Rasionalitas Obat TINJAUAN PUSTAKA

10 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta muka merah setelah pemberian atropin bukan alergi, tetapi efek samping sehubungan vasodilatasi pembuluh darah d wajah. i. Tepat Penilaian Kondisi Pasien Respon individu terhadap efek obat sangat beragam. Hal ini lebih jelas terlihat pada beberapa jenis obat seperti teofilin dan aminoglikosida. Pada penderita dengan kelainan ginjal, pemberian aminoglikosida sebaiknya dihindarkan, karena resiko terjadinya nefrotoksisitas pada kelompok ini meningkat secara bermakna. j. Obat yang diberikan harus efektif dan aman dengan mutu terjamin, serta tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau Untuk efektif dan aman serta terjangkau, digunakan obat – obat dalam daftar obat esensial. Pemilihan obat dalam daftar obat esensial didahulukan dengan mempertimbangkan efektivitas, keamanan dan harganya oleh para pakar di bidang pengobatan dan klinis. Untuk jaminan mutu, obat perlu diproduksi oleh produsen yang menerapkan CPOB Cara Pembuatan Obat yang Baik dan dibeli melalui jalur resmi. Semua produsen obat di Indonesia harus dan telah menerapkan CPOB. k. Tepat Informasi Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting dalam menunjang keberhasilan terapi. l. Tepat Tindak Lanjut follow-up Pada saat memutuskan pemberian terapi, harus sudah dipertimbangkan upaya tidak lanjut yang diperlukan, misalnya jika pasien tidak sembuh atau mengalami efek samping. m. Tepat Penyerahan Obat dispensing Penggunaan obat rasional melibatkan juga dispenser sebagai penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen. Dalam menyerahkan obat juga petugas harus memberikan informasi yang tepat kepada pasien. n. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang dibutuhkan, ketidaktaatan minum obat umumnya terjadi pada keadaan berikut:  Jenis danatau jumlah obat yang diberikan terlalu banyak 11 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta  Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering  Jenis sediaan obat terlalu beragam  Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi  Pasien tidak mendapatkan informasipenjelasan yang cukup mengenai cara minummenggunakan obat  Timbulnya efek samping misalnya ruam kulit dan nyeri lambung, atau efek ikutan urin menjadi merah karena minum rifampisin tanpa diberikan penjelasan terlebih dahulu KemenKes RI, 2011.

2.3 Antibiotik

2.3.1 Definisi Antibiotik

Antibiotik adalah agen yang digunakan untuk mencegah dan mengobati suatu infeksi karena bakteri Mitrea, 2008 . Akan tetapi, istilah antibiotik sebenarnya mengacu pada zat kimia yang dihasilkan oleh satu macam organisme, terutama fungi yang menghambat pertumbuhan atau membunuh organisme yang lain Michael, 2006 .

2.3.2 Penggolongan Antibiotik Penggolongan antibiotik dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Berdasarkan struktur kimia antibiotik Berdasarkan strukturnya kimianya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut: a Golongan Aminoglikosida, antara lain amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin. b Golongan Beta-Laktam, antara lain golongan karbapenem ertapenem, iipenem, meropenem, golongan sefalosporin sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim, golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin penisilin, amoksisilin. Penisilin adalah suatu agen 12 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta antibacterial yang dihasilkan dari jamur jenis Penicillium chrysognum. c Golongan Glikopeptida, antara lain vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin. d Golongan Poliketida, antara lain golongan makrolida eritromisin, azitromisin, klariromisin, roksitromisin, golongan ketolida telitromisin, golongan tetrasiklin doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin. e Golongan Polimiksin, antara polimiksin dan kolistin. f Golongan Kinolon fluorokinolon, antara lain asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin dan trovafloksasin. g Golongan Streptogramin, antara lain pristinamycin, virginiamycin, mikamycin dan kinupristin-dalfopristin. h Golongan Oksazolidinon, antara lain linezaolid. i Golongan Sulfonamida, antara lain kotrimoksazol dan trimetoprim. j Antibiotik lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat. 2. Berdasarkan toksisitas selektif Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibiotik yang bersifat bakteriostatik dan ada yang bersifat bakterisid Farmakologi dan terapi edisi 5, 2008 . Agen bakteriostatik menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan agen bakterisida membunuh bakteri. Perbedaan ini biasanya tidak penting secara klinis selama mekanisme pertahanan pejamu terlibat dalam eliminasi akhir patogen bakteri. Pengecualiannya adalah terapi infeksi pada pasien immunocompromised dimana menggunakan agen – agen bakterisida Michael, 2006. Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba atau membunuhnya, masing – masing 13 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dikenal sebagai kadar hambat minimal KHM dan kadar bunuh minimal KBM. Antibiotik tertentu aktivitasnya dapat