya berbagai kemiringan tanah
berkisar antara 0% - 40% (curam) dan ketinggian antara 0,75 – 348,00 mdpl.
Kondisi Geologi, Kota Semarang berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang - Semarang (RE. Thaden, dkk; 1996), susunan stratigrafinya adalah sebagai berikut Aluvium (Qa), Batuan Gunungapi Gajahmungkur (Qhg), Batuan Gunungapi Kaligesik (Qpk), Formasi Jongkong (Qpj), Formasi Damar (QTd), Formasi Kaligetas (Qpkg), Formasi Kalibeng (Tmkl), Formasi Kerek (Tmk). Pada dataran rendah berupa endapan aluvial sungai, endapan fasies dataran delta dan endapan fasies pasang-surut. Endapan tersebut terdiri dari selang-seling antara lapisan pasir, pasir lanauan dan lempung lunak, dengan sisipan lensa-lensa kerikil dan pasir vulkanik. Sedangkan daerah perbukitan sebagian besar memiliki struktur geologi berupa batuan beku.
Berdasarkan struktur geologi yang ada di Kota Semarang terdiri atas tiga bagian yaitu struktur joint (kekar), patahan (fault), dan lipatan. Daerah patahan tanah bersifat erosif dan mempunyai porositas tinggi, struktur lapisan batuan yang diskontinyu (tak teratur), heterogen, sehingga mudah bergerak atau longsor. Pada daerah sekitar aliran Kali Garang merupakan patahan Kali Garang, yang membujur arah utara sampai selatan, di sepanjang Kaligarang yang berbatasan dengan Bukit Gombel. Patahan ini bermula dari Ondorante, ke arah utara hingga Bendan Duwur. Patahan ini merupakan patahan geser, yang memotong formasi Notopuro, ditandai adanya zona sesar, tebing terjal di Ondorante, dan pelurusan Kali Garang serta beberapa
(18)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012
II-3
mata air di Bendan Duwur. Daerah patahan lainnya adalah Meteseh, Perumahan Bukit Kencana Jaya, dengan arah patahan melintas dari utara ke selatan.
Sedangkan wilayah Kota Semarang yang berupa dataran rendah memiliki jenis tanah berupa struktur pelapukan, endapan, dan lanau yang dalam. Jenis Tanah di Kota Semarang meliputi kelompok mediteran coklat tua, latosol coklat tua kemerahan, asosiasi alluvial kelabu, Alluvial Hidromorf, Grumosol Kelabu Tua, Latosol Coklat dan Komplek Regosol Kelabu Tua. Kurang lebih sebesar 25% wilayah Kota Semarang memiliki jenis tanah mediteranian coklat tua. Sedangkan kurang lebih 30% lainnya memiliki jenis tanah latosol coklat tua. Jenis tanah lain yang ada di wilayah Kota Semarang memiliki geologi jenis tanah asosiasi kelabu dan alluvial coklat kelabu dengan luas keseluruhan kurang lebih 22% dari seluruh luas Kota Semarang. Sisanya merupakan jenis tanah alluvial hidromorf dan grumosol kelabu tua.
Kondisi Hidrologi potensi air di Kota Semarang bersumber pada sungai - sungai yang mengalir di Kota Semarang antara lain Kali Garang, Kali Pengkol, Kali Kreo, Kali Banjirkanal Timur, Kali Babon, Kali Sringin, Kali Kripik, Kali Dungadem dan lain sebagainya. Kali Garang yang bermata air di gunung Ungaran, alur sungainya memanjang ke arah Utara hingga mencapai Pegandan tepatnya di Tugu Soeharto, bertemu dengan aliran Kali Kreo dan Kali Kripik. Kali Garang sebagai sungai utama pembentuk kota bawah yang mengalir membelah lembah-lembah Gunung Ungaran mengikuti alur yang berbelok-belok dengan aliran yang cukup deras. Setelah diadakan pengukuran debit Kali Garang mempunyai debit 53,0 % dari debit total dan kali Kreo 34,7 % selanjutnya Kali Kripik 12,3 %. Oleh karena Kali Garang memberikan airnya yang cukup dominan bagi Kota Semarang, maka langkah-langkah untuk menjaga kelestariannya juga terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air minum warga Kota Semarang.
Air Tanah Bebas ini merupakan air tanah yang terdapat pada lapisan pembawa air (aquifer) dan tidak tertutup oleh lapisan kedap air. Permukaan air tanah bebas ini sangat dipengaruhi oleh musim dan keadaan lingkungan sekitarnya. Penduduk Kota Semarang yang berada di dataran rendah, banyak memanfaatkan air tanah ini dengan membuat sumur-sumur gali (dangkal) dengan kedalaman rata-rata 3 - 18 m. Sedangkan untuk peduduk di dataran tinggi hanya dapat memanfaatkan sumur gali pada musim penghujan dengan kedalaman berkisar antara 20 - 40 m.
Air Tanah Tertekan adalah air yang terkandung di dalam suatu lapisan pembawa air yang berada diantara 2 lapisan batuan kedap air sehingga hampir tetap debitnya disamping kualitasnya juga memenuhi syarat sebagai air bersih. Debit air ini sedikit sekali dipengaruhi oleh
musim dan keadaan di sekelilingnya. Untuk daerah Semarang bawah lapisan aquifer di dapat dari
endapan alluvial dan delta sungai Garang. Kedalaman lapisan aquifer ini berkisar antara 50 - 90 meter, terletak di ujung Timur laut Kota dan pada mulut sungai Garang lama yang terletak di
pertemuan antara lembah sungai Garang dengan dataran pantai. Kelompok aquifer delta Garang
ini disebut pula kelompok aquifer utama karena merupakan sumber air tanah yang potensial dan
bersifat tawar. Untuk daerah Semarang yang berbatasan dengan kaki perbukitan air tanah artois ini terletak pada endapan pasir dan konglomerat formasi damar yang mulai diketemukan pada
(19)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012
II-4
kedalaman antara 50 - 90 m. Pada daerah perbukitan kondisi artosis masih mungkin ditemukan,
karena adanya formasi damar yang permeable dan sering mengandung sisipan-sisipan batuan
lanau atau batu lempung.
Secara Klimatologi, Kota Semarang seperti kondisi umum di Indonesia, mempunyai iklim tropik basah yang dipengaruhi oleh angin monsun barat dan muson timur. Dari bulan November hingga Mei, angin bertiup dari arah Utara Barat Laut (NW) menciptakan musim hujan dengan membawa banyak uap air dan hujan. Sifat periode ini adalah curah hujan sering dan berat, kelembaban relatif tinggi dan mendung. Lebih dari 80% dari curah hujan tahunan turun di periode ini. Dari Juni hingga Oktober angin bertiup dari Selatan Tenggara (SE) menciptakan musim kemarau, karena membawa sedikit uap air. Sifat periode ini adalah sedikit jumlah curah hujan, kelembaban lebih rendah, dan jarang mendung.
Curah hujan di Kota Semarang mempunyai sebaran yang tidak merata sepanjang tahun, dengan total curah hujan rata-rata 9.891 mm per tahun. Ini menunjukkan curah hujan khas pola di Indonesia, khususnya di Jawa, yang mengikuti pola angin muson SENW yang umum. Suhu minimum rata-rata yang diukur di Stasiun Klimatologi Semarang berubah-ubah dari 21,1 °C pada September ke 24,6 °C pada bulan Mei, dan suhu maksimum rata-rata berubah-ubah dari 29,9 °C ke 32,9 °C. Kelembaban relatif bulanan rata-rata berubah-ubah dari minimum 61% pada bulan September ke maksimum 83% pada bulan Januari. Kecepatan angin bulanan rata-rata di Stasiun Klimatologi Semarang berubah-ubah dari 215 km/hari pada bulan Agustus sampai 286 km/hari pada bulan Januari. Lamanya sinar matahari, yang menunjukkan rasio sebenarnya sampai lamanya sinar matahari maksimum hari, bervariasi dari 46% pada bulan Desember sampai 98% pada bulan Agustus.
Penggunaan lahan di Kota Semarang meliputi penggunaan lahan sawah, lahan non sawah dan lahan kering. Penggunaan lahan sawah terdiri dari irigasi teknis (198 Km2), setengah teknis (530 Km2), irigasi sederhana/irigasi desa/non PU (45 Km2), tadah hujan (2,031 Km2), dan yang tidak diusahakan (267 Km2). Penggunaan lahan sawah dan lahan non sawah meliputi lahan pekarangan (38%), ladang (21%), tegalan (14%), lainnya (11%), perkebunan (5%), tambak dan kayu-kayuan (4%), padang rumput (2%), tidak diusahakan (1%).
(20)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012
II-5
Grafik 2.1
Persentase Penggunaan Lahan Sawah dan Non Sawah di Kota Semarang Tahun 2010
Sedangkan lahan kering meliputi pekarangan dan bangunan (42%), padang gembala (5%), tambak/rawa, tegalan dan kebun (27%), tambak/kolam, lainnya/tanah kering (26%)
Grafik 2.2
Persentase Lahan Kering Kota Semarang Tahun 2010
Potensi pengembangan wilayah , Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah, dapat diidentifikasi wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya seperti perikanan, pertanian, pariwasata, industri, pertambangan dan lain-lain dengan berpedoman pada rencana tata ruang wilayah.
(21)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012
II-6
1. Rencana Kawasan Perdagangan dan Jasa
Kawasan Perdagangan dan Jasa, merupakan kawasan yang dominasi pemanfaatan
ruangnya untuk kegiatan komersial perdagangan dan jasa pelayanan.
Pembangunan fasilitas perdagangan dan jasa dilakukan dalam rangka mewujudkan Kota Semarang sebagai sentra perdagangan dan jasa dalam skala regional dan nasional.
Kawasan perdagangan dan jasa ditetapkan tersebar pada setiap Bagian wilayah Kota (BWK) terutama di pusat-pusat BWK sehingga dapat mengurangi kepadatan dan beban pelayanan di pusat kota.
Arahan pemanfaatan ruang kawasan perdagangan dan jasa adalah sebagai berikut:
a. Pusat kawasan perdagangan dan jasa dengan lingkup pelayanan skala regional, nasional maupun internasional, berada di kawasan Peterongan, Tawang dan Siliwangi;
b. Kawasan perdagangan dan jasa khusus, yaitu kawasan perdagangan dan jasa dengan perlakuan dan komoditas khusus.
Kawasan perdagangan dan jasa dengan perlakuan khusus adalah kawasan Pasar Johar. Kawasan pasar Johar merupakan pasar tradisional skala pelayanan regional yang terletak di pusat kota, selain itu Pasar Johar merupakan bagian dari ikon Kota Semarang.
Kawasan perdagangan dan jasa dengan komoditas khusus adalah Pasar Agro yang direncanakan di BWK V. Pasar agro ini digunakan untuk memasarkan produk-produk pertanian yang ada di Kota Semarang dan daerah-daerah yang ada di sekitarnya. Pasar agro ini dirancang untuk memiliki skala pelayanan regional, sehingga diperlukan dukungan jalan sekurang-kurang kolektor sekunder.
c. Kawasan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan sebagian wilayah kota sampai dengan kota tersebar pada setiap pusat BWK dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung ruang serta lingkup pelayanannya;
d. Kawasan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan lingkungan dapat berlokasi dimanapun sepanjang memiliki dukungan akses jalan sekurang-kurangnya jalan lokal sekunder.
e. Kawasan perdagangan dan jasa direncanakan secara terpadu dengan kawasan sekitarnya dan harus memperhatikan kepentingan semua pelaku sektor perdagangan dan jasa termasuk pedagang informal atau pedagang sejenis lainnya;
f. Pada pembangunan fasilitas perdagangan berupa kawasan perdagangan terpadu, pelaksana pembangunan/ pengembang wajib menyediakan prasarana lingkungan, utilitas umum, area untuk pedagang informal dan fasilitas sosial dengan dengan proporsi 40% (empat puluh persen) dari keseluruhan luas lahan dan selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah Daerah;
g. Pembangunan fasilitas perdagangan dan jasa harus memperhatikan kebutuhan luas lahan, jenis-jenis ruang dan fasilitas pelayanan publik yang harus tersedia, kemudahan pencapaian dan kelancaran sirkulasi lalu lintas dari dan menuju lokasi.
(22)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012
II-7
2. Rencana Kawasan Permukiman, Perdagangan dan Jasa
Potensi pergeseran peruntukan non komersial ke arah komersial ini harus diantisipasi
dalam kebijakan penataan ruang wilayah Kota Semarang. Hal ini bertujuan untuk mengarahkan perkembangan yang ada agar konflik antar kegiatan kawasan, antar pelaku kegiatan, dan antar jenis kegiatan ekonomi tidak terjadi.
Arahan pemanfaatan ruang kawasan permukiman, perdagangan dan jasa adalah sebagai berikut:
a. Pengembangan Fungsi Rencana Kawasan Permukiman, Perdagangan dan Jasa dilakukan di
kawasan pusat kota (Central Bussiness Distric/CBD) Peterongan – Tawang – Siliwangi;
b. Pengembangan jenis kegatan ini di kawasan Peterongan – Tawang – Siliwangi bertujuan
untuk mendukung terwujudnya kawasan Peterongan – Tawang – Siliwangi sebagai
kawasan perdagangan dan jasa skala pelayanan regional/ nasional/ internasional;
c. Pengembangan kawasan permukiman, perdagangan dan jasa di kawasan Peterongan –
Tawang – Siliwangi tetap mempertahankan Kampung Heritage sebagai kawasan
permukiman dan pariwisata;
d. Pengembangan kegiatan permukiman di kawasan ini dilakukan secara vertikal dengan pola
rumah susun/ apartemen/ kondominium.
3. Rencana Kawasan Pendidikan
Dalam hal pendidikan, Kota Semarang diharapkan dapat berperan sebagai pusat
pendidikan khususnya pendidikan tinggi di wilayah Jawa Tengah. Mempertimbangkan hal tersebut, maka rencana pengembangan kawasan pendidikan tinggi di Kota Semarang dilakukan sebagai berikut :
a. Mengarahkan pengembangan pendidikan tinggi/akademi dengan skala regional nasional yang berada di kawasan Tembalang, Pedurungan, Sekaran, dan Mijen. Pengembangan fasilitas pendidikan tinggi skala pelayanan regional/ nasional perlu didukung dengan penyediaan infrastruktur dan fasilitas pendukung yang memadai.
b. Kawasan Pendidikan Bendan perlu ada pembatasan pengembangan karena kondisi fisiknya yang rawan bencana alam dan kegiatan pendidikannya yang kurang berkembang. Kawasan ini akan dialihkan sebagai kawasan jasa pelayanan untuk penginapan, rapat, pertemuan, seminar, dan sebagainya.
c. Pembangunan fasilitas pendidikan menengah dan pendidikan tinggi di pusat kota diarahkan pada lokasi atau kawasan atau ruas jalan yang memadai serta tidak menimbulkan gangguan pada lingkungan.
d. Pembangunan fasilitas pendidikan ditepi ruas jalan utama harus mempertimbangkan kelancaran pergerakan pada ruas jalan tersebut.
(23)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012
II-8
e. Untuk pendidikan dasar dan menengah diarahkan sebagai fasilitas pelayanan lokal, jadi fasilitas ini akan dikembangkan disetiap BWK sebagai bagian dari fasilitas lingkungan dan bagian wilayah kota.
4. Rencana Kawasan Pemerintahan dan Perkantoran.
Kawasan Pemerintahan, merupakan kawasan yang dominasi pemanfaatan ruangnya untuk penyelenggaraan kegiatan Pemerintahan, baik Pemerintah Pusat, regional Provinsi, maupun Pemerintah kota.
Rencana kawasan pemerintahan dan perkantoran dalam RTRW Kota Semarang ini adalah : a. Kawasan perkantoran Pemerintah Provinsi
Kawasan perkantoran utama Pemerintah Provinsi direncanakan berada di Jalan Pahlawan dan Jalan Madukoro. Lokasi pengembangan kantor Pemerintah Provinsi dapat dilakukan dilokasi lain dengan tetap mempertimbangkan kemudahan jangkauan pelayanan bagi pengguna dan masyarakat Provinsi Jawa Tengah.
b. Kawasan perkantoran Pemerintah Kota Semarang
Kawasan Pemerintah Kota Semarang direncanakan di Jalan Pemuda dan Jalan Soekarno-Hatta (di dekat kawasan kawasan Masjid Agung Jawa Tengah). Kawasan perkantoran yang ada di Jalan Pemuda direncanakan untuk Kantor Walikota dan DPRD Kota Semarang, kawasan ini sekaligus berfungsi sebagai balaikota (city hall). Sedangkan kawasan perkantoran Pemerintah Kota Semarang yang ada di Jalan Soekarno-Hatta diperuntukkan untuk pelayanan pemerintahan.
c. Kawasan Perkantoran Swasta
Kawasan perkantoran menengah dan besar diarahkan pada kawasan perdagangan dan jasa, sedangkan kawasan perkantoran kecil lokasinya dapat di kawasan permukiman dengan memperhatikan akses pelayanan.
Arahan pemanfaatan ruang untuk kawasan perkantoran ini adalah ;
a. Kawasan pekantoran yang harus memiliki ruang parkir yang mampu menampung jumlah kendaraan bagi karyawan atau pihak-pihak yang aktivitasnya terkait dengan kegiatan yang ada di kawasan perkantoran.
b. Untuk kawasan balaikota atau Kantor Walikota dan DPRD Kota Semarang dan Kantor Gubernur dan DPRD Provinsi Jawa Tengah harus memiliki ruang terbuka publik yang dapat digunakan bagi masyarakat untuk berkumpul, menyampaikan aspirasi, dan berinteraksi sosial.
c. Kegiatan perkantoran swasta pengembangannya direncanakan sebagai berikut:
1) Kegiatan perkantoran swasta yang memiliki karyawan sampai dengan 20 orang dapat berlokasi dikawasan permukiman atau kawasan lainnya dengan memperhatikan akses pelayanan.
(24)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012
II-9
2) Kegiatan perkantoran yang memiliki jumlah tenaga kerja antara 20-50 orang diarahkan pada kawasan perdagangan dan jasa yang sekurang-kurangnya dilayani jalan lokal sekunder.
3) Kegiatan perkantoran yang memiliki jumlah tenaga kerja lebih dari diatas 50 orang diarahkan pada kawasan perdagangan dan jasa dengan pelayanan jalan sekurang-kurangnya kolektor sekunder.
5. Rencana Kawasan Industri
Kawasan Industri, merupakan kawasan yang dominasi pemanfaatan ruangnya untuk
kegiatan-kegiatan di bidang industri seperti pabrik dan pergudangan.
Dalam RTRW Kota Semarang 2010-2030 pengembangan kawasan industri lebih dibatasi, hal ini sesuai dengan visi Kota Semarang yang akan lebih mengedepankan pengembangan sektor tersier (perdagangan dan jasa) sebagai penopang utama perekonomian kota. Kawasan industri direncanakan di BWK III (Kawasan industri dan pergudangan Tanjung Emas), BWK IV (Genuk), BWK X (Kawasan Industri Tugu dan Mijen). Kegiatan industri diprioritaskan untuk pengembangan industri modern dengan kadar polusi rendah.
Rencana sebaran industri Kota Semarang adalah sebagai berikut;
a. Kawasan Industri Genuk
Kawasan ini direncanakan untuk yang berskala besar, menengah, dan kecil. Areal yang direncanakan adalah seluas ± 1000 ha. Pertimbangan bahwa kawasan ini dapat dikembangkan karena didukung oleh letak yang berdekatan dengan pelabuhan laut, pergudangan dan pusat perdagangan. Selain dilalui jalan raya penghubung Jakarta-Surabaya yang merupakan jalur radial Kota Semarang, kawasan ini juga dekat dengan wilayah tenaga kerja (Genuk dan Sayung) dan arah angin tidak menuju ke pusat kota. b. Kawasan Industri Tugu
Direncanakan sebagai Kawasan Industrial Estate, dengan areal seluas ± 795,09 ha. Penetapan kawasan ini sebagai Industrial Estate didukung oleh kedekatannya dengan wilayah tenaga kerja dan areal promosi (PRPP). Selain itu kondisi tanahnya lebih matang daripada Genuk.
c. Kawasan Industri Candi
Direncanakan sebagai Kawasan Industrial Estate seluas ± 912,04 ha. Penetapan kawasan ini didukung oleh kedekatannya dengan wilayah tenaga kerja dan areal promosi Jawa Tengah, Pelabuhan, dan Jalan arteri (termasuk jalan Tol).
d. Kawasan industri dan Pergudangan Tanjung Emas
Direncanakan sebagai Kawasan Industrial Estate beserta pergudangan yang sangat dekat
(25)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012
II-10
e. Kawasan Industri Mijen
Direncanakan sebagai satu kesatuan dengan pengembangan Kota Baru Mijen yaitu areal seluas ± 75 ha, jenis industri yang akan dikembangkan adalah industri nonpolutif (rendah polusi baik polusi udara, polusi air, maupun polusi tanah) dan industri berteknologi tinggi. Kawasan ini perlu didukung akses langsung ke Pelabuhan Laut Tanjung Emas, sebagai pintu keluar pemasaran produk industri dengan tujuan pasar internasional dan jaringan jalan yang memiliki akses tinggi, yang berfungsi sebagai arteri primer.
f. Kawasan Industri Pedurungan
Kawasan industri ini tidak dikembangkan menjadi kawasan industri yang besar, hanya memanfaatkan potensi strategis Jalan Majapahit dan aglomerasi dengan sebaran yang ada di Mranggen. Luas kawasan industri di Pedurungan 57,63 Ha.
Arahan pemanfaatan ruang kawasan industri adalah :
a. Pembangunan Kawasan Industri dilakukan secara terpadu dengan lingkungan sekitarnya dengan memperhatikan radius / jarak dan tingkat pencemaran yang dapat ditimbulkan serta upaya-upaya pencegahan pencemaran terhadap kawasan di sekitarnya;
b. Pada pembangunan industri berupa industri/pergudangan estate, perusahaan pembangunan industri wajib menyiapkan prasarana lingkungan, utilitas umum, bangunan perumahan untuk pekerja dan fasilitas sosial dengan proporsi 40% (empat puluh persen) dari keseluruhan luas lahan dan selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah Daerah; c. Pembangunan industri harus memperhatikan kebutuhan luas lahan, jenis-jenis ruang dan
fasilitas pelayanan publik yang harus tersedia (parkir, ruang terbuka hijau, ruang pedagang kaki lima, pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran), kemudahan pencapaian dan kelancaran sirkulasi lalu lintas dari dan menuju lokasi;
d. Pembangunan dan pelaksanaan kegiatan industri harus disertai dengan upaya-upaya terpadu dalam mencegah dan mengatasi terjadinya pencemaran lingkungan mulai dari penyusunan AMDAL, Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (UKL dan UPL), Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL), penyediaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), dan disertai dengan pengawasan oleh Pemerintah Daerah secara intensif terhadap kegiatan industri yang dilaksanakan.
e. Dalam setiap unit kegiatan industri, pengusaha harus menyediakan lahan dikavling industrinya untuk penghijauan sebagai filter udara dan peneduh;
f. Lokasi-lokasi industri terpisah (individual) yang masih berada di luar kawasan industri dan terindikasi atau berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan akan direlokasi secara bertahap ke kawasan-kawasan yang direncanakan sebagai kawasan industri, sedangkan lokasi Industri kecil dan Rumah tangga dapat berada di kawasan perumahan sejauh tidak mengganggu fungsi lingkungan hunian.
(26)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012
II-11
6. Rencana Kawasan Olah raga
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan lapangan olahraga, maka selain lapangan olahraga yang resmi dan dikelola oleh Pemerintah, diperlukan areal terbuka, yang dapat difungsikan sebagai lapangan olah raga yang ada di lingkungan masyarakat.
Lapangan olah raga yang ada di Kota Semarang antara lain stadion olahraga GOR Jatidiri di Kecamatan Gajahmungkur yang berskala regional/nasional, stadion yang berskala kota Stadion Citarum dan Stadion Diponegoro.
7. Rencana Kawasan Wisata / Rekreasi
Kawasan Wisata, merupakan kawasan yang dominasi pemanfaatan ruangnya untuk
kegiatan wisata dan rekreasi. Sesuai dengan potensi yang dimiliki, fasilitas rekreasi Kota Semarang direncanakan meliputi:
a. wisata bahari/pantai ditetapkan pada BWK III (Kawasan Marina) dan BWK X (direncanakan di kawasan pantai di Kecamatan Tugu) dimana pembangunannya harus tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan ekosistem di wilayah pantai/pesisir;
b. wisata satwa berada pada di BWK X, yaitu di Kawasan Kebun Binatang yang ditekankan pada upaya pelestarian satwa dan lingkungan alam di dalamnya;
c. wisata pertanian (agrowisata) berada pada BWK VI (Kecamatan tembalang), BWK VIII (Kecamatan Gunungpati), dan BWK IX (Kecamatan Mijen) juga berfungsi sebagai pusat penelitian dan pengembangan pertanian perkotaan dan budidaya pertanian.
d. Lokasi yang ditetapkan dan rencana pengembangan kawasan wisata Religi dan Religi:
BWK III : Kawasan Gereja Blenduk dan Kuil Sam Po Kong
BWK V : Kawasan Masjid Agung Jawa Tengah
BWK VII : Kawasan Vihara Watugong
e. Wisata alam dan cagar budaya berada di
BWK I : Kampung Pecinan dan Kampung Melayu
BWK III : Museum Ronggowarsito, kawasan Maerokoco, kawasan Kota Lama
Semarang
BWK VII : Kawasan Hutan Wisata Tinjomoyo
BWK VIII : Gua Kreo, Waduk Jatibarang, Lembah Sungai Garang.
BWK X : Taman lele
f. Wisata belanja dikembangkan di Kawasan Johar, Simpang Lima dan koridor Jalan
Pandanaran.
g. Wisata Mainan Anak berada di Wonderia (BWK II) , WaterPark (BWK IX dan BWK III)
Pengembangan kawasan wisata ini direncanakan untuk dapat mendukung fungsi kota Semarang sebagai Kawasan Perkotaan dengan skala regional/ nasional/ internasional.
(27)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012
II-12
8. Rencana Kawasan Perumahan dan Permukiman
Kawasan Perumahan dan permukiman, adalah kawasan yang pemanfaatannya untuk perumahan dan permukiman, serta berfungsi sebagai tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Kawasan ini terdiri dari kawasan perumahan yang dibangun oleh penduduk sendiri dibangun oleh perusahaan pembangunan perumahan dan dibangun oleh pemerintah.
Arahan pembangunan dan pemanfaatan kawasan perumahan dan permukiman ditetapkan sebagai berikut :
a. pembangunan perumahan dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan tempat tinggal
yang layak bagi masyarakat dan/atau untuk pemukiman kembali (resettlement) sebagai
akibat dari pembangunan prasarana dan sarana kota.
b. pembangunan perumahan dilakukan dengan pengembangan perumahan yang sudah ada maupun pembangunan perumahan baru;
c. pembangunan perumahan baru dilakukan secara intensif (vertikal dan horisontal) dengan pemanfaatan lahan secara optimal pada kawasan-kawasan di luar kawasan lindung dengan fungsi kegiatan perumahan permukiman;
d. pembangunan perumahan baru dilakukan di masing-masing BWK dengan ketentuan sebagai berikut :
- Pengembangan perumahan dengan bangunan vertikal (rumah susun/ apartemen) dilakukan di kawasan pusat kota (BWK I, BWK II, dan BWK III)
- Pengembangan perumahan dengan kepadatan sedang sampai dengan tinggi di BWK IV, V, VI, VII, dan X.
- Perumahan pada BWK VIII, dan IX direncanakan dengan kepadatan rendah sampai sedang.
e. Pada pembangunan perumahan, pelaksana pembangunan perumahan/ pengembang wajib menyediakan prasarana lingkungan, utilitas umum, dan fasilitas sosial dengan proporsi 40% (empat puluh persen) dari keseluruhan luas lahan perumahan, dan selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah Daerah;
f. Pembangunan perumahan secara intensif vertikal dilakukan dengan pembangunan rumah susun baik pada kawasan perumahan baru maupun kawasan padat hunian yang dilakukan secara terpadu dengan lingkungan sekitarnya;
g. Pengembangan lokasi perumahan lama dan perkampungan kota ditekankan pada peningkatan kualitas lingkungan, dan pembenahan prasarana dan sarana perumahan; h. Pembangunan perumahan lama/ perkampungan dilakukan secara terpadu baik fisik
maupun sosial ekonomi masyarakat melalui program pembenahan lingkungan, peremajaan kawasan maupun perbaikan kampung.
(28)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012
II-13
9. Rencana Kawasan Pemakaman Umum
Pembangunan Tempat Pemakaman Umum dilakukan dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan memenuhi kebutuhan tempat pemakaman umum di Kota Semarang. Kawasan Tempat Pemakaman Umum dapat menjadi bagian dari Ruang Terbuka Hijau yang pelaksanaan pembangunannya dilakukan sebagai berikut :
a. pembangunan Tempat Pemakaman Umum dilakukan dengan pengembangan makam-makam yang telah ada maupun pembangunan makam-makam baru, dan didukung dengan penyediaan prasarana dan sarana permakaman;
b. pembangunan Tempat Pemakaman Umum skala kota berada di Bergota yang termasuk di BWK I dan Pemakaman di Kecamatan Gayamsari yang termasuk di BWK V;
c. pada skala lingkungan pembangunan tempat pemakaman umum dilakukan dengan pembangunan makam baru pada lahan fasilitas umum atau dengan optimalisasi dan pengembangan lahan makam yang telah ada sesuai dengan kapasitas, kebutuhan, dan lingkup pelayanannya;
d. untuk mendukung penyediaan tempat pemakaman umum setiap perusahaan pembangunan perumahan yang melaksanakan pembangunan perumahan, diwajibkan menyediakan lahan pemakaman umum seluas 2% (dua persen) dari keseluruhan luas lahan;
e. penyediaan tempat pemakaman umum dapat dilakukan dengan penyediaan lahan pemakaman di sekitar lokasi pembangunan atau berpartisipasi dengan menyerahkan uang yang akan digunakan untuk pengembangan makam Kepada Pemerintah Kota Semarang senilai harga tanah seluas 2% (dua persen) dari keseluruhan luas lahan.
10. Rencana Kawasan Khusus
Kawasan Khusus, merupakan kawasan dengan kondisi dan karakteristik yang bersifat
khusus karena jenis kegiatan yang diwadahi memiliki kondisi dan perlakuan tertentu. Dalam Kebijakan penataan ruang Kota Semarang, kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan khusus adalah kawasan militer dan kawasan pelabuhan.
Kawasan militer berada di BWK III (Kawasan Bandara Militer A Yani) dan BWK VII (Kawasan Kodam). Kawasan Pelabuhan berada di wilayah BWK III yaitu di Kawasan Pelabuhan Laut Tanjung Emas.
Pelaksanaan pembangunan di kawasan khusus harus tetap memperhatikan keterpaduan dengan lingkungan sekitarnya.
11. Rencana Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH)
Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) adalah adalah ruang terbuka di bagian wilayah
perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori Ruang Terbuka Hijau (RTH), berupa lahan yang diperkeras atau yang berupa badan air, maupun kondisi permukaan tertentu yang tidak dapat ditumbuhi tanaman atau berpori.
(29)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012
II-14
Rawan Bencana, Kota Semarang dengan karakteristik wilayah tersebut berpotensi terhadap terjadinya bencana alam dengan dominasi bencana banjir, rob dan tanah longsor. Bila ditelaah lebih jauh, ketiga macam bencana di Semarang ini saling terkait, dengan sebab baik karena kondisi awal alamnya maupun karena dampak pembangunan.
Banjir sering terjadi di sekitar aliran sungai dan di bagian utara kota yang morfologinya
berupa dataran pantai. Kawasan potensi bencana banjir secara umum diklasifikasikan menjadi: 1. Kawasan Pesisir/ Pantai merupakan salah satu kawasan rawan banjir karena kawasan
tersebut merupakan dataran rendah dimana ketinggian muka tanahnya lebih rendah atau
sama dengan ketinggian muka air laut pasang rata-rata (Mean Sea Level, MSL), dan menjadi
tempat bermuaranya sungai-sungai. Di samping itu, kawasan pesisir/pantai dapat menerima dampak dari gelombang pasang yang tinggi, sebagai akibat dari badai angin topan atau gempa yang menyebabkan tsunami.
2. Kawasan Dataran Banjir (Flood Plain Area) adalah daerah dataran rendah di kiri dan kanan
alur sungai, yang kemiringan muka tanahnya sangat landai dan relatif datar.
Aliran air dari kawasan tersebut menuju sungai sangat lambat, yang mengakibatkan
potensi banjir menjadi lebih besar, baik oleh luapan air sungai maupun karena hujan lokal. Kawasan ini umumnya terbentuk dari endapan sedimen yang sangat subur, dan terdapat di bagian hilir sungai. Seringkali kawasan ini merupakan daerah pengembangan kota, seperti permukiman, pusat kegiatan ekonomi, perdagangan, industri dan lain sebagainya.
Kawasan ini bila dilalui oleh sungai yang mempunyai Daerah Aliran Sungai (DAS) cukup besar, seperti Kali Garang/ Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur di Kota Semarang, memiliki potensi bencana banjir yang cukup besar juga, karena debit banjir yang cukup besar yang dapat terbawa oleh sungai tersebut. Potensi bencana banjir akan lebih besar lagi apabila terjadi hujan cukup besar di daerah hulu dan hujan lokal di daerah tersebut, disertai pasang air laut.
3. Kawasan Sempadan Sungai merupakan daerah rawan bencana banjir yang disebabkan pola
pemanfaatan ruang budidaya untuk hunian dan kegiatan tertentu.
4. Kawasan Cekungan merupakan daerah yang relatif cukup luas baik di daerah dataran rendah
maupun dataran tinggi (hulu sungai) dapat menjadi daerah rawan bencana banjir. Pengelolaan bantaran sungai harus benar-benar dibudidayakan secara optimal, sehingga bencana dan masalah banjir dapat dihindarkan.
Potensi banjir di Kota Semarang sebagian besar berada di daerah pesisir/pantai dan daerah sempadan sungai, berdasarkan aspek penyebabnya, jenis banjir yang ada dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu: banjir limpasan sungai/banjir kiriman; banjir lokal; dan banjir pasang (rob).
(30)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012
II-15
Banjir pasang (rob) terjadi karena pasang air laut yang relatif lebih tinggi daripada ketinggian permukaan tanah di suatu kawasan. Biasanya terjadi pada kawasan di sekitar pantai. Penurunan tanah disebabkan empat hal, yaitu eksploitasi air tanah berlebihan, proses pemampatan lapisan sedimen (yang terdiri dari batuan muda) ditambah pembebanan tinggi oleh bangunan di atasnya serta pengaruh gaya tektonik. Dampak penurunan tanah dapat dilihat adanya luasan genangan rob yang semakin besar.
Selain banjir, bencana yang berkaitan dengan musim hujan adalah longsor. Kota Semarang pada beberapa wilayah menunjukkan potensi bencana longsor yang mengancam masyarakat yang juga perlu mendapatkan perhatian.
Perubahan iklim global berpengaruh terhadap kondisi iklim di Kota Semarang, musim kemarau menjadi lebih panjang daripada musim hujan sehingga menyebabkan kekeringan di daerah dengan cadangan air tanah yang minimum. Sebagian besar daerah yang mengalami kekeringan terdapat di Semarang atas. Berdasarkan data yang ada pada Buku Rencana Aksi Nasional 2010-2014, potensi bencana yang ada di Kota Semarang adalah banjir, kekeringan, longsor, kebakaran hutan, erosi, kebakaran gedung dan permukiman dan risiko cuaca ekstrim.
Demografi
Jumlah penduduk berdasarkan data statistik Kota Semarang pada tahun 2010 sebesar
1.527.433 jiwa atau mengalami pertumbuhan sebesar 1,36 % dibanding tahun 2009 yang sebesar 1.506.924 jiwa. Persebaran penduduk jika dilihat dari jumlah penduduk pada masing-masing wilayah kecamatan mengalami kepadatan penduduk yang tidak merata. Kepadatan penduduk
yang paling tinggi berada di kecamatan Semarang Selatan sebesar 14.391 jiwa /km2 .
Kepadatan paling rendah berada di wilayah pinggiran yang merupakan wilayah pengembangan
industri yakni Kecamatan Tugu sebesar 876 jiwa/km2 .
Tabel 2.1
Kepadatan penduduk Kota Semarang diperinci per Kecamatan Tahun 2010
NO KECAMATAN
LUAS (KM2)
JMLH PENDUDUK
(JIWA)
KEPADATAN (JIWA/KM2)
1 Mijen 57,55 52.711 916
2 Gunung Pati 54,11 71.174 1.315
3 Banyumanik 25,69 125.909 4.901
4 Gajahmungkur 9,07 62.413 6.881
5 Semarang Selatan 5,93 85.309 14.381
6 Candisari 6,54 80.224 12.267
(31)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012
II-16
NO KECAMATAN LUAS
(KM2)
JMLH PENDUDUK
(JIWA)
KEPADATAN (JIWA/KM2)
8 Pedurungan 20,72 171.599 8.282
9 Genuk 27,39 85.877 3.135
10 Gayamsari 6,18 74.748 12.101
11 Semarang Timur 7,7 80.433 10.446
12 Semarang Utara 10,97 127.170 11.593
13 Semarang Tengah 6,14 73.174 11.918
14 Semarang Barat 21,74 159.946 7.357
15 Tugu 31,79 27.846 876
16 Ngaliyan 37,99 115.466 3.039
TOTAL 373,71 1.527.433 Sumber : BPS Kota Semarang, 2010
Peningkatan jumlah penduduk Kota Semarang tahun 2010 sangat dipengaruhi oleh jumlah
migrasi dan penduduk yang lahir/ mati. Pada tahun 2010 tingkat migrasi masuk sebesar 26,46 per 1.000 penduduk, sedangkan tingkat migrasi keluar sebesar 24,80 per 1.000 penduduk. Hal tersebut disebabkan daya Kota Semarang sebagai kota Perdagangan, jasa, industri dan pendidikan yang menarik minat masyarakat untuk melakuan migrasi ke Kota Semarang.
Komposisi penduduk kota Semarang ditinjau dari aspek pendidikan (di atas umur 5 tahun)
adalah telah tamat SD/MI sebesar 22,87% ; telah tamat SLTA sebesar 21,13% ; belum tamat SD sebesar 11,26% ;tidak tamat SD 9,13%; telah tamat SLTP sebesar 20,28% ; tidak/ belum pernah sekolah sebesar 6,54%, telah tamat DIV/S1/S2 sebesar 4,44% dan telah tamat DI/DII/DIII sebesar 4,35%.
Grafik 2.3
Penduduk Kota Semarang berdasarkan Pendidikan pada Tahun 2010
Tamat SLTP 20,28%
Tamat D4/S1/S2/S3 4,44% Tamat D1,D2,D3
4,35% Tamat SLTA
21,13%
Tamat SD/MI 22,87%
Tidak tamat SD 9,13% Tidak/Belum tamat
SD/MI 11,26% Tidak Sekolah
(32)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012
II-17
Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kota Semarang berturut-turut buruh Industri dengan persentase sebesar 25,64%, PNS/ABRI sebesar 13,80%, Lainnya sebesar 11,63%, Pedagang sebesar 12,79%, Buruh Bangunan 11,90%, Pengusaha sebesar 8,04%, Pensiunan sebesar 5,80%, Petani sebesar 3,66%, Angkutan sebesar 3,78%, Buruh tani sebesar 2,54%, dan Nelayan sebesar 0,42 %. Hal ini menggambarkan bahwa aktivitas penduduk Kota Semarang bergerak pada sektor perdagangan dan jasa. Berdasarkan mata pencaharian pada tahun 2010 sebagaimana tabel berikut.
Grafik 2.4
Mata Pencaharian Penduduk Kota Semarang Tahun 2010
0 5 10 15 20 25 30
3,86 2,54
0,42 8,04
25,64
11,9 12,79 3,78
13,8 5,8
11,63
Mata Pencaharian
2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Aspek kesejahteraan masyarakat merupakan gambaran atau ukuran keberhasilan dari penyelenggaraan pembangunan daerah, dalam hal ini muara/ tujuan akhir dari pembangunan daerah pada upaya menciptakan kondisi kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Aspek kesejahteraan masyarakat meliputi (1) Aspek kesejahteraan fokus pada kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, (2) aspek kesejahteraan fokus pada kesejahteraan sosial dan; (3) aspek kesejahteraan fokus pada Seni Budaya dan Olahraga. Kinerja masing-masing aspek kesejahteraan masyarakat sampai dengan tahun 2010 adalah sebagai berikut :
A. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi.
Aspek kesejahteraan fokus pada kesejahteraan dan pemerataan ekonomi dapat dilihat dari indikator-indikator pertumbuhan PDRB, laju inflasi, PDRB per kapita dan indeks gini. Kinerja sampai dengan tahun 2010 adalah sebagai berikut :
(1)
2. Jumlah peserta cyber marketing 125 orang 3. Jumlah pameran produk ekspor di luar
propinsi 3 IKM
2. Dana Rupiah 65.588.500 3. Dana Rupiah
166.552.906
2. Jumlah peserta cyber marketing
125 orang 3. Jumlah pameran produk
ekspor di luar propinsi
3 IKM
2. Jumlah peserta cyber marketing
125 orang 3. Jumlah pameran produk
ekspor di luar propinsi
3 IKM
Jumlah Program 399.336.300
2.06.00.18 Program peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri
2.06.00.18.003 Pengembangan pasar dan distribusi
barang / produk 1. Jumlah penayangan dan penyiaran melaluiTV 20 kali tayang 2. Jumlah iklan di media cetak 9 kali terbit 3. Jumlah peserta pameran di Mall 40 IKM 4. Jumlah peserta pameran dan Carnival 100
IKM
1. Dana Rupiah 10.000.000 2. Dana Rupiah
40.000.000 3. Dana Rupiah
236.665.000 4. Dana Rupiah
373.335.880
1. Jumlah penayangan dan penyiaran melalui TV
20 kali tayang 2. Jumlah iklan di media cetak 9 kali
terbit 3. Jumlah peserta pameran di
Mall
40 IKM 4. Jumlah peserta pameran dan
Carnival
100 IKM
1. Jumlah penayangan dan penyiaran melalui TV
20 kali tayang 2. Jumlah iklan di media cetak 9 kali
terbit 3. Jumlah peserta pameran di
Mall
40 IKM 4. Jumlah peserta pameran dan
Carnival
100 IKM
660.000.880 ()
2.06.00.18.004 Pengembangan kelembagaan
kerjasama kemitraan 1. Jumlah pameran Semarang Expo 6 IKM 2. Jumlah Pameran Inacraft 4 IKM 3. Jumlah pameran Super Food 3 IKM 4. Jumlah Pameran Kridaya 3 IKM 5. Jumlah Pameran Texcraft 3 IKM 6. Jumlah Pameran ICRA 3 IKM 7. Pameran Mandiri 45 IKM
1. Dana Rupiah 27.065.000 2. Dana Rupiah
107.100.190 3. Dana Rupiah
46.495.000 4. Dana Rupiah
75.245.000 5. Dana Rupiah
48.495.000 6. Dana Rupiah
75.245.000 7. Dana Rupiah
111.126.610
1. Jumlah pameran Semarang Expo
6 IKM 2. Jumlah Pameran Inacraft 4 IKM 3. Jumlah pameran Super Food 3 IKM 4. Jumlah Pameran Kridaya 3 IKM 5. Jumlah Pameran Texcraft 3 IKM 6. Jumlah Pameran ICRA 3 IKM 7. Pameran Mandiri 45 IKM
1. Jumlah pameran Semarang Expo
6 IKM 2. Jumlah Pameran Inacraft 4 IKM 3. Jumlah pameran Super Food 3 IKM 4. Jumlah Pameran Kridaya 3 IKM 5. Jumlah Pameran Texcraft 3 IKM 6. Jumlah Pameran ICRA 3 IKM 7. Pameran Mandiri 45 IKM
492.771.800 ()
2.06.00.18.008 Peningkatan sistem dan jaringan
informasi perdagangan 1. Jumlah pasar murah 8 lokasi
2. Jumlah pengawasan bahan berbahaya dan minuman beralkohol 8 kali
3. Jumlah monitoring harga kepokmas 170 kali
4. Jumlah pengawasan pupuk bersubsidi 30 kali
1. Dana Rupiah 17.445.000 2. Dana Rupiah 6.160.000 3. Dana Rupiah
71.739.160 4. Dana Rupiah 1.925.000
1. Jumlah pasar murah 8 lokasi 2. Jumlah pengawasan bahan
berbahaya dan minuman beralkohol
8 kali
3. Jumlah monitoring harga kepokmas
170 kali 4. Jumlah pengawasan pupuk
bersubsidi
30 kali
1. Jumlah pasar murah 8 lokasi 2. Jumlah pengawasan bahan
berbahaya dan minuman beralkohol
8 kali
3. Jumlah monitoring harga kepokmas
170 kali 4. Jumlah pengawasan pupuk
bersubsidi
30 kali
99.013.660 ()
2.06.00.18.014 Pengujian mutu barang 1. Jumlah sampel produk IKM teruji 70 sampel 1. Dana Rupiah 99.013.660
1. Jumlah sampel produk IKM teruji
70 sampel
1. Jumlah sampel produk IKM teruji
70 sampel
99.013.660 ()
Jumlah Program 1.350.800.000
(2)
2.07
2.07.01.01 Program pelayanan administrasi perkantoran
2.07.01.01.001 Penyediaan jasa surat menyurat 1. Jumlah surat terkirim 2500 surat 1. Dana Rupiah 29.534.750
1. Jumlah surat terkirim 2500 surat
1. Jumlah surat terkirim 2500 surat
29.534.750 () 2.07.01.01.002 Penyediaan jasa komunikasi, sumber
daya air dan listrik 1. Jumlah kebutuhan telpon 2 telpon 2. Jumlah kebutuhan koran 84 koran
1. Dana Rupiah 9.292.100 2. Dana Rupiah 6.552.000
1. Jumlah kebutuhan telpon 2 telpon 2. Jumlah kebutuhan koran 84
koran
1. Jumlah kebutuhan telpon 2 telpon 2. Jumlah kebutuhan koran 84
koran
15.814.100 ()
2.07.01.01.010 Penyediaan alat tulis kantor 1. Jumlah alat tulis kantor 100 % 1. Dana Rupiah 49.733.800
1. Jumlah alat tulis kantor 100 % 1. Jumlah alat tulis kantor 100 % 49.733.800 () 2.07.01.01.011 Penyediaan barang cetakan dan
penggandaan 1. Jumlah barang cetakan dan penggandaan100 % 1. Dana Rupiah27.101.800 1. Jumlah barang cetakan danpenggandaan 100 % 1. Jumlah barang cetakan danpenggandaan 100 %
27.101.800 () 2.07.01.01.013 Penyediaan peralatan dan
perlengkapan kantor 1. Jumlah peralatan dan perlengkapan kantor100 % 1. Dana Rupiah 6.789.600 1. Jumlah peralatan danperlengkapan kantor 100 % 1. Jumlah peralatan danperlengkapan kantor 100 %
6.789.600 () 2.07.01.01.017 Penyediaan makanan dan minuman 1. Jumlah makanan dan minuman 100 % 1. Dana Rupiah
22.632.000
1. Jumlah makanan dan minuman 100 % 1. Jumlah makanan dan minuman 100 % 22.632.000 () 2.07.01.01.018 Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi
ke luar daerah 1. Jumlah rapat-rapat koordinasi dankonsultasi ke luar daerah 98 orang 1. Dana Rupiah126.710.900 1. Jumlah rapat-rapat koordinasidan konsultasi ke luar daerah 98orang 1. Jumlah rapat-rapat koordinasidan konsultasi ke luar daerah 98orang
126.710.900 () 2.07.01.01.033 Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi
dalam daerah 1. Jumlah rapat-rapat koordinasi dankonsultasi dalam daerah 105 orang 1. Dana Rupiah 4.583.050 1. Jumlah rapat-rapat koordinasidan konsultasi dalam daerah 105orang 1. Jumlah rapat-rapat koordinasidan konsultasi dalam daerah 105orang
4.583.050 ()
Jumlah Program 282.900.000
2.07.01.02 Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur
2.07.01.02.009 Pengadaan peralatan gedung kantor 1. Jumlah pengadaan peralatan gedung kantor 6 buah
1. Dana Rupiah 27.604.450
1. Jumlah pengadaan peralatan gedung kantor
6 buah 1. Jumlah pengadaan peralatan gedung kantor
6 buah 27.604.450 () 2.07.01.02.022 Pemeliharaan rutin/berkala gedung
kantor 1. Jumlah kendaraan dinas 18 unit 1. Dana Rupiah10.043.350 1. Jumlah kendaraan dinas 18 unit 1. Jumlah kendaraan dinas 18 unit
10.043.350 () 2.07.01.02.024 Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan
dinas / operasional 1. Jumlah pemeliharaan peralatan kantor 34unit 1. Dana Rupiah110.048.550 1. Jumlah pemeliharaanperalatan kantor 34 unit 1. Jumlah pemeliharaanperalatan kantor 34 unit
110.048.550 ()
Jumlah Program 147.696.350
2.07.01.06
Program peningkatan
pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan
2.07.01.06.002 Penyusunan pelaporan keuangan
semesteran 1. Jumlah buku Laporan KeuanganSemesteran 1 buku
8.149.700 () 2.07.01.06.003 Penyusunan pelaporan prognosis
realisasi anggaran 1. Jumlah buku Laporan Prognosis RealisasiAnggaran 1 buku
8.149.700 ()
(3)
2.07.01.06.004 Penyusunan pelaporan keuangan
akhir tahun 1. Jumlah buku Laporan Keuangan AkhirTahun 1 buku
8.149.700 () 2.07.01.06.006 Penyusunan rka skpd dan dpa skpd 1. Jumlah buku Laporan Kinerja RKA DPA 1
buku
8.149.700 () 2.07.01.06.007 Penyusunan pelaporan keuangan
bulanan 1. Jumlah buku Laporan Keuangan Bulanan 1buku
17.834.702 () 2.07.01.06.013 Penyusunan lakip 1. Jumlah buku LAKIP (Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah) 1 buku
15.000.000 () 2.07.01.06.018 Penyusunan lkpj skpd 1. Jumlah buku LKPJ (Laporan Kinerja
Pertanggung Jawaban) 1 buku
15.000.000 () 2.07.01.06.021 Penyusunan renja skpd 1. Jumlah buku Laporan Renja (Rencana
Kerja) Dinas 1 buku
12.000.000 () 2.07.01.06.026 Penunjang kinerja pa, ppk, bendahara
dan pembantu 1. Prosentase Peningkatan Kinerja PA, PPK,Bendahara dan Pembantu 75 %
38.250.000 () 2.07.01.06.045 Penyusunan rka perubahan & dpa
perubahan 1. Jumlah buku Laporan RKA Perubahan danDPA Perubahan 1 buku
8.149.700 ()
Jumlah Program 138.833.202
2.07.01.16 Program pengembangan industri kecil dan menengah
2.07.01.16.001 Fasilitasi bagi industri kecil dan menengah terhadap pemanfaatan sumber daya
1. Jumlah peserta Pelatihan pemberdayaan kewirausahaan Kesetaraan Gender 30 IKM 2. Jumlah peserta Pelatihan pemberdayaan
kewirausahaan Pengentasan Kemiskinan 30 IKM
3. Jumlah gugus Penerapan GKM dan Konvensi GKM 8 orang
1. Dana Rupiah 25.000.000 2. Dana Rupiah
25.000.000 3. Dana Rupiah
68.147.000
1. Jumlah peserta Pelatihan pemberdayaan kewirausahaan Kesetaraan Gender
30 IKM
2. Jumlah peserta Pelatihan pemberdayaan kewirausahaan Pengentasan Kemiskinan
30 IKM
3. Jumlah gugus Penerapan GKM dan Konvensi GKM
8 orang
1. Jumlah peserta Pelatihan pemberdayaan kewirausahaan Kesetaraan Gender
30 IKM
2. Jumlah peserta Pelatihan pemberdayaan kewirausahaan Pengentasan Kemiskinan
30 IKM
3. Jumlah gugus Penerapan GKM dan Konvensi GKM
8 orang
118.147.300 ()
2.07.01.16.002 Pembinaan industri kecil dan menengah dalam memperkuat jaringan klaster industri
1. Pelatihan disversifikasi produk IKM batik Semarangan 30 orang
2. Pelatihan kerajinan 30 orang
3. Fasilitasi Kegiatan DEKRANASDA 6 IKM 4. Bantuan Lomba Rancang Busana TK
Jawa Tengah 4 IKM
5. Fasilitasi Informasi : Papan Sentra 2 papan
6. Pelatihan diversifikasi produk IKM Pangan 30 IKM
7. Pelatihan kemasan produk IKM Pangan 30 IKM
8. Pelatihan Pengembangan Model Produk Makanan 15 orang
1. Dana Rupiah
59.195.900
2. Dana Rupiah
59.195.900
3. Dana Rupiah
55.000.000
4. Dana Rupiah
20.000.000
5. Dana Rupiah
35.000.000
6. Dana Rupiah
59.195.900
7. Dana Rupiah
59.195.900
1. Pelatihan disversifikasi produk IKM batik Semarangan
30 orang 2. Pelatihan kerajinan 30
orang 3. Fasilitasi Kegiatan
DEKRANASDA
6 IKM 4. Bantuan Lomba Rancang
Busana TK Jawa Tengah
4 IKM 5. Fasilitasi Informasi : Papan
Sentra
2 papan 6. Pelatihan diversifikasi produk
IKM Pangan
30 IKM 7. Pelatihan kemasan produk
IKM Pangan
30 IKM
1. Pelatihan disversifikasi produk IKM batik Semarangan
30 orang 2. Pelatihan kerajinan 30
orang 3. Fasilitasi Kegiatan
DEKRANASDA
6 IKM 4. Bantuan Lomba Rancang
Busana TK Jawa Tengah
4 IKM 5. Fasilitasi Informasi : Papan
Sentra
2 papan 6. Pelatihan diversifikasi produk
IKM Pangan
30 IKM 7. Pelatihan kemasan produk
IKM Pangan
30 IKM
505.979.500 ()
(4)
9. Fasilitasi Bantuan Pengajuan Merk 20 merk
10. Peningkatan SDM Industri Produk Tekstil 30 IKM
8. Dana Rupiah
85.000.000
9. Dana Rupiah
15.000.000 10. Dana Rupiah
59.195.000
8. Pelatihan Pengembangan Model Produk Makanan
15 orang 9. Fasilitasi Bantuan Pengajuan
Merk
20 merk 10. Peningkatan SDM Industri
Produk Tekstil
30 IKM
8. Pelatihan Pengembangan Model Produk Makanan
15 orang 9. Fasilitasi Bantuan Pengajuan
Merk
20 merk 10. Peningkatan SDM Industri
Produk Tekstil
30 IKM
Jumlah Program 624.126.800
2.07.01.17 Program peningkatan kemampuan teknologi industri
2.07.01.17.002 Pengembangan dan pelayanan
teknologi industri 1. Jumlah bantuan peralatan produksi bagiIKM 25 unit 1. Dana Rupiah75.000.000 1. Jumlah bantuan peralatanproduksi bagi IKM 25 unit 1. Jumlah bantuan peralatanproduksi bagi IKM 25 unit
75.000.000 ()
Jumlah Program 75.000.000
2.07.01.18 Program penataan struktur industri
2.07.01.18.004 Pembinaan dan pengawasan cukai 1. Jumlah Pengawasan Barang Kena Cukai 75 sempel
2. Sosialisasi dibidang cukai 200 orang 3. Pembinaan industri 100 orang 4. Pembinaan lingkungan sosial 100 unit
1. Dana Rupiah 50.000.000 2. Dana Rupiah
95.778.750 3. Dana Rupiah
38.000.000 4. Dana Rupiah
1.150.000.000
1. Jumlah Pengawasan Barang Kena Cukai
75 sampel 2. Sosialisasi dibidang cukai 200
orang 3. Pembinaan industri 100
orang 4. Pembinaan lingkungan sosial 100
unit
1. Jumlah Pengawasan Barang Kena Cukai
75 sampel 2. Sosialisasi dibidang cukai 200
orang 3. Pembinaan industri 100
orang 4. Pembinaan lingkungan sosial 100
unit
1.295.778.750 ()
Jumlah Program 1.295.778.750
2.07.01.19 Program pengembangan sentra-sentra industri potensial
2.07.01.19.002 Penyediaan sarana informasi yang
dapat diakses masyarakat 1. Pembuatan buku informasi DisperindagKota Semarang 50 buku
61.026.000 ()
Jumlah Program 61.026.000
Jumlah Urusan 2.625.361.102
TOTAL ANGGARAN 4.702.415.202
(5)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kota Semarang Tahun 2012
VI-1
BAB VI
PENUTUP
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Semarang Tahun 2012 merupakan penjabaran
Tahun Kedua dari pelaksanaan RPJMD Kota Semarang 2010-2015 yang memuat Kerangka Kerja
Tahunan Pemerintah Kota Semarang beserta seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah. Rencana Kerja
Pemerintah Daerah menjadi pedoman dalam menyusun Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah
(Renja
–
SKPD) dan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2012
serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara SKPD Tahun 2012.
Untuk itu perlu ditetapkan kaidah
–
kaidah dalam pelaksanaannya, sebagai berikut :
1.
RKPD Kota Semarang Tahun 2012 tidak hanya memuat kegiatan
–
kegiatan dalam kerangka
investasi Pemerintah dan Pelayanan Publik, tetapi juga memuat rancangan kerangka ekonomi
daerah, prioritas pembangunan daerah, Rencana Kerja dan pagu indikatif baik yang dilaksanakan
langsung oleh Pemerintah Daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat;
2.
Satuan Kerja Perangkat Daerah dan seluruh Stakeholders pembangunan termasuk masyarakat
luas dan Dunia Usaha berkewajiban untuk melaksanakan program
–
program Rencana Kerja
Pemerintah Daerah Tahun 2012 ini dengan sebaik
–
baiknya;
3.
Sebagai pedoman dalam penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA)/Prioritas Plafon
Anggaran (PPAS) dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (R-APBD), Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) ini disusun dengan mengikuti pendekatan baru dalam
penganggaran, sebagaimana yang telah diamanatkan Undang
–
Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara; Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah dan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Permendagri
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
4.
Dalam upaya Sinkronisasi dan Sinergitas pelaksanaan setiap program dan kegiatan baik yang
bersumber dari APBD Kota, APBD Provinsi Jawa Tengah maupun yang bersumber dari APBN,
maka setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) perlu membuat Rencana Kerja Satuan Kerja
Perangkat Daerah (Renja
–
SKPD) ;
5.
Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan RKPD Kota Semarang Tahun
2012, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) berkewajiban untuk melakukan
pemantauan terhadap penjabaran dan Sinergitas RKPD Kota Semarang Tahun 2012 kedalam
Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja
–
SKPD) dan Kebijakan Umum APBD Tahun
2012 serta Prioritas dan Pagu Indikatif SKPD Kota Semarang Tahun 2012.
(6)