2.1.10. Kontra Indikasi
Menurut Ranuh 2008, kontra indikasi dalam pemberian vaksin MMR terdiri dari :
1. Anak dengan penyakit keganasan yang tidak diobati atau gangguan imunitas,
mereka yang mendapat pengobatan dengan imunosupresif atau terapi sinar atau
mendapat steroid dosis tinggi ekuivalen dengan 2 mgkgbbhari prednisolon.
2. Anak dengan alergi berat pembengkakan pada mulut atau tenggorokan, sulit
bernapas, hipotensi dan syok terhadap gelatin atau neomisin.
3. Anak dengan demam akut, pemberian MMR harus ditunda sampai penyakit ini
sembuh.
4. Anak yang mendapat vaksin hidup yang lain termasuk bacille calmette guerin
BCG dan vaksin virus hidup dalam waktu 4 minggu.
5. Vaksin MMR tidak boleh diberikan dalam waktu 3 bulan setelah pemberian
imunoglobulin darah, plasma atau transfusi darah whole blood.
6. Defisiensi imun bawaan dan didapat termasuk infeksi HIV. Sebenarnya HIV bukan kontra indikasi, tetapi pada kasus tertentu, dianjurkan untuk meminta
petunjuk pada spesialis anak konsultan.
2.1.11. Tahap Pemberantasan Campak
Menurut Bidansmart 2010, pemberantasan campak meliputi beberapa tahap, dengan kriteria pada tiap tahap yang berbeda-beda :
1. Tahap Reduksi
Tahap reduksi campak dibagi dalam 2 tahap :
a. Tahap pengendalian campak
Pada tahap ini terjadi penurunan kasus dan kematian, cakupan imunisasi 80, dan interval terjadinya KLB berkisar antara 4 – 8 tahun.
b. Tahap pencegahan KLB
Pada tahap ini cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi dan merata, terjadi penurunan tajam kasus dan kematian, dan interval terjadinya KLB
relatif lebih panjang 2.
Tahap Eliminasi Pada tahap eliminasi, cakupan imunisasi sudah sangat tinggi 95, dan daerah-
daerah dengan cakupan imunisasi rendah sudah sangat kecil jumlahnya. Kasus campak sudah jarang dan KLB hampir tidak pernah terjadi. Anak-anak yang
dicurigai tidak terlindung susceptable harus diselidiki dan mendapatkan imunisasi tambahan.
3. Tahap Eradikasi
Cakupan imunisasi tinggi dan merata, dan kasus campak sudah tidak ditemukan. Transmisi virus sudah dapat diputuskan, dan negara-negara di dunia sudah
memasuki tahap eliminasi. Reduksi campak mempunyai 5 strategi yaitu :
a. Imunisasi Rutin 2 kali, pada bayi 9 -11 bulan dan anak Sekolah Dasar Kelas I
belum dilaksanakan secara nasional dan imunisasi tambahan atau suplemen. b.
Surveilans campak. c.
Penyelidikan dan penanggulangan KLB. d.
Manajemen kasus.
e. Pemeriksaan laboratorium.
Surveilans dalam reduksi campak di Indonesia masih belum sebaik surveilens eradikasi polio. Kendala utama yang dihadapi adalah kelengkapan datalaporan rutin
rumah sakit dan puskesmas yang masih rendah, beberapa KLB campak yang tidak terlaporkan, pemantauan dini SKD-KLB campak pada desa-desa berpotensi KLB
pada umumnya belum dilakukan dengan baik terutama di puskesmas, belum semua unit pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta ikut berkontribusi
melaporkan bila menemukan campak.
2.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ibu Bayi dalam Pemberian Imunisasi
Campak
Menurut Notoatmodjo 2003, yang mengutip pendapat Green, kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku
behavior causes dan faktor di luar perilaku non behavior causes. Faktor perilaku ditentukan oleh 3 faktor yaitu :
1. Faktor predisposisi Predisposing Factor yang meliputi pengetahun, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya yang ada di masyarakat.
2. Faktor pendukung Enabling Factor yang meliputi lingkungan fisik tersedia atau tidak tersedianya fasilitas, untuk menunjang seseorang bertindak atau
berperilaku. 3. Faktor pendorong Reinforcing Factor yang meliputi dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.