Gambaran Penerapan Program Behavior Based Safety di Departemen Hydrocarbon Transportation PT. Chevron Pasific Indonesia Distrik Minas Tahun 2016

(1)

LAMPIRAN Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN

PENERAPAN PROGRAM BEHAVIOR BASED SAFETY (BBS) DI DEPARTEMEN HYDROCARBON TRANSPORTATION

PT. CHEVRON PASIFIC INDONESIA DISTRIK MINAS TAHUN 2016

DATA RESPONDEN

Umur : _______________________________________________ Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan

(Lingkari salah satu) Pendidikan terakhir : a. SLTA/STM b. Diploma

c. Sarjana (S1) d. Pasca Sarjana (S2) e. Lain-lain :_________________________

Masa Kerja (tahun) : _______________________________________________ Departemen : _______________________________________________ Jabatan : _______________________________________________

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER

1. Pilihlah jawaban dengan memberikan tanda centang/checklist (√) pada salah satu jawaban yang paling sesuai menurut Bapak/Ibu.

2. Setiap pernyataan hanya membutuhkan satu jawaban saja, yaitu “YA” atau “TIDAK”.


(2)

4. Setelah melakukan pengisian, mohon Bapak/Ibu mengembalikan kepada yang menyerahkan kuesioner.

Petunjuk : berikan tanggapan Anda dengan melingkari

nomor yang paling mencerminkan pendapat Anda YA TIDAK Penerapan Kartu Observasi

1 Apakah Anda selalu mengisi Kartu Observasi BBS sesuai target perusahaan (2 x sebulan) ?

2 Apakah Anda selalu diobservasi oleh pekerja lainnya secara reguler?

3 Apakah Anda selalu menghadiri pelatihan mengenai BBS?

4 Apakah Anda langsung memasukkan (meng-input) data BBS ke website?

5 Apakah Anda merasa orang lain memberikan data yang akurat dalam mengisi Kartu Observasi BBS mereka?

6 Pekerja tidak akan diberikan sanksi apabila tindakan tidak aman diobservasi dan dilaporkan. Apakah pernyataan tersebut benar?

7 Apakah Anda selalu memiliki kesempatan waktu untuk memberikan komentar yang ada di kolom Kartu Observasi BBS?

8 Apakah Anda pernah mendapatkan penghargaan BBS? Pelaksanaan Feedback

9 Apakah Anda menerima feedback (umpan balik) dari pengamat (observer) yang mengamati Anda dalam melakukan pekerjaan?

10 Apakah Anda selalu memberikan feedback kepada pekerja yang Anda observasi?


(3)

pekerja meningkat?

12 Apakah Anda menyampaikan feedback dengan detail dan spesifik?

13 Apakah Anda menyampaikan feedback positif terlebih dahulu kemudian menyampaikan hal yang perlu diperbaiki setelahnya?

14 Apakah pekerja yang Anda observasi mendengar feedback yang Anda sampaikan dengan seksama?

(stop di sini, apabila Anda bukan seorang Steering Committee)

Pelaksanaan Tugas Steering Committee (SC) YA TIDAK 15 Apakah Anda selalu hadir dalam meeting (rapat)

dengan sesama Steering Committee secara reguler? 16 Apakah Anda selalu mendorong partisipasi sesama

karyawan secara personal mengenai program BBS? 17 Apakah Anda selalu memastikan Kartu Observasi BBS

terkumpul tepat waktu?

18 Apakah Anda selalu menerima Kartu Observasi BBS dari karyawan tepat pada waktunya?

19 Apakah Anda mengidentifikasi dan memberikan pelatihan serta pembinaan BBS kepada pekerja yang membutuhkan?

20 Apakah Anda selalu melampirkan hasil analisis data program BBS dalam bentuk grafik, tabel, maupun daftar list saat meeting (rapat)?

21 Apakah Anda mengembangkan rencana aksi (tindak lanjut) dari data analisis program BBS dan menyampaikannya kepada pihak manajemen untuk aksi selanjutnya?

22 Apakah Anda akan menginformasikan mengenai hasil dari keberhasilan keselamatan kerja?

23 Apakah penghargaan diberikan kepada pekerja yang melaksanakan program BBS dengan baik?


(4)

(5)

(6)

Lapiran 3. Output Data SPSS

Hanya Karyawan/Steering Committee

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Hanya Karyawan* 20 66.7 66.7 66.7

Steering Committee** 10 33.3 33.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Ket : *) Hanya Karyawan, tidak merangkap sebagai Steering Committee **) Karyawan, yang juga merangkap sebagai Steering Committee

PENERAPAN KARTU OBSERVASI

Apakah Anda selalu mengisi Kartu Observasi BBS sesuai target perusahaan (2xsebulan) ?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid YA 27 90.0 90.0 90.0

TIDAK 3 10.0 10.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Apakah Anda selalu diobservasi oleh pekerja lainnya secara reguler?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid YA 30 100.0 100.0 100.0

Apakah Anda selalu menghadiri pelatihan mengenai BBS?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


(7)

Apakah Anda langsung memasukkan (meng-input) data BBS ke website?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid YA 24 80.0 80.0 80.0

TIDAK 6 20.0 20.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Apakah Anda merasa orang lain memberikan data yang akurat dalam mengisi Kartu Observasi BBS mereka?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid YA 30 100.0 100.0 100.0

Pekerja tidak akan diberikan sanksi apabila tindakan tidak aman diobservasi dan dilaporkan. Apakah pernyataan tersebut benar?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid YA 28 93.3 93.3 93.3

TIDAK 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Apakah Anda selalu memiliki kesempatan waktu untuk memberikan komentar yang ada di kolom Kartu Observasi BBS?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


(8)

Apakah Anda pernah mendapatkan penghargaan BBS?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid YA 16 53.3 53.3 53.3

TIDAK 14 46.7 46.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

PELAKSANAAN FEEDBACK

Apakah Anda menerima feedback (umpan balik) dari pengamat (observer) yang mengamati Anda dalam melakukan pekerjaan?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid YA 30 100.0 100.0 100.0

Apakah Anda selalu memberikan feedback kepada pekerja yang Anda observasi?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid YA 30 100.0 100.0 100.0

Apakah Anda mengakui dan memuji, apabila kinerja pekerja meningkat?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid YA 30 100.0 100.0 100.0

Apakah Anda menyampaikan feedback dengan detail dan spesifik?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


(9)

Apakah Anda menyampaikan feedback positif terlebih dahulu kemudian menyampaikan hal yang perlu diperbaiki setelahnya?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid YA 30 100.0 100.0 100.0

Apakah pekerja yang Anda observasi mendengar feedback yang Anda sampaikan dengan seksama?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid YA 30 100.0 100.0 100.0

PELAKSANAAN TUGAS STEERING COMMITTEE

Apakah Anda selalu hadir dalam meeting (rapat) dengan sesama Steering Committee secara reguler?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid YA 10 100.0 100.0 100.0

Apakah Anda selalu mendorong partisipasi sesama karyawan secara personal mengenai program BBS?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid YA 10 100.0 100.0 100.0

Apakah Anda selalu memastikan Kartu Observasi BBS terkumpul tepat waktu?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid YA 9 90.0 90.0 90.0

TIDAK 1 10.0 10.0 100.0


(10)

Apakah Anda selalu menerima Kartu Observasi BBS dari karyawan tepat pada waktunya?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid YA 8 80.0 80.0 80.0

TIDAK 2 20.0 20.0 100.0

Total 10 100.0 100.0

Apakah Anda mengidentifikasi dan memberikan pelatihan serta pembinaan BBS kepada pekerja yang membutuhkan?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid YA 10 100.0 100.0 100.0

Apakah Anda selalu melampirkan hasil analisis data program BBS dalam bentuk grafik, tabel, maupun daftar list saat meeting (rapat)?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid YA 10 100.0 100.0 100.0

Apakah Anda mengembangkan rencana aksi (tindak lanjut) dari data analisis program BBS dan menyampaikannya kepada pihak manajemen untuk aksi

selanjutnya?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid YA 10 100.0 100.0 100.0

Apakah Anda akan menginformasikan mengenai hasil dari keberhasilan keselamatan kerja?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


(11)

Apakah penghargaan diberikan kepada pekerja yang melaksanakan program BBS dengan baik?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


(12)

(13)

(14)

(15)

Lampiran 7. Dokumentasi

Gambar 1. Bersama Beberapa Karyawan di Depan HCT Minas – NBS


(16)

Gambar 3. Prosedur Memasuki Lokasi (Kiri) dan Denah HCT Minas (Kanan)


(17)

DAFTAR PUSTAKA

Agnew, J., dan Snyder, G., 2008. Removing Obstacles to Safety: A Behavior-Based Approach, Atlanta : Performance Management Publications.

Andryan, T., 2008. Persepsi Karyawan Operasional Divisi Facilities Engineering Terhadap Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan Behavior Based Safety (BBS) Pada Chevron Geothermal & Power Operation Indonesia di Jakarta. Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Depok. Diakses pada November 2015; http:// lib.ui.ac.id/file?file=pdf/metadata-124549.pdf

BPJS Ketenagakerjaan., 2016. Jumlah Kecelakaan Kerja di Indonesia Masih Tinggi. (Situs Web) diakses pada 22 April 2016; http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/berita/5769/Jumlah-kecelakaan-kerja-di-Indonesia-masih-tinggi.html

Cooper, D., 2009. Behavioral Safety Approaches, Francelin : BSMS Incorporated. …... 2010. The Return on Investment of The BBS Process. B-Safe Management Solutions Vol. 32 No. 1 : 15–17. (Jurnal Elektronik) diakses pada November 2015; http://www.behavioral-safety.com/articles/Return_on_In vestment_of_behavior_based_safety.pdf

Depkes RI., 2014. 1 Orang Pekerja di Dunia Meninggal Setiap 15 Detik karena Kecelakaan Kerja. (Situs Web) diakses pada 16 Oktober 2015; http://depkes.go.id/article/view/201411030005/1-orang-pekerja-di-dunia-meninggal-setiap-15-detik-karena-kecelakaan-kerja.html.

Duta, D.K., 2015. 2014, Angka Kecelakaan Kerja Hulu Migas Capai 159 Kejadian. CNN Indonesia 18 Maret. (Situs Web Berita) diakses pada tanggal 27 Januari 2016; http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/2015031 8061708-85-39878/2014-angka-kecelakaan-kerja-hulu-migas-capai-159-kejadian/

Fatichatin, L., 2010. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kepuasan Kerja Karyawan di PT. Varia Usaha Beton – Sidoarjo. Laporan Akhir, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Diakses pada Januari 2016;http://digilib.its.ac.id/ITS-NonDegree-3100005021596/11245/kenda li-derau-aktif

Gunawan, F.A., dan Martowiyoto, M., 2015. Risk Based Behabioral Safety, Jakarta : Gramedia.


(18)

Health and Safety Protection, 2011. DO IT Behaviour Based – Safety. (Situs Web) diakses pada 20 September 2015; http://www.Health-SafetyProtection.com

Health and Safety Authority, 2013. Behavior Based Safety Guide. Dublin. (Situs

Web) diakses pada November 2015;

http://www.hsa.ie/eng/Publications_and_Forms/Publications/Safety_and_ Health_Management/behaviour_based_safety_guide.pdf

Indar, A., 2014. Gambaran Penerapan Behavior Based Safety dengan Metode DO IT di Departemen Produksi I Divisi Kendaraan Khusus PT Pindad (PERSERO) Bandung. Laporan Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Diakses pada April 2016; http://dglib.uns.ac.id/dokumen/detail/37160/Gambaran-Penerapan-Beha vior-Based-Safety-Bbs-Dengan-Metode-Do-It-Di-Departemen-Produksi-I-Divisi-Kendaraan-Khusus-Pt-Pindad-Persero-Bandung

Kaila, H., 2010. Behaviour Based Safety in Organizations: A Practical Guide, New Delhi : IK Publishing House.

Kemenakertrans RI, 2013. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : _________.

Krause, T.R., Hidley, J.H., Hodson, S.J., 1990. The Behavior-Based Safety Process: Managing Involvement for An Injury-Free Culture, New York : Van Nostrand Reinhold.

McEwen, M., 2015. Apache among Oil Companies spreading Safety Message. MRT Business Insider 28 Desember. (Situs Web Berita) diakses pada tanggal 27 Januari 2016; http://m.mrt.com/business/oil/top_stories/article_ 6ce64e0a-af45-11e5-8817-47c63c66501c.html?mode=jqm

McSween, T.E., 2003. The Values-Based Safety Process: Improving Your Safety Culture with Behavior-Based Safety, Edisi Kedua. Hoboken : Wiley-Interscience.

Sirait, J., 2006. Memahami Aspek-Aspek Pengelolaan Sumber Daya Manusia dalam Organisasi, Jakarta : Grasindo. (Situs Web) diakses pada Januari 2016 https://books.google.co.id/books?id=HUNCnAqqv90C&pg=PA298 &dq=Memahami+Aspek-Aspek+Pengelolaan+Sumber+Daya+Manusia +dalam+Organisasi&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=Memaha mi%20AspekAspek%20Pengelolaan%20Sumber%20Daya%20Manusia% 20dalam%20Organisasi&f=fal


(19)

Socrates, M., 2013. Analisis Risiko Keselamatan Kerja dengan Metode HIRARC pada Alat Suspension Preheater Bagian Produksi di Plant 6 dan 11 Citeureup PT Indocement Tunggal Prakarsa. Skripsi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Diakses pada Februari 2016;

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHA MMAD%20FIL%20SOCRATES-FKIK.pdf

Suma‟mur, P.K., 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES), Jakarta : CV Sagung Seto.

Suryowati, E., 2015. BPJS: Jumlah Kecelakaan Kerja Turun. Kompas 11 Juli. (Situs Web Berita) diakses pada tanggal 29 Februari 2016; http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/07/11/110732625/BPJS.Jum lah.Kecelakaan.Kerja.Turun

Tambunan, K., 2015. Tinjauan Pelaksanaan Program Behavior Based Safety (BBS) di Filling Shed and Gate Keeper Terminal BBM Medan Group PT. Pertamina (Persero) Region I Sumbagut Labuhan Deli - Belawan Medan. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.

Tarwaka, 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja, Surakarta : Harapan Press.

…... 2015. Keselamatan Kesehatan Kerja, dan Ergonomi (K3E) dalam

Perspektif Bisnis, Surakarta : Harapan Press.

Utami, D., 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Aman (Safe Behavior) Pekerja Departemen Operasi II PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang Tahun 2014. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya, Palembang. Diakses pada 22 April 2016; http://www.akademik.unsri.ac.id/paper12/download/paper/TA_101010010 57.pdf

Wayne, D., 2004. An of The Behavior-Based Safety Program at Company XYZ. Thesis, University of Wisconsin-Stout, Menomonie. Diakses pada November 2015; http://www2.uwstout.edu/content/lib/thesis/2004/2004 wayned.pdf


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif yang bertujuan menggambarkan penerapan program Behavior Based Safety di Departemen Hydrocarbon Transportation PT. Chevron Pasific Indonesia Distrik Minas.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Hydcocarbon Transportation PT. Chevron Pasific Indonesia Distrik Minas. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan karena belum pernah dilakukan penelitian mengenai penerapan program behavior based safety pada Departemen Hydrocarbon Transportation PT. Chevron Pasific Indonesia Distrik Minas.

3.2.2 Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2015 - Juli 2016.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pekerja yang ada di Departemen Hydrocarbon Transportation PT. Chevron Pasific Indonesia Distrik Minas, yaitu berjumlah 30 orang.


(21)

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja di Departemen Hydcrocarbon Transportation PT. Chevron Pasific Indonesia Distrik Minas dengan menggunakan Total Population Sampling, yaitu berjumlah 30 orang yang terdiri dari 20 karyawan dan 10 steering committee.

3.4.1 Variabel dan Definisi Operasional

1. Penerapan Kartu observasi merupakan sebuah kartu yang digunakan oleh pengamat BBS untuk melihat dan menilai perilaku dari orang atau pekerja yang diamati serta informasi tambahan yang berkaitan dengan proses pengamatan.

a. Skala pengukuran : nominal

b. Cara Pengukuran : metode wawancara c. Alat ukur : kuesioner

2. Pelaksanaan Feedback merupakan informasi yang diberikan kepada seseorang atau sebuah grup mengenai perilaku dan dampak dari perilaku yang dilakukan, serta merupakan suatu alat komunikasi yang terpenting dalam membantu pekerja agar tetap sehat dan selamat.

a. Skala pengukuran : nominal

b. Cara Pengukuran : metode wawancara c. Alat ukur : kuesioner

3. Pelaksanaan Tugas Steering Committee merupakan penanggung jawab dalam memastikan terpenuhinya kebutuhan untuk mendukung serta berjalannya proses BBS, mengadakan pembinaan dan pelatihan kepada pekerja mengenai BBS, mengembangkan rencana aksi dari hasil analisis data kartu observasi


(22)

yang terkumpul, dan menjembatani pekerja dengan pihak manajemen terkait informasi dan perkembangan yang dihasilkan.

a. Skala pengukuran : nominal

b. Cara Pengukuran : metode wawancara c. Alat ukur : kuesioner

3.5 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari : 1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan kuesioner sebagai alat ukur wawancara terhadap sampel. Kuesioner disusun dengan modifikasi objek pertanyaan dari kuesioner penelitian Wayne (2004) dan berdasarkan pedoman program behavior based safety PT. Chevron Pasific Indonesia Distrik Minas.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data perusahaan, berupa :

a. Profil perusahaan yang mencakup sejarah, visi dan misi, serta struktur gambaran umum perusahaan.

b. Data yang terkait dengan program behavior based safety di Departemen Hydrocarbon Transportation PT. Chevron Pasific Indonesia Distrik Minas dan data lainnya yang diperlukan untuk menunjang penelitian.


(23)

3.6 Metode Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, lalu dilakukan pengolahan data sebagai berikut : 1. Editing yaitu penyuntingan dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap kuesioner penerapan behavior based safety di Departemen Hydrocarbon Transportation PT. Chevron Pasific Indonesia Distrik Minas. Tujuannya untuk memastikan bahwa data yang diperoleh telah diisi semua dengan relevan dan dibaca dengan baik.

2. Coding, yaitu hasil jawaban setiap pertanyaan diberi kode sesuai dengan petunjuk coding. Pemberian kode dilakukan untuk menyederhanakan data yang diperoleh.

3. Skoring, yaitu penjumlahan masing-masing komponen variabel yang telah diberi kode, untuk menentukan variabel tersebut memenuhi syarat atau tidak. 4. Processing, yaitu memproses data yang telah diisi dengan benar agar dapat

dianalisis. Proses data dilakukan dengan cara meng-entry data hasil kuesioner ke komputer.

5. Cleaning, yaitu kegiatan pengecekan kembali data-data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak.

3.7 Metode Pengukuran

Aspek pengukuran dengan membuat pertanyaan berdasarkan definisi operasional :

1. Pengukuran variabel Penerapan Kartu Observasi didasarkan dari pertanyaan 1-8, yang akan diisi oleh Karyawan dan Steering Committee dengan pilihan jawaban "YA" atau "TIDAK".


(24)

2. Pengukuran variabel Pelaksanaan Feedback didasarkan dari pertanyaan 9-14, yang akan diisi oleh Karyawan dan Steering Committee dengan pilihan jawaban "YA" atau "TIDAK".

3. Pengukuran variabel Pelaksanaan Tugas Steering Committee didasarkan dari pertanyaan 15-23, yang akan diisi oleh hanya Steering Committee dengan pilihan jawaban "YA" atau "TIDAK".

3.8 Metode Analisis Data

Apabila semua data dan hasil penelitian terkumpul selanjutnya dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran distribusi dan frekuensi dari hasil penelitian mengenai penerapan program behavior based safety di Departemen Hydrocarbon Transportation PT. Chevron Pasific Distrik Minas.


(25)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum PT. Chevron Pacific Indonesia 4.1.1 Sejarah PT. Chevron Pacific Indonesia

PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI), sebelum Oktober 2005 bernama PT. Caltex Pasific Indonesia, merupakan salah satu unit usaha perusahaan minyak Amerika, yaitu Chevron Corporation yang berada di bawah unit bisnis wilayah IndoAsia Business Unit (IBU). Sejarah PT. CPI berawal dari upaya pencarian minyak oleh tim geologi Chevron Corporation yang dipimpin oleh Emerson M. Butterworth di daerah Sumatera, Jawa Timur, Kalimantan Timur, dan wilayah Papua pada bulan Maret 1924. Tim tersebut bernama Standard Oil Company of California (SOCAL). Tahun 1930, pemerintah Hindia Belanda menyetujui permintaan SOCAL untuk memperoleh hak eksplorasi dengan cara menunjuk SOCAL sebagai minority partner dari suatu perusahaan yang didirikan oleh pemerintahan Hindia Belanda pada bulan Juni 1930 dengan nama NV Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij (NPPM).

NPPM menerima tawaran untuk mengeksplorasi daerah di Sumatera Bagian Tengah seluas 600.000 ha pada tahun 1935. Namun, daerah tersebut belum layak dieksplorasi dan dianggap kurang memberikan keuntungan. Pada bulan Juli 1936, Chevron dan TEXACO Inc. mendirikan kelompok perusahaan minyak bersama dan mendapatkan kontrak di Provinsi Riau.

Pada tanggal 2 April 1941, ditandatangani kontrak 5A untuk daerah Rokan I dengan pemasangan bor pertama di Minas. Pada tahun 1950-an, Caltex akhirnya


(26)

menginvestasikan modalnya lebih dari US$ 50 juta di Indonesia. Hal tersebut dilakukan dengan adanya temuan ladang minyak di Minas yang terbukti memiliki potensi sebagai penghasil minyak terbesar di dunia. Menjelang tahun 1958, produksi minyak Caltex telah mencapai 200.000 barel/hari.

Bulan September 1963, Caltex memperoleh ratifikasi DPR RI dalam Perjanjian Karya antara Caltex dengan perusahaan negara Pertamina yang meliputi Rokan I dan III. 20 tahun berlalu, sejak 1983, Caltex berstatus sebagai Kontraktor Bagi Hasil (KPS)/Production Sharing Contract (PSC) yang beberapa wilayah kosesinya akan berakhir di tahun 2021. Saat ini kegiatan Caltex di Provinsi Riau meliputi kawasan sekitar 31.700 km². Pada bulan Oktober 2005, terjadi penggabungan (Merger) antara Chevron dengan Unocal, PT Caltex Pacific Indonesia resmi berganti nama menjadi PT Chevron Pacific Indonesia.

4.1.2 Lokasi dan Daerah Operasi

Daerah kerja PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) yang pertama bernama Kangaroo terletak di Kabupaten Bengkalis dengan luas hampir 10.000 km². Selain mengeksplorasi daerahnya sendiri, perusahaan ini juga bertindak sebagai operator bagi Calastiatic/Chevron dan Topco/Texaco (C&T).

Berdasarkan luas operasi dan kondisi geografis yang ada serta pertimbangan efisiensi dalam pengoperasian, maka PT. CPI membagi lokasi daerah operasi menjadi 5 distrik, yaitu :

1. Distrik Jakarta sebagai Pusat Administrasi keseluruhan.

2. Distrik Rumbai sebagai Pusat Kerja Administrasi Wilayah Operasi CPI. 3. Distrik Minas sebagai daerah operasi produksi minyak (sekitar 30 km dari


(27)

4. Distrik Duri sebagai daerah operasi produksi minyak (sekitar 112 km dari distrik Rumbai).

5. Distrik Dumai sebagai tempat pelabuhan untuk pengapalan minyak mentah(sekitar 184 km dari Distrik Rumbai).

4.1.3 Bahan Baku dan Produk

PT. CPI secara bisnis bergerak di bidang eksploitasi minyak bumi. Cakupan eksploitasi tersebut mulai dari evaluasi kandungan reservoir hingga memproduksinya dari dalam perut bumi. Produk yang dihasilkan oleh PT. CPI adalah minyak mentah yang dipasarkan di beberapa negara untuk pengolahan lebih lanjut.

4.1.4 Kegiatan Operasi 4.1.4.1 Kegiatan Eksplorasi

Pekerjaan eksplorasi yang pertama mencakup penelitian geologi, pengeboran sumur, dan penelitian seismik mulai pada tahun 1938 hingga 1944, sembilan sumur eksplorasi berhasil diselesaikan dengan temuan di tiga tempat, yakni gas di Sebanga serta minyak di Duri dan Minas. Temuan gas di Sebanga merupakan tonggak sejarah terpenting bagi eksplorasi perminyakan di bagian Tengah Pulau Sumatera.

Hingga kini CPI telah memiliki lebih dari 70.000 km² data seismik, 56.000 km² diantaranya berada di daerah Riau daratan. Kegiatan operasi pencarian ladang minyak baru sudah tidak lagi gencar dilakukan. Kegiatan yang terus dilakukan adalah meningkatkan produksi minyak dari sumur-sumur produksi yang telah ada


(28)

(Enhanced Oil Recovery atau EOR). Dewasa ini CPI menggunakan mercu bor untuk pengeboran eksplorasi dan pengembangan.

4.1.4.2 Kegiatan Produksi

Kegiatan produksi adalah kegiatan pengambilan minyak dari temuan sumur-sumur hasil kegiatan eksplorasi dengan menyalurkan melalui pipa-pipa. Jumlah produksi akumulatif satu miliar barel dicapai pertama kali setelah 17 tahun berproduksi. Selama tahun 1951-1956, pengeboran eksplorasi yang berproduksi hanya lapangan Minas dan Duri.

4.1.5 Sarana Penunjang Operasi

Sarana-sarana penunjang operasi PT Chevron Pacific Indonesia :

a. Pembangkit tenaga listrik di Duri, Central Duri, dan Minas (21 generator turbingas berkapasitas 390 MW), serta saluran transmisi dan distribusi listrik sepanjang 1.300 km dengan menggunakan sistem Hotline Maintenance yang memungkinkan dilakukannya perbaikan pada saluran-saluran listrik tegangan tinggi tanpa memutuskan aliran listrik.

b. Empat buah dermaga khusus Dumai (dua diantaranya mampu melayani kapal-kapal tangki berbobot mati 150.000 ton).

c. Kompleks tangki penyimpanan dengan kapasitas 5,8 juta barel.

d. Dua jalur pipa saluran masing-masing berdiameter 90 cm dan 75 cm pada jalur Minas-Dumai dan Bangko-Dumai.

e. Saluran Microwave UHF yang menghubungkan ke empat listrik, serta suatu system telepon dan komunikasi radio HF/VHF/UHF untuk seluruh kegiatan lapangan.


(29)

f. Pemanfaatan empat saluran Sistem Komunikasi Satelit Domestik Palapa untuk hubungan dengan kantor di Jakarta.

g. Layanan teleks dan elektronik mail antara Dumai-Rumbai-Jakarta dengan perusahaan pemegang saham dan perusahaan-perusahaan afiliasi di seluruh dunia melalui Satelit Palapa dan Intelsat.

h. Pada akhir tahun 1968, CPI memasang unit pengolah data elektronik yang pertama berupa komputer IBM 360 Model 30 dengan core capacity 64 Kbytes untuk memenuhi tuntutan tersedianya sarana informasi yang akurat dan cepat, serta adanya sistem pengendalian yang efektif dalam segala segi. i. Dumai Remote Entry Shipping System (DRESS) merupakan On-Line

Teleprocessing yang pertama diterapkan CPI. DRESS digunakan untuk mengelola pengisian dan pemompaan tangki penyimpanan, mengatur kapal tangki di Dumai, serta menyusun, membuat, dan menghasilkan dokumen teleprocessing untuk Crude Movement, Storage, and Shipping.

j. Jaringan computer yang terdiri dari IBM S/390, MicroVax, IBM AS400, Servers dan Workstations.

k. Sistem komputer Windows Vista Enterprise SP II Processor Inter Core Duo. Perangkat komputer ini bisa menghubungkan informasi secara langsung dengan semua komputer perusahaan di bawah Chevron Corporation di seluruh dunia.

4.1.6 Sumber Daya Manusia

PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI) kini memiliki kurang lebih 5500 tenaga kerja yang 98% diantaranya berkebangsaan Indonesia setelah di April 2016 terjadi pengurangan karyawan (secara sukarela) sebesar 50% demi tercapainya


(30)

keefektifan target perusahaan. Sejak tahun 1966, CPI telah dipimpin oleh orang Indonesia. CPI telah melaksanakan proses alih teknologi dan alih keterampilan yang terdiri dari tiga aspek, yaitu pelatihan, pertukaran gagasan, dan proses komunikasi antara tenaga kerja Indonesia dan tenaga asing.

Program pengembangan sumber daya manusia untuk karyawan adalah kursus keahlian dasar yang terdiri dari latihan Bahasa Inggris dan program pengembangan manajemen serta latihan khusus untuk karyawan senior. Sejumlah tenaga kerja Indonesia tingkat menengah ke atas mengikuti training sambil bekerja di Amerika Serikat setiap tahunnya. Hal tersebut dilaksanakan dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja Indonesia agar mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi.

4.1.7 Visi, Misi, dan Nilai-Nilai Dasar

Visi PT. Chevron Pasific Indonesia (PT. CPI) adalah “Diakui sebagai sebuah perusahaan kelas dunia yang bertekad untuk mencapai tingkat yang sempurna”. Untuk diakui sebagai perusahaan kelas dunia, PT. CPI melakukan apa yang disebut Continous Quality Improvement (perbaikan kualitas yang berkesinambungan). Sedangkan misi PT. CPI yang telah dicanangkan adalah

“Sebagai mitra usaha Pertamina, PT. CPI secara efektif akan mencari dan

mengembangkan sumber daya minyak dan gas bumi untuk kesejahteraan bangsa Indonesia dan kepentingan pemegang saham”.

Enam nilai pokok yang harus dijunjung tinggi segenap pimpinan dan karyawan PT. CPI adalah :

1. Memenuhi semua perundangan dan peraturan yang berlaku. 2. Menjunjung standar etika yang paling tinggi


(31)

3. Memperlakukan karyawan sebagai sumber daya yang paling berharga. 4. Memelihara lingkungan yang sehat dan aman bagi karyawan, kontraktor, dan

keluarganya.

5. Menjaga kelestarian lingkungan dan mendukung pengembangan masyarakat. 6. Menjadikan peningkatan mutu yang berkesinambungan sebagai falsafah

hidup.

4.1.8 Kesejahteraan dan Keselamatan Kerja

Fasilitas yang disediakan PT. CPI untuk kesejahteraan karyawannya, antara lain :

1. Tunjangan khusus yang besarnya sesuai dengan daerah kerja dan golongan pekerja. Sifat tunjangan khusus ini bukan merupakan unsur upah pokok. 2. Fasilitas perumahan bagi semua golongan pekerja.

3. Bantuan pengganti biaya perumahan bagi pekerja yang belum mendapat fasilitas perumahan karena terbatasnya fasilitas perumahan perusahaan yang ada atau kepada pekerja yang atas permintaannya tinggal di luar fasilitas perumahan.

4. Perusahaan akan memberikan bantuan biaya pemeliharaan secara bersih setiap bulan menurut kelas upah pekerja kepada pekerja yang sudah mengambil fasilitas pinjaman kepemilikan rumah dari perusahaan dan tidak menempati rumah perusahaan.

5. Tunjangan Hari Raya Keagamaan. 6. Jaminan selama pekerja sakit. 7. Tunjangan istirahat tahunan.


(32)

8. Perlengkapan kerja berupa pakaian kerja, pakaian seragam, sepatu keselamatan, jas hujan, dan jaket.

9. Tunjangan kematian bagi keluarga pekerja.

10. Pelayanan kesehatan gratis, berupa pemeriksaaan kesehatan, pemeliharaan, serta pengobatan kesehatan bagi pekerja dan keluarganya.

11. Sarana olahraga seperti kolam renang, fitness center, bowling, basket, tennis, golf, dan lain-lain.

12. Fasilitas perjalanan dinas untuk pekerja dan anggota keluarganya yang oleh perusahaan diminat untuk mendampingi/mengikuti pekerjaan tersebut.

13. Bantuan pendidikan bagi anak pekerja, berupa beasiswa anak pekerja di Sekolah Menengah Umum dan Perguruan Tinggi.

Risiko bekerja pada lingkungan PT. CPI sangat besar, kemungkinan terjadi kecelakaan sangat tinggi, maka dari itu perusahaan selalu menekankan untuk mementingkan keselamatan kerja (Occupational Safety) kepada setiap karyawannya. Karyawan harus bekerja dengan penuh kesadaran dan berusaha mencegah segala kemungkinan bahaya yang dapat terjadi setiap saat. PT. CPI menerapkan pelaksanaan program safety. Program tersebut diarahkan pada tiga sasaran yaitu human, equipment, dan procedure di mana tiga elemen itu memiliki peran yang sama pentingnya dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman.


(33)

4.1.9 Komitmen PT. Chevron Pacific Indonesia terhadap Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

4.1.9.1 Operational Excellence Management System

Operational Excellence Management System (OEMS) merupakan konsep SMK3 yang diterapkan oleh perusahaan. Konsep ini tidak hanya memperhatikan aspek keselamatan (safety) dan kesehatan (health), tetapi juga lingkungan (environment), efesiensi (efficiency), dan kehandalan (reliability). Perwujudan dari Operation Excellence (OE) antara lain dengan mengupayakan hal-hal seperti di bawah ini :

1. Keberhasilan mengkondisikan tempat kerja yang bebas kecelakaan (zero accident).

2. Mengeliminasi kebocoran minyak dan insiden kerusakan lingkungan (environment).

3. Mengidentifikasi dan mengurangi risiko kerusakan lingkungan (environment).

4. Mengkampanyekan tempat kerja yang sehat dan mengurangi risiko kesehatan yang signifikan (health).

5. Proses industri tanpa insiden (HES).

6. Memaksimalkan efisiensi sumber daya dan asset (efficiency & reliability).

4.1.9.2 Program TENETS dalam Konsep Operation Excellent

Secara harfiah TENET diartikan sebagai sebuah prinsip atau keyakinan yang menjadi nyata bagi anggota dari suatu kelompok. TENETS dalam konsep Operational Excellent (OE) bertujuan untuk merancang keyakinan dari setiap pekerja bahwa perilaku di tempat kerja yang baik akan membantu perusahaan


(34)

mencapai keselamatan, kesehatan, lingkungan, ketangguhan dan efisiensi yang berkelas dunia.

Prinsip-prinsip TENETS pada PT. Chevron Pacific Indonesia :

a. Selalu mengoperasikan dengan batas kemampuan alat sesuai dengan lingkungan sehingga mengurangi risiko cedera dan kerusakan lingkungan serta kerusakan peralatan.

b. Selalu mengoperasikan dalam kondisi yang aman dan terkendali.

c. Selalu memastikan peralatan keselamatan berada pada posisi yang tepat dan berfungsi dengan baik.

d. Selalu mengikuti prosedur dan penerapan keselamatan kerja. e. Selalu menjaga dan meningkatkan kualitas produk/alat/sistem. f. Selalu menjaga prinsip kejujuran dan pengabdian.

g. Selalu taat pada peraturan yang berlaku.

h. Selalu mengenali kondisi tidak wajar dengan mengidentifikasi kondisi tidak wajar, menilai risiko, dan mencari solusi dengan segera.

i. Selalu mengikuti prosedur tertulis untuk kasus luar biasa atau risiko tinggi. j. Selalu melibatkan para ahli dalam mengambil kebijakan terkait prosedur dan

peralatan. Pengambilan kebijakan harus dilakukan oleh orang berkompeten dan menurut data serta informasi yang akurat.


(35)

4.1.10 Struktur Organisasi Departemen Hydrocarbon Transportaion Minas

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Departemen HCT Minas

Secara umum tugas pokok masing-masing bidang, ialah :

1. On-Scene Commander : Membagi tugas dan mengkoordinir setiap bidang. 2. Site Safety Officer : Menangani masalah K3 di tempat kerja.

3. Staging Area Manger : Menangani masalah sumber daya di tempat kerja, meliputi makanan, air, APD, sanitasi, minyak, dan personel.

4. AIDE : Membantu kerja On-Scene Commander serta menyiapkan informasi untuk routinereport update kepada Facility Maintenance.

5. Muster Area Manager : Menangani masalah evakuasi dan titik kumpul.

4.1.11 Proses Operasi Kerja Departemen Hydrocarbon Transportation Minas Departemen HCT bertanggung jawab untuk menjamin keselamatan pengelolaan minyak mentah dengan lancar dan efektif tanpa mencemari


(36)

lingkungan. Departemen HCT Minas bertugas untuk menerima, mengelola, dan meneruskan seluruh minyak yang dikirim dari ladang minyak PT. CPI secara selamat, efektif, dan efisien sesuai dengan standar, prosedur, dan peraturan yang berlaku.

Departemen HCT di PT. CPI terbagi menjadi tiga distrik, yaitu HCT Dumai, HCT Duri, dan HCT Minas. HCT Dumai menjadi lokasi terminal akhir untuk transportasi minyak ke kapal dermaga. HCT Duri dan Minas menjadi lokasi penerimaan, pengelolaan, dan penerusan minyak yang beroperasi dari Dumai, Duri, dan Minas.

Sarana transportasi minyak mentah yang ada di HCT Minas adalah tank farm, pump station dan primary meter. Jalur pengaliran minyak mentah di Minas : a. Minyak dari GS I dan II dialirkan menuju Duri menggunakan pipa penyalur

18” dan kemudian diteruskan ke pipa 26” ke NBS.

b. Minyak dari GS III dialirkan menggunakan pipa penyalur 12” menuju NBS.

c. Minyak dari GS V & VI dialirkan menggunakan pipa penyalur 12” dan 18” menuju NBS.

d. Minyak dari GS IV dialirkan menggunakan pipa penyalur 24” menuju pipa

18” dan diteruskan ke pipa 26” menuju NBS.

e. Minyak dari CPP-BOB dialirkan menggunakan pipa 24” langsung menuju NBS.

Minas Tank Farm adalah area yang diperuntukkan sebagai tempat tangki timbun untuk menampung produksi minyak mentah dari setiap GS serta memompakannya ke NBS. Selain itu Minas tank farm berguna sebagai penampung sementara produksi Minas jika daya tampung Dumai dan Duri sudah


(37)

penuh oleh karena tidak adanya kapal masuk di Pelabuhan Dumai dan atau menampung produksi Minas jika pipa pecah atau bocor yang mengakibatkan terganggunya penyaluran minyak mentah dari NBS ke Duri.

Operasi kerja paling utama di Departemen Hydrocarbon Transportation PT. CPI Distrik Minas dilakukan di North Booster Station (NBS). Fungsi utama Minas NBS adalah sebagai sarana penerus aliran transportasi minyak mentah dari semua Gathering Station (GS) di Minas menggunakan Primary Meter menuju tangki timbun Duri. Untuk mendukung kelancaran operasi NBS maka NBS diperlengkap dengan beberapa peralatan seperti LACT Meter, Lab facilities, Booster pump, dan Fire pump.

1. LACT Meter

Lease Automatic Custody Transfer meter merupakan primary meter, yaitu suatu sistem pengukuran volume Crude Oil yang masuk dan keluar dari GS I s.d. GS VI. Jumlah primary meter sebanyak 8 buah yang terdiri dari LACT Meter A, B, C, D, dan E yang dioperasikan untuk mengukur produksi minyak CPI Minas dan hanya dijalankan sebanyak 2 unit meter saja serta 3 unit lainnya standby. Sementara LACT Meter F, G, dan H digunakan untuk mengukur produksi minyak dari BOB Zamrud/Perdada (Badan Operasi Bersama) dan yang beroperasi setiap hari hanya 1 unit saja dan 2 unit lainnya standby.


(38)

Gambar 4.2 Delapan pipa GS LACT Meter

LACT meter memiliki beberapa komponen untuk menunjang pengukuran produksi minyak yang masuk dan keluar :

a. Strainer, untuk menyaring kotoran yang terbawa bersama minyak sebelum masuk ke counter meter.

Gambar 4.3 Counter meter Menghitung Masuk dan Keluarnya Crude Oil Tiap GS

b. Gas eliminator, untuk memisahkan gas agar tidak mengganggu jalannya meter.


(39)

d. Proving facilities, untuk kalibrasi meter. Bagian maintenance secara berkala akan mengkalibrasi unit meter.

e. Ticket, untuk mencetak opening meter dengan closing meter. Untuk mendapatkan data yang akurat, pada bagian atas meter dimasukkan ticket setiap pukul 24:00 setiap harinya. Ticket ini akan di-print dengan jumlah kumulatif hari kemarin dengan hari ini dan pengurangan keduanya adalah produksi hari ini.

Gambar 4.4 Ticket hasil perhitungan dari counter meter

f. Automatic sampler, untuk mendapatkan sample yang kemudian dihitung BS&W-nya.


(40)

Apabila perbaikan LACT meter diperlukan, maka setiap pekerja wajib untuk memberitahu Team Leader bahwa salah satu LACT unit akan dimatikan untuk keperluan perbaikan. Pekerja harus memastikan menutup valve aliran masuk dan aliran keluar pada counter, dan pasang LOTO (Log Out Tag Out). Apabila perawatan LACT meter diperlukan, maka setiap pekerja wajib untuk membersihkan strainer secara berkala serta memastikan sampel apakah keluar dari solenoid dan masuk ke container. Tekanan pada LACT meter harus dijaga di bawah 5 psi agar tidak terjadi kebocoran. Apabila terjadi problem minyak mentah keluar dari outlet valve deaerator maka floating valve dearator terjadi kerusakan dan hal ini harus segera dilaporkan ke maintenance.

2. Lab Facilities

Lab adalah fasilitas yang berfungsi untuk mengetahui Basic Sediment and Water (BS&W) dan API Gravity dari sampel minyak mentah (yang diambil pada setiap dua jam, disebut dengan manual line sampler; serta setiap 24 jam, disebut dengan automatic line sampler) untuk perhitungan nett barrels.


(41)

Fasilitas yang terdapat di laboratorium HCT Minas, adalah : a. Tempat pencuci botol dan kaleng sampel.

b. Tempat penyimpanan kaleng sampel dan alat laboratorium lainnya.

c. Box heater yang berguna untuk tempat pengering kaleng/botol sampel minyak mentah.

d. Tempat penyimpanan bahan kimia

Laboratorium termasuk hazardous area, maka pemeriksaan secara rutin perlu dilakukan oleh operator. Fasilitas yang rutin diperiksa :

1) Ruangan kerja analisa minyak mentah

a. Centrifuge (alat untuk menentukan kadar air dan sediman dalam minyak, disediakan sample tube untuk diputar di dalam berguna untuk menganalisa BS&W) harus bersih dari minyak mentah.

b. Water bath (tempat memanaskan minyak mentah dalam botol sampel) harus bebas dari oil film dan ketinggian air harus dijaga sesuai ukuran. c. Crude oil mixer can dan pump harus bersih.

2) Area pencucian kaleng sampel

Bak pencuci kaleng harus selalu dalam keadaan kering, tidak ada barang-barang lain yang digantungkan pada bak pencuci kaleng.

3) Alat-alat keselamatan

a. Eye wash selalu bersih dan dites setiap hari.

b. Alat pemadam kebakaran dipastikan selalu tersedia dan dapat digunakan.


(42)

Tindakan keselamatan terhadap perlakuan sampel dalam laboratorium dilakukan agar mencegah dari kemungkinan cedera, pengendalian limbah, kerusakan sarana, mendorong kebiasaan kerja yang baik, serta mencegah terjadinya kebakaran :

1) Pada dasarnya uap minyak bersifat racun dan mudah terbakar, maka hindari menghirup uapnya dan percikan bunga api.

2) Pemindahan sampel dari peralatan sampling ke wadah sampel dilakukan secara cepat dan selamat.

3) Sampel yang mudah menguap, harus didinginkan sebelum wadah sampel dibuka.

4) Secepatnya beri label dengan jelas dan tidak mudah terhapus : tanggal, waktu, nama operator, nama dan nomor tangki, grade material, dan simbol standar.

5) Seluruh peralatan laboratorium harus dalam keadaan bersih dan rapi untuk menunjang operasional berjalan dengan lancar.

6) Sampah laboratorium dibuang sesuai kelompok :

a. Sampah B3; seperti kain lap berminyak dan sarung tangan berminyak. b. Sampah anorganik; seperti pecahan kaca peralatan dan plastik.

c. Sampah organik; seperti sisa makanan dan daun pembungkus makanan.

3. Booster pump

Booster pump atau pump engine berfungsi untuk mengalirkan minyak mentah yang diterima dari lapangan Minas dan CPP-BOB menuju Duri. Pump engine harus selalu diperiksa secara berkala agar mesin terpelihara dan mencegah terjadinya overheat atau mati mesin, serta melancarkan proses penyaluran minyak


(43)

mentah yang diterima di NBS. Apabila terjadi mesin yang tidak bisa hidup atau mati mendadak maka diperiksa terlebih dahulu penyebabnya dan melaporkan kepada maintenance.

4. Fire pump

Berfungsi untuk mengatasi kebakaran jika terjadi kebakaran di area NBS. Semua pekerja harus mengikuti prosedur dalam menggunakan dan merawat alat pemadam kebakaran. Alat pemadam kebakaran juga diuji setiap minggu, bulanan, dan tahunan. Jenis alat pemadam kebakaran di HCT Minas - NBS :

1) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat ini bersifat portable menggunakan kimia kering, CO2, air, atau busa sebagai media pemadam.

2) Sistem Pemadam Api Permanen (SPAP)

Contoh dari SPAP adalah hydrant. SPAP harus diinspeksi secara teratur untuk memastikan bahwa alat dapat digunakan kapan saja.

3) Sistem Air Pemadam Kebakaran (SAPK)

Mencakup pompa air, foam/busa, pipa, hidran, monitor, serta selang kebakaran.

4) Peralatan Pendeteksi Api/Asap

Biasanya dipasang dalam gedung/ruangan yang berfungsi mendeteksi

api/asap dan dihubungkan dengan “alarm system” sehingga kebakaran dapat


(44)

4.2 Gambaran Health, Environment, and Safety (HES) PT. CPI 4.2.1 Health, Environment, and Safety (HES)

Health, Environment, and Safety (HES) merupakan salah satu kebijakan yang bertujuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja, mitra kerja, keluarga, dan masyarakat serta menjaga kelestarian lingkungan. Kebijakan tersebut adalah perwujudan dari tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pekerja dan masyarakat disekitarnya. Dalam segala kegiatannya, PT. CPI selalu memperlihatkan keteladanan dalam pelaksanaan program HES serta senantiasa memastikan karyawan dan mitra kerjanya memahami dan memenuhi tanggung jawab dalam bidang keselamatan, kesehatan, dan lingkungan.

Health, Environment, and Safety (HES) memiliki tanggung jawab dalam memenuhi tiga bidang, yaitu :

1. Health (Kesehatan)

Bidang ini bertanggung jawab untuk menjaga lingkungan fisik yang benar sehingga tidak berdampak pada kesehatan. Bagian-bagian yang dijaga antara lain : a. Penyediaan air yang akan dikonsumsi atau dibuang ke hutan dengan menjaga

parameternya.

b. Mengelola limbah dan sampah baik yang berasal dari kotoran manusia, pekerjaan bangunan, laboratorium maupun sampah B3.

c. Mengendalikan hewan penyebar penyakit serta pengganggu. 2. Environment (Lingkungan)

Bagian ini mengatasi masalah yang menyangkut pencemaran terhadap lingkungan seperti pencemaran tanah oleh tumpahan minyak atau pencemaran air produksi yang diizinkan dan diinjeksikan kembali ke tanah.


(45)

3. Safety (Keselamatan)

Bidang ini menangani masalah keselamatan kerja. Hasil inspeksi dan audit yang dilakukan oleh perusahaan, IBU manajemen, dan tim HES. Kegiatan yang menjadi tanggung jawab bagian Safety (Keselamatan) adalah :

a. Melakukan pembelian barang-barang penunjang keselamatan kerja dan kesehatan serta lingkungan.

b. Melakukan perawatan terhadap alat-alat keselamatan.

c. Melakukan pencegahan kecelakaan melalui perencanaan yang baik. d. Melacak sebab-sebab terjadinya kecelakaan dan melaporkannya. e. Melakukan pelatihan terhadap HES secara berkesinambungan.

Hierarki penerapan Health, Environment, and Safety (HES) berdasarkan regulasi/guideline PT. Chevron Pacific Indonesia adalah sebagai berikut :

Gambar 4.6 Hierarki Penerapan Regulasi/Guideline Health, Environment, and Safety (HES) PT. Chevron Pacific Indonesia

4.2.2 Gambaran Program BBS di PT. Chevron Pasific Indonesia Distrik Minas

IndoAsia Business Unit menerapkan program keselamatan berdasarkan Behavior Based Safety (BBS) di PT. Chevron Pasific Indonesia sejak 2006. IBU menyadari bahwa 80% kecelakaan mengandung unsur perilaku. Oleh sebab itu,


(46)

BBS dibentuk untuk mengelola Tingkat DAFW (Days Away From Work) Rate menuju nol.

Proses BBS dimulai dengan pelatihan beberapa karyawan terpilih untuk menjadi steering committee. Ketentuan pemilihan steering committee ialah karyawan yang aktif dalam pekerjaan maupun organisasi serta telah banyak mendapatkan award dari perusahaan di berbagai kegiatan atau program. Tugas utama BBS Steering Committee adalah mengidentifikasi perilaku kategori kritikal (critical behavior), yaitu perilaku yang sering menyebabkan kecelakaan di area setempat. Di Departemen HCT, ada 10 orang Steering Committee yang terdiri dari 3 Senior Operator, 1 Operator, 1 Facilities Representative, 1 Production Specialist, 1 Team Leader Operation, 1 Analyst, 1 Team Leader Maintenance, dan 1 Coordinator Plant.

Ada tiga prinsip melakukan observasi di PT. CPI, yaitu No Name, No Blame, dan No Sneak Up. Sebelum observasi, BBS Observer memberitahu pekerja yang diobservasi, tidak dengan cara diam-diam. Hal ini dimaksudkan guna membangun suasana positif saat observasi dan tidak untuk mencari kesalahan. Nama pekerja yang diobservasi tidak dicantumkan. Jadi, apapun hasil observasi tidak mempengaruhi catatan kinerja pekerja. Kemudian, observer mengisi kolom komentar pada kartu BBS jika diperlukan. Setelah melakukan observasi, observer memberikan feedback kepada yang diobservasi.


(47)

Gambar 4.7 Process Flow Diagram

Pada gambar di atas adalah hasil observasi harus dikomunikasikan pada pekerja yang diamati, termasuk perilaku selamat dan berisiko. Perilaku selamat disampaikan terlebih dahulu agar memberi apresiasi, sehingga pekerja mendapat konsekuensi yang sifatnya positif, langsung, dan pasti untuk perilaku selamatnya dan diharapkan pekerja akan melakukan tindakan yang sama untuk selanjutnya.

Tindakan berisiko disampaikan baik-baik, tanpa menyalahkan maupun menghakimi, tujuannya mengingatkan pekerja akan risiko yang dihadapi. Selain itu, observer juga mencari tahu penghalang (barrier) yang menyebabkan perilaku berisiko, agar dapat ditindaklanjuti untuk kemudian dihilangkan penghalangnya. Setelah observasi dilakukan, data diolah dan dikembalikan kepada BBS Steering Committee. Informasi yang didapat ditindaklanjuti, misalnya informasi mengenai penghalang yang membuat seseorang melakukan perilaku berisiko. BBS Steering


(48)

Committee berupaya menghilangkannya. Penghalang yang berada di luar kemampuan BBS Steering Committee, penanganannya diserahkan ke Barrier Removal Team yang ada di Jakarta.

Gambar 4.8 Langkah-langkah Observasi pada Buku Saku BBS Hal-hal yang menunjang berjalannya program BBS salah satunya ialah kartu observasi BBS. Setiap karyawan diberikan sebuah buku kecil yang terdiri dari lembaran-lembaran kartu BBS yang nantinya dikumpulkan kepada Steering Committee.


(49)

Gambar 4.9 Cara Melakukan Observasi dan Memberikan Umpan Balik

Di buku yang sama, terdapat critical behavior definitions yang merupakan definisi-definisi dari pilihan penilaian yang ada di depan. Ini bertujuan untuk memudahkan observer apabila lupa atau kurang paham dengan opsi pilihan penilaian. Sehingga, observer mampu menilai dengan akurat dan tepat sesuai dengan definisi perilaku yang dimaksud atau dilihat.


(50)

Karyawan wajib mengumpulkan minimal 2 kartu BBS setiap bulannya, baik kepada steering committee maupun mengisi laporan di komputer yang terhubung ke database IBU PT. CPI. Pengumpulan kartu BBS kepada steering committee dilakukan di akhir bulan dan pelaporan dilakukan di awal bulan. Apabila pengumpulan kepada steering committee dilakukan pada akhir bulan Juni, maka pelaporan ke website IBU dilakukan pada awal bulan Juli. Pengumpulan kartu BBS kepada steering committee nantinya akan dipergunakan sebagai referensi untuk membuat rekomendasi agar perilaku tidak aman tidak terjadi lagi di tempat kerja, terutama di Departemen HCT. Sementara pelaporan kartu BBS ke website IBU berguna untuk pihak HES menilai kinerja karyawan dalam melaksanakan program BBS di perusahaan. Kemudian, laporan hasil program BBS akan di-upload di website IBU untuk dilihat secara publik. Laporan BBS dari HES terbentuk setiap minggu, setiap bulan, dan setiap tahun. Tidak ada karyawan yang diberikan sanksi apabila karyawan tidak mengisi atau mengumpulkan kartu observasi. Sebaliknya, karyawan yang mengisi atau mengumpulkan kartu observasi sesuai target perusahaan akan diberi insentif. Karyawan yang memiliki kinerja baik dalam melaksanakan proses program BBS akan mendapatkan penghargaan berupa sertifikat dan reward.


(51)

(52)

(53)

(54)

4.2.3 Hasil Penelitian Gambaran Penerapan Program BBS di Departemen Hydrocarbon Transportation Minas

Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan Umur

Kategori Frekuensi Persentase

28 – 38 7 23,3

39 – 49 4 13,3

50 – 60 19 63,3

Berdasarkan tabel di atas bahwa sebagian besar responden berusia 50 – 60 tahun, yaitu sebesar 63,3% atau 19 orang. Ada 23,3% atau 7 responden berusia 28-38. Yang terkecil jumlahnya, ada 13,3% atau 4 responden berusia 39 – 49 tahun. Responden berusia 50 – 60 tahun sudah lebih berpengelaman dalam menjalankan pekerjaan dan lebih mumpuni di bidang kerjanya.

Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Frekuensi Persentase

SLTA/STM 22 73,3

Diploma 5 16,7

Sarjana 3 10

Berdasarkan table di atas terlihat bahwa pendidikan terakhir responden terbanyak ialah SLTA/STM sebesar 73,3% atau 22 orang. Sedangkan responden yang memiliki pendidikan terakhir Sarjana (S1) sebesar 10% atau 3 orang. Latar belakang pendidikan merupakan salag satu faktor penting.


(55)

Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan Masa Kerja

Waktu Frekuensi Persentase

7 – 16 9 30

17 – 26 1 3,3

27 – 36 20 66,7

Berdasarkan tabel di atas bahwa sebagian besar responden berusia 27 – 36 tahun sebanyak 66,7% atau 20 orang dan yang terendah ialah responden berusia

17 – 26 tahun sebanyak 13,3% atau 1 orang. Semakin lama masa kerja seorang

karyawan bekerja dalam sebuah perusahaan, maka diharapkan semakin loyal karyawan tersebut dalam pekerjaannya.

Tabel 4.4 Karakteristik responden berdasarkan Jabatan

Jabatan Frekuensi Persentase

Operator 4 13,3

Senior Operator 16 53,3

Facilities Representative 5 16,7

Production Specialist 1 3,3

Team Leader Operation 1 3,3

Team Leader Facilities 1 3,3

Analyst 1 3,3

Coordinator Plant 1 3,3

Berdasarkan tabel di atas, responden sebagian besar merupakan Senior Operator dengan jumlah 53,3% atau 16 karyawan, disusul oleh Facilities Representative dengan jumlah 16,7% atau 5 orang yang bertanggung jawab untuk mengkoordinir pihak maintenance dalam perawatan dan perbaikan mesin.


(56)

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi terhadap Penerapan Kartu Observasi

No. Pertanyaan YA TIDAK

n % N %

1 Apakah Anda selalu mengisi Kartu Observasi BBS sesuai target perusahaan (2 x sebulan) ?

27 90 3 10

2 Apakah Anda selalu diobservasi oleh pekerja lainnya secara reguler?

30 100 0 0

3 Apakah Anda selalu menghadiri pelatihan mengenai BBS?

30 100 0 0

4 Apakah Anda langsung memasukkan (meng-input) data BBS ke website?

25 83,3 5 16,7

5 Apakah Anda merasa orang lain memberikan data yang akurat dalam mengisi Kartu Observasi BBS mereka?

30 100 0 0

6 Pekerja tidak akan diberikan sanksi apabila tindakan tidak aman diobservasi dan dilaporkan. Apakah pernyataan tersebut benar?

28 93,3 2 6,7

7 Apakah Anda selalu memiliki kesempatan waktu untuk memberikan komentar yang ada di kolom Kartu Observasi BBS?

30 100 0 0

8 Apakah Anda pernah mendapatkan penghargaan BBS?

16 53,3 14 46,7

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat dari 8 pertanyaan, pertanyaan

dengan jawaban “YA” terbanyak sejumlah 30 (100%) responden terdapat pada

nomor 2, 3, 5, dan 7. Pertanyaan dengan dengan jawaban “TIDAK” terbanyak terdapat pada nomor 8 sejumlah 14 (46,7%) responden.


(57)

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi terhadap Pelaksanaan Feedback

No. Pertanyaan YA TIDAK

n % n %

9 Apakah Anda menerima feedback (umpan balik) dari pengamat (observer) yang mengamati Anda dalam melakukan pekerjaan?

30 100 0 0

10 Apakah Anda selalu memberikan feedback kepada pekerja yang Anda observasi?

30 100 0 0

11 Apakah Anda mengakui dan memuji, apabila kinerja pekerja meningkat?

30 100 0 0

12 Apakah Anda menyampaikan feedback dengan detail dan spesifik?

30 100 0 0

13 Apakah Anda menyampaikan feedback positif terlebih dahulu kemudian menyampaikan hal yang perlu diperbaiki setelahnya?

30 100 0 0

14 Apakah pekerja yang Anda observasi mendengar feedback yang Anda sampaikan dengan seksama?

30 100 0 0

Berdasarkan tabel di atas dari 6 pertanyaan, tidak satupun responden (n = 30) yang menjawab “TIDAK”, yaitu semua responden menjawab “YA” dengan presentase 100%.


(58)

Tabel 4.7 Distribusi frekuensi terhadap Pelaksanaan Tugas Steering Committee

No. Pertanyaan YA TIDAK

n % n %

15 Apakah Anda selalu hadir dalam meeting (rapat) dengan sesama Steering Committee secara reguler?

10 100 0 0

16 Apakah Anda selalu mendorong partisipasi sesama karyawan secara personal mengenai program BBS?

10 100 0 0

17 Apakah Anda selalu memastikan Kartu Observasi BBS terkumpul tepat waktu?

9 90 1 10

18 Apakah Anda selalu menerima Kartu Observasi BBS dari karyawan tepat pada waktunya?

8 80 2 20

19 Apakah Anda mengidentifikasi dan memberikan pelatihan serta pembinaan BBS kepada pekerja yang membutuhkan?

10 100 0 0

21 Apakah Anda mengembangkan rencana aksi (tindak lanjut) dari data analisis program BBS dan menyampaikannya kepada pihak manajemen untuk aksi selanjutnya?

10 100 0 0

22 Apakah Anda akan menginformasikan mengenai hasil dari keberhasilan keselamatan kerja?

10 100 0 0

23 Apakah penghargaan diberikan kepada pekerja yang melaksanakan program BBS dengan baik?


(59)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat dari 8 pertanyaan, pertanyaan dengan jawaban “YA” terbanyak sejumlah 30 (100%) responden terdapat pada „nomor 15, 16, 19, 20, 21, 22 dan 23. Pertanyaan dengan dengan jawaban “TIDAK” terbanyak terdapat pada nomor 18 sejumlah 2 (20%) responden.


(60)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Penerapan Program Behavior Based Safety

Penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja di sebuah perusahaan melibatkan semua karyawan baik dalam jabatan tertinggi maupun terendah. Salah satu program K3 di PT. Chevron Pasific Indonesia ialah program behavior based safety yang telah dicanangkan sejak tahun 2006. Tujuan program BBS ini adalah mengajak keterlibatan semua pihak untuk saling mengobservasi dan memberi masukan terhadap perilaku sesama karyawan yang memungkinkan untuk menimbulkan risiko serta demi mencapai cita-cita utama perusahaan, yaitu Zero Accident. Untuk menilai kinerja hasil observasi dan masukan karyawan tersebut serta perkembangan program BBS di perusahaan, maka setiap karyawan diwajibkan untuk membuat laporan yang dikumpul setiap bulannya.

Hasil pengisian kuesioner bagian satu pada pertanyaan nomor 8 mendapatkan jawaban “TIDAK” terbanyak dari seluruh pertanyaan mengenai penerapan program BBS di Departemen Hydcrocarbon Transportation (HCT) Distrik Minas. Terdapat 14 (46,7%) karyawan dari pertanyaan nomor 8 yang sama sekali tidak pernah mendapatkan penghargaan BBS. Perusahaan selalu mencapai target perusahaan dalam laporan mengenai program BBS dan bahkan melampui target. Diketahui bahwa terdapat lebih dari separuh responden (n = 30) yang telah memiliki masa kerja lebih dari 20 tahun dan 14 diantara mereka tidak pernah mendapatkan penghargaan BBS.

Steve Jacobs dalam Gunawan dan Martowiyoto (2015) menyatakan bahwa antecedents berpengaruh lebih kecil, yaitu 20% daripada consequence yang


(61)

berbobot sekitar 80%, yang akan mempertahankan perilaku secara berkelanjutan serta meningkatkan produktivitas kerja. Bentuk dari dampak (consequence) dalam penelitian penerapan program BBS ini berupa sebuah penghargaan yang diberikan kepada karyawan dari hasil kinerja dalam melaksanakan proses progam BBS dengan baik. Sementara bentuk dari penggerak (antecedents) ialah faktor dari dalam berupa pengetahuan dalam bentuk pelatihan kerja serta faktor dari luar seperti peralatan, lingkungan fisik tempat kerja, lingkungan sosial, budaya organisasi, sistem kerja, dan kepemimpinan.

Berdasarkan penelitian dengan kuesioner, terlihat bahwa terdapat 5 (16,7%) dari total 30 karyawan yang tidak langsung meng-input data BBS ke website perusahaan, yaitu website IBU. Batas pengumpulan data BBS dilakukan di akhir bulan, tepatnya setiap pada tanggal 22 per bulan. Artinya, ada 5 karyawan pernah mengumpulkan data BBS lebih dari tanggal 22.

Ada 5 (16,7%) karyawan yang tidak langsung memasukkan data BBS ke website IBU. Namun, hanya 3 (10%) karyawan yang tidak selalu mengisi Kartu Observasi BBS sesuai target perusahaan (2 x sebulan). Hal ini jumlahnya berbeda cukup jauh dengan 14 (46,7%) karyawan yang sama sekali tidak pernah mendapatkan penghargaan BBS. Seluruh responden menjawab “YA” pada pertanyaaan “Apakah Anda selalu menghadiri pelatihan mengenai BBS?”. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh karyawan pada dasarnya telah melewati antecedents faktor dalam, yaitu pelatihan. Seluruh karyawan (100%) yang menjabat sebagai steering committee, memberikan pelatihan serta pembinaan BBS kepada pekerja yang membutuhkan. Hal ini dibuktikan dengan tidak satupun steering committee yang menjawab “TIDAK” pada pertanyaan nomor 19, yang berarti seluruh


(62)

steering committee telah memberikan antecedents faktor dalam, yaitu pelatihan. Jawaban para responden terhadap kuesioner penelitian ini, yaitu pada pertanyaan nomor 8 mengenai penghargaan, memperlihatkan bahwa perusahaan terutama di Departemen HCT Minas belum menciptakan faktor consequence kepada sebagian karyawan. Apabila jumlah karyawan yang menjawab “TIDAK” pada pertanyaan nomor 1 (“Apakah Anda selalu mengisi Kartu Observasi BBS sesuai target perusahaan”) dan nomor 4 (“Apakah Anda langsung memasukkan data BBS ke website”) digabungkan, maka hasilnya tidak sebanding dengan jumlah karyawan yang menjawab “TIDAK” pada pertanyaan nomor 8 (“Apakah Anda pernah mendapatkan penghargaan BBS”). Artinya, pernyataan Steve Jacobs dalam Gunawan dan Martowiyoto (2015) bahwa antecedents berpengaruh lebih kecil (hanya 20%) daripada consequence (bobot 80%), yang akan mempertahankan perilaku secara berkelanjutan serta meningkatkan produktivitas kerja, belum terpenuhi di Departemen Hydrocarbon Transportation Distrik Minas. Namun, penelitian deskriptif belum mampu mencari alasan yang mendalam mengapa hal tersebut dapat terjadi. Penelitian ini memiliki potensi besar dengan jawaban yang berbeda apabila dilakukan secara mendalam atau dengan penelitian analitik.

Pada kuesioner bagian satu nomor 6, bahwa ada 2 (6,7%) responden yang menjawab “TIDAK” pada peryataan “Pekerjaan tidak akan diberikan sanksi apabila tindakan tidak aman diobservsai dan dilaporkan.” Ini artinya, ada 2 diantara 30 karyawan mengakui bahwa ada sanksi yang dikenakan apabila tindakan tidak aman, diobservasi, dan dilaporkan. Diketahui bahwa dalam kartu

observasi BBS di PT. CPI terdapat motto “NO NAME, NO BLAME”. Tidak akan


(63)

kedua karyawan yang menjawab “TIDAK” pada pertanyaan nomor 6 bagian satu, bahwa sanksi yang dimaksud adalah ketika perbuatan tidak aman terlihat oleh observer yang menjabat sebagai Team Leader, maka ada beberapa Team Leader yang sengaja mencatat secara pribadi nama pekerja yang bekerja secara tidak aman untuk dijadikan sebagai referensi bahwa pekerja tersebut pantas atau tidak untuk dinaikkan jabatannya kelak.

Salah satu prosedur dalam melakukan observasi menurut Krause (1990) adalah observer meyakinkan bahwa tidak akan ada nama yang dicatat dan tidak ada tindakan disipliner akan hasil dari pengamatan. Artinya, baik secara pribadi maupun profesional, tidak akan ada nama yang dicatat dan tidak ada tindakan disipliner setelah mengetahui bahwa pekerja melakukan pekerjaan secara tidak aman. Hal ini bertujuan agar pekerja meningkatkan produktivitas dan semangat dalam bekerja untuk waktu berikutnya tanpa ada rasa paksaan atau bersalah. Selain itu, menurut Cooper dalam Tambunan (2015), bahwa hukuman atau sanksi memberikan lebih banyak penekanan pada perilaku yang muncul daripada membangun contoh perilaku yang baru. Ini dapat menyebabkan kegelisahan dan kebencian yang muncul secara negatif pada area tempat kerja. Sanksi harus dipertimbangkan sebagai jalan terakhir, bukan sebagai respon awal.

Dalam kuesioner bagian dua mengenai Feedback, bahwa seluruh karyawan (100%) menjawab keenam pertanyaan dengan jawaban “YA”. Seluruh karyawan menjalankan proses program BBS dengan baik di tahapan feedback. Itu artinya, komunikasi dua arah sesama karyawan sudah terjalin demi mencapai kesehatan dan keselamatan selama bekerja.


(64)

Dalam kuesioner bagian ketiga mengenai pelaksanaan tugas steering committee bahwa ada 2 (6,7%) responden yang menjawab “TIDAK” pada pertanyaan nomor 18, yaitu “Apakah Anda selalu menerima Kartu Observasi BBS dari karyawan tepat pada waktunya?”. Hal ini sejalan dengan hasil jawaban kuesioner pada bagian pertama dari karyawan bukan steering committee yang menjawab pertanyaan nomor 1 dan 5 yang berhubungan dengan pengisian dan pengumpulan kartu BBS. Sementara hanya 1 (3,3%) responden yang tidak selalu memastikan kartu observasi BBS terkumpul tepat waktu. Selebihnya 29 (96,7%) responden selalu memastikan kartu observasi BBS terkumpul tepat waktu.

Gambar 5.1 Steering Committee Melakukan Meeting Bulanan

Menurut McSween (2003) dapat disimpulkan bahwa Steering Committee, atau biasa disebut SC, adalah sebuah tim yang terbentuk dari beberapa karyawan terpilih yang sudah melewati pelatihan sebagai observer dalam program BBS. SC efektifnya terdiri dari 5 hingga 8 orang atau lebih yang merepresentasi departemen masing-masing dimana karyawan bekerja. SC melakukan pertemuan (meetings)


(65)

secara regular untuk membincangkan teknik pemecahan masalah dari hasil data laporan BBS dan perencanaan mengenai program keselamatan kerja.

Untuk hal ini, Departemen HCT PT. CPI Distrik Minas telah melakukan meeting reguler setiap bulannya, serta membuat laporan rekomendasi serta solusi menyangkut permasalahan perilaku tidak aman dari data-data BBS yang terkumpul di HCT. Beberapa hasil laporan rekomendasi serta solusi hasil meeting steering committee Mei 2016 terdapat pada Gambar 5.2 dan Gambar 5.3.

Pihak steering committee juga melakukan perhitungan persentase partisipasi pengumpulan Kartu BBS oleh karyawan ke Website IBU dari bulan Januari sampai dengan April 2016. Dari hasil perhitungan tersebut, didapat bahwa 94% karyawan telah berpartisipasi secara penuh, yaitu mengumpulkan minimal 2 kartu BBS setiap akhir bulan. Lampiran terkait terdapat pada Gambar 5.5 dan Gambar 5.6.


(66)

(67)

(68)

(69)

(70)

Gambar 5.6 Persentase Partisipasi Karyawan dalam Pengumpulan Kartu BBS dari Januari – April 2016


(71)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian di Departemen Hydrocarbon Transportaion PT. Chevron Pasific Indonesia Distrik Minas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada bagian kuesioner mengenai Penerapan Kartu Observasi, dari total responden berjumlah 30 karyawan; 3 (10%) responden tidak selalu mengisi Kartu Observasi BBS sesuai target perusahaan (2 x sebulan), 5 (16,7%) responden tidak langsung memasukkan (meng-input) data BBS ke website; 2 (6,7%) responden menyatakan bahwa pekerja diberikan sanksi apabila ada pekerja bertindak tidak aman ketika diobservasi dan dilaporkan, serta ada 14 (46,7%) responden tidak pernah mendapatkan penghargaan BBS.

2. Pada bagian kuesioner mengenai Feedback, seluruh responden (n = 30) menyatakan “YA” untuk ketujuh pertanyaan.

3. Pada bagian kuesioner mengenai Tugas Steering Committee, dari total responden berjumlah 10 karyawan; 1 (10%) responden tidak selalu memastikan Kartu Observasi BBS terkumpul tepat waktu, serta 2 (20%) responden tidak selalu menerima Kartu Observasi BBS dari karyawan tepat pada waktunya.


(72)

6.2 Saran

Disarankan kepada : 1. Karyawan

a. Penanaman budaya disiplin terutama dalam menjalankan proses program BBS di perusahaan demi mencapai keefektifan dan keefisienan target perusahaan, walaupun hanya sekadar mengumpulkan Kartu BBS ataupun meng-input data BBS ke dalam website IBU, baik yang merupakan karyawan maupun karyawan yang menjabat sebagai steering committee. b. Pendekatan langsung sesama karyawan, baik secara top-bottom maupun

bottom-up, secara pribadi dan profesional untuk selalu saling mengingatkan dalam melaksanakan proses program BBS sesuai prosedur serta terciptanya profesionalitas yang baik sesama karyawan.

2. Perusahaan

a. Penerapan program BBS di Departemen Hydrocarbon Transportation PT. Chevron Pasific Indonesia Distrik Minas sudah dilaksanakan oleh lebih dari separuh karyawan dan perlu dipertahankan serta ditingkatkan agar semakin aktif dalam waktu mendatang.

b. Pemberian sanksi terhadap karyawan akibat kurangnya disiplin dalam melaksanakan proses program BBS sebaiknya dijadikan sebagai alternatif terakhir apabila tindakan karyawan sudah tidak dapat ditolerir.

c. Pemberian penghargaan atas kerja sama karyawan untuk menjalankan proses program BBS ditingkatkan atau diperbanyak agar karyawan lebih produktif dan semangat dalam bekerja untuk ke depannya.


(73)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahaya, Risiko, dan Kecelakaan Kerja

Bahaya adalah keadaan yang mempunyai potensi untuk menyebabkan cedera pada manusia atau kerusakan harta benda maupun lingkungan alam.Risiko adalah kemungkinan potensi terjadinya sesuatu yang menimbulkan kerugian. Sementara, kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan yang dapat mengganggu proses produksi/operasi, merusak harta benda/aset, mencederai manusia, atau merusak lingkungan. Hubungan ketiganya ialah semakin tinggi paparan terhadap bahaya yang tidak dapat dikendalikan, maka semakin tinggi risiko yang dihadapi.Paparan meningkat dengan adanya perilaku tak aman dan keadaan tak aman (Gunawan dan Martowiyoto, 2015).

2.1.1 Sumber Bahaya

Menurut Sahab, kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat menimbulkan kerugian, baik kerugian langsung maupun tidak langsung. Kerugian ini bias dikurangi jika kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dengan cara dideteksi sumber-sumber bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja tersebut (Indar, 2014).

Sumber-sumber bahaya berasal dari : 1. Manusia

a. Melakukan tindakan tidak aman, b. Kurang bergairah,


(74)

d. Emosi terganggu,

e. Pengaruh sikap pimpinan, f. Pengaruh motivasi. 2. Peralatan

a. Tidak digunakan sesuai fungsinya,

b. Tidak ada pelatihan tentang penggunaan alat, c. Tidak dilengkapi dengan pelindung dan pengaman, d. Tidak ada perawatan atau pemeriksaan.

3. Bahan

Bahaya dari bahan meliputi berbagai risiko sesuai dengan sifat bahan, antara lain :

a. Mudah terbakar, b. Mudah meledak, c. Menimbulkan alergi, d. Menyebabkan kanker, e. Bersifat racun,

f. Radioaktif,

g. Mengakibatkan kelainan pada janin,

h. Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh. 4. Proses

Proses kadang dapat menimbulkan asap, debu, panas, bising, dan bahaya mekanis seperti terjepit, terpotong, atau tertimpa bahan. Tingkat bahaya dari proses ini tergantung pada teknologi yang digunakan.


(75)

2.1.2 Manajemen Risiko

Menurut Sugandi dalam Socrates (2013), risiko adalah perwujudan potensi bahaya yang mengakibatkan kemungkinan kerugian menjadi lebih besar.Melalui analisis dan evaluasi semua potensi bahaya dan risiko, diupayakan tindakan minimalisasi atau pengendalian agar terjadi bencana atau kerugian lainnya.

Menurut Kerzner dalam Socrates (2013), manajemen risiko adalah serangkaian kegiatan yang salah satu di dalamnya terdapat penilaian (assement) atau analisis dan identifikasi bahaya. Identifikasi bahaya dalam manajemen risiko memerlukan metoda yang salah satunya merupakan daftar periksa atau Check List, yang biasa digunakan dalam program Behavior Based Safety.

2.1.3 Kecelakaan Kerja

Kecelakaan Kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan manusia, merusak harta benda, atau kerugian terhadap proses.Kecelakaan kerja juga dapat didefinisikan sebagai suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban

manusia dan atau harta benda (Suma‟mur, 2009).

Menurut Winarsunu dalam Saodah (2015), faktor-faktor yang memiliki kontribusi dalam kecelakaan, dalam model Multiple Factor Theories, mencakup 4 M, yaitu Man, Machine, Media, dan Management yang digambarkan saling berinteraksi satu sama lain. Karakteristik man atau manusia meliputi umur, gender, kemampuan, keterampilan, training, kekuatan motivasi, dan keadaan emosi. Media meliputi lingkungan kerja seperti suhu, kebisingan, getaran, gedung, jalan, dan ruang kerja. Machineatau mesin meliputi ukuran, bobot, bentuk, sumber energi, cara kerja, tipe gerakan, dan bahan mesin. Sedangkan management adalah


(76)

konteks dimana ketiga faktor Man, Media, dan Machine berada dan dijalankan. Hal ini meliputi gaya manajemen, struktur organisasi, komunikasi, kebijakan, dan prosedur-prosedur yang dijalankan di organisasi.

2.1.3.1. Konsep Kecelekaan Kerja

Menurut Heinrich dalam Tarwaka (2008), teori sebab akibat terjadi kecelakaan dikenal dengan Teori Domino, yakni berupa kebiasaan, kesalahan, tindakan dan kondisi tidak aman, kecelakaan, serta cidera. Memutus rangkaian mata rantai tersebut dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

Menurut Gunawan dan Martowiyoto (2015), teori domino yang diperbaharui dari Heinrich dilakukan oleh Frank E. Bird, Jr. menyatakan bahwa ada 5 domino dari model Bird mengenai sistematis proses terjadinya insiden : 1. Kerugian (Loss), sebagai domino kelima.

Berbentuk kerusakan atau cedera pada manusia, peralatan dan sarana, material, lingkungan alam, serta terganggunya proses operasi terjadi disebabkan karena insiden.

Selain itu, berdasarkan teori Heinrich, Bird dan Germain dalam Tarwaka (2008) menyampaikan bahwa kerugian diakibatkan salah satunya karena kurangnya pengawasan dari pihak manajemen yang tidak merencanakan dan mengorganisasi pekerja dengan benar serta tidak mengarahkan para pekerjanya untuk terampil dalam melaksanakan pekerjaannya.

2. Insiden (Incident), sebagai domino keempat.

Berbentuk tabrakan/benturan, jatuh di tempat yang datar, terperangkap pada sesuatu, terjepit, kontak dengan panas/bising/radiasi/B3, beban berlebihan, kegagalan mesin, dan limbah bocor ke lingkungan.


(77)

3. Penyebab Langsung (Immediate Causes), sebagai domino ketiga.

Berbentuk perilaku taka man maupun keadaan taka man di tempat kerja. a. Perilaku Tak Aman (Unsafe Act), mencakup :

1) Bekerja atau mengoperasikan tanpa kewenangan 2) Gagal memperingatkan

3) Gagal mengamankan

4) Beroperasi pada kecepatan yang salah 5) Membuat alat pengaman tidak berfungsi

6) Memakai Alat Pelindung Diri secara tidak benar 7) Penempatan secara salah

8) Mengangkat secara salah 9) Posisi tidak aman

10) Memelihara alat dalam keaadaan beroperasi 11) Bercanda saat bekerja

12) Gagal mengikuti prosedur

b. Keadaan Tak Aman (Unsafe Condition), mencakup : 1) Pelindung tidak memadai

2) Alat pelindung tak memadai

3) Peralatan, sarana, atau material rusak 4) Ruang kerja kerja terbatas

5) Kurangnya sistem peringatan 6) Bahaya kebakaran atau ledakan 7) Buruknya kebersihan


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN... iii

ABSTRAK... ... iv

ABSTRACT... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... ... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

RIWAYAT HIDUP... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian... 7

1.3.1 Tujuan Umum ... 7

1.3.2 Tujuan Khusus ... 7

1.4 Manfaat Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Bahaya, Risiko, dan Kecelakaan Kerja ... 9

2.1.1 Sumber Bahaya ... 9

2.1.2 Manajemen Risiko... 11

2.1.3 Kecelakaan Kerja ... 11

2.1.3.1 Konsep Kecelakaan Kerja ... 12

2.1.3.2 Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja ... 15

2.2 Behavior Based Safety (BBS) ... 17

2.2.1 Model ABC ... 17

2.2.2 Pelaksanaan Program Behavior Based Safety ... 20

2.2.2.1 Observasi ... 20

2.2.2.2 Feedback (Umpan Balik) ... 23

2.2.3 Steering Committee ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Jenis Penelitian……… ... 28

3.2 Lokasi danWaktu Penelitian... 28

3.3 Populasi dan Sampel ... 28

3.4 Variabel dan Definisi Operasional ... 29

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.6 Metode Pengolahan Data ... 31

3.7 Metode Pengukuran... 31

3.8 Metode Analisis Data ... 32


(2)

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 33

4.1 Gambaran Umum PT. Chevron Pasific Indonesia ……… 33

4.1.1 Sejarah PT. Chevron Pasific Indonesia………….………… 33

4.1.2 Lokasi dan Daerah Operasi……….. ... 34

4.1.3 Bahan Baku dan Produk……….. ... 35

4.1.4 Kegiatan Operasi……….... ... 35

4.1.5 Sarana Penunjang Operasi………... ... 36

4.1.6 Sumber Daya Manusia………... 37

4.1.7 Visi, Misi, dan Nilai-nilai Dasar……….. ... 38

4.1.8 Kesejahteraan dan Keselamatan Kerja………. ... 39

4.1.9 Komitmen PT. CPI terhadap Pelaksanaan K3……. ... 40

4.1.10 Struktur Organisasi Departemen HCT Minas…... ... 43

4.1.11 Proses Operasi Kerja Departemen HCT Minas…... 43

4.2 Gambaran Health, Environment, and Safety (HES) PT. Chevron Pasific Indonesia……… ... 52

4.2.1 Health, Environment, and Safety (HES) …………. ... 52

4.2.2 Gambaran Program BBS di PT. CPI Minas………. ... 53

BAB V PEMBAHASAN………. ... 68

5.1 Gambaran Penerapan Behavior Based Safety……… ... 68

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………... 79

6.1 Kesimpulan……… ... 79

6.2 Saran……… ... 80

DAFTAR PUSTAKA……… ... 81 DAFTAR LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Umur... ... 62

Tabel 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 62

Tabel 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Masa Kerja ... 63

Tabel 4.4 Karakteristik Responden berdasarkan Jabatan ... 63

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi terhadap Penerapan Kartu Observasi ... 64

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi terhadap Pelaksanaan Feedback ... 65

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi terhadap Pelaksanaan Tugas Steering Committee ... 66


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Struktur organisasi Departemen HCT Minas... 43

Gambar 4.2 Delapan pipa GS LACT Meter... 46

Gambar 4.3 Counter Meter menghitung masuk dan keluarnya crude oil tiap GS... 46

Gambar 4.4 Ticket hasil perhitungan dari counter meter... 47

Gambar 4.5 Tempat sampel minyak... 48

Gambar 4.6 Hierarki Penerapan Regulasi/Guideline Health, Environment, and Safety (HES) PT. Chevron Pasific Indonesia... 53

Gambar 4.7 Process Flow Diagram... 55

Gambar 4.8 Langkah-langkah observasi pada Buku Saku BBS... 56

Gambar 4.9 Cara melakukan observasi dan memberikan umpan balik... 57

Gambar 4.10 Contoh Kartu BBS (tampilan kiri)... 59

Gambar 4.11 Contoh Kartu BBS (tampilan kanan)... 60

Gambar 4.12 Tampak depan (Home) Laporan BBS pada Website IBU... 61

Gambar 5.1 Steering committee melakukan meeting bulanan... 72

Gambar 5.2 Laporan kartu BBS yang telah diolah pada meeting bulanan oleh steering committee... 74

Gambar 5.3 Rekomendasi solusi oleh steering committee untuk permasalahan protecting hands... 75

Gambar 5.4 Contoh hasil observasi oleh karyawan pada Website BBS... 76

Gambar 5.5 Data pengumpulan Kartu BBS ke Website IBU... 77

Gambar 5.6 Persentase partisipasi karyawan dalam pengumpulan kartu BBS dari Januari – April 2016... 78


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian... ... 84

Lampiran 2 Master Data Jawaban Kuesioner ... 87

Lampiran 3 Output Data SPSS ... 89

Lampiran 4 Surat Survei Pendahuluan ... 95

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian ... 96

Lampiran 6 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 97

Lampiran 7 Dokumentasi ... 98


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas

Nama : Wahyuni Mardiono

Tempat Lahir : Duri

Tanggal Lahir : 28-Januari-1993

Suku Bangsa : Minangkabau

Agama : Islam

Nama Ayah : Sumardiono

Suku Bangsa Ayah : Minangkabau

Nama Ibu : Yuslaini

Suku Bangsa Ibu : Minangkabau

Pendidikan Formal

1. SD/Tamat tahun : SD Cendana Duri/2005

2. SLTP/Tamat tahun : SMP Cendana Duri/2008

3. SLTA/Tamat tahun : SMA Cendana Duri/2011

4. Sarjana/Tamat tahun : Universitas Sumatera Utara/2016

Riwayat Organisasi

Tahun 2011 – 2012 : Himpunan Mahasiswa Islam FKM USU

Tahun 2012 – 2013 : PPS Betako Merpati Putih USU

Tahun 2012 – 2016 : Marching Band Universitas Sumatera Utara