Analisis Pasien DHF Berdasarkan Hasil Tepat Diagnosis

33 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Syndrome, mengingat kemungkinan infeksi sekunder dapat terjadi dengan adanya translokasi bakteri dari saluran cerna. karena antibiotik yang digunakan kebanyakan adalah golongan sefalosporin generasi ketiga. Dimana, sefalosporin generasi ketiga sebaiknya diberikan pada pasien apabila pemberian sefalosporin generasi pertama dan generasi kedua sudah tidak bisa untuk memperbaiki keadaan pasien Farmakologi bergambar.

4.13.2.4. Analisa Tepat Obat

Berdasarkan hasil penelitian dari pemberian antibiotik pada pasien DHF, antibiotik yang paling banyak diberikan adalah seftriakson. Antibiotik yang diindikasikan untuk pasien dengan diagnosis tanpa disertai infeksi tidak tepat. Antibiotik yang diindikasikan untuk pasien DHF dengan disertai infeksi tifoid dapat dikatakan tepat obat. Akan tetapi, pemilihan antibiotik seftriakson bukan merupakan pengobatan pilihan utama untuk infeksi tifoid. Pengobatan untuk tifoid pilihan utama menggunakan antibiotik seperti kloramfenikol. Kemudian antibiotik yang diindikasikan untuk pasien DHF dengan disertai infeksi ISPA juga dapat dikatakan tepat. Namun, pemilihan antibiotik seftriakson bukan merupakan pengobatan pilihan utama. Seftriakson merupakan golongan sefalosporin generasi ketiga. Dimana, sefalosporin generasi ketiga sebaiknya diberikan pada pasien apabila pemberian sefalosporin generasi pertama dan generasi kedua sudah tidak bisa untuk memperbaiki keadaan pasien Farmakologi bergambar. Seftriakson termasuk anitibiotik spektrum luas yaitu golongan sefalosporin. Karena termasuk sefalosporin generasi ketiga, seftriakson sebaiknya diberikan pada pasien apabila sefalosporin generasi pertama dan generasi kedua sudah tidak bisa untuk memperbaiki keadaan pasien. Seftriakson diberikan sebagai generasi selanjutnya untuk perbaikan dari generasi pertama dan generasi kedua Farmakologi bergambar. Antibiotik berspektrum luas sering kali dipakai untuk mengobati penyakit infeksi 34 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menyerang, belum diidentifikasi dengan pembiakan dan sensitifitas Farmakologi bergambar.

4.13.2.5. Analisis Tepat Dosis

Berdasarkan hasil penelitian yang dilihat dari dosis yang diberikan kepada pasien paling banyak pasien DHF diberikan antibiotik seftriakson dengan dosis 2 g sehari dan seftriakson dengan dosis 1 g sehari yaitu keseluruhan pasien masing – masing sebanyak 12 pasien 10,6 dan 3 pasien 5,7 serta dosis 2x400 mg 1 pasien 1,9 dosis 1x1 ½ g 1 pasien 1,9. Apabila dilihat dari hasil data berdasarkan umur, pasien dengan kelompok umur 1 – 14 tahun adalah paling banyak, untuk pasien pada kelompok umur 1 – 14 tahun terdapat 5 pasien 12 tahun, 12 tahun, 12 tahun, 9 tahun, 6 tahun dengan dosis 2 g sehari, 3 pasien 10 tahun, 9 tahun, 1 tahun dengan dosis 1 g sehari dan 1 pasien 4 tahun dengan dosis 2x400 mg serta 1 pasien 7 tahun dengan dosis 1x1 ½ g yang diberikan antibiotik seftriakson. Sedangkan pasien yang diberikan antibiotik lain sebanyak 6 pasien untuk kelompok umur 1 – 14 tahun, yaitu antibiotik sefadroksil 3 pasien 6 tahun dengan masing – masing dosis 3x300 mg, 6 tahun dosis 3x400 mg dan 8 tahun dosis 2x250 mg, sefiksim 2 pasien 7 tahun dengan dosis 1x1 g dan 11 tahun dosis 3x1 g dan ciprofloksasin 1 pasien 12 tahun dengan dosis 2x500 mg. Sehingga jumlah pasien dengan kelompok umur 1 – 14 tahun yang diberikan antibiotik sebanyak 16 pasien 61,5. Dalam buku Pediatric Dosage Handbook edisi 9 2002 - 2003 menyatakan bahwa dosis dari seftriakson untuk orang dewasa adalah 1 – 2 g setiap 12 – 24 jam, untuk anak 12 tahun 250 mg dalam dosis tunggal dan anak 12 tahun 125 mg dalam dosis tunggal. Dalam penelitian ini, pasien anak – anak dengan umur 1 – 14 tahun adalah yang paling banyak. Sehingga untuk pasien anak – anak dengan umur 1 – 14 tahun, dosis yang diberikan adalah tidak sesuai atau terlalu besar. Sedangkan untuk pasien dewasa, dosis yang diberikan sudah sesuai menurut buku literatur Pediatric Dosage Handbook edisi 9 2002 – 2003. Untuk sefadroksil,