tahap awal pengalihan.
2. Penerjemahan Harfiah Literal Translation
Metode ini juga dapat dilakukan dalam penerjemahan awal. Kalimat-kalimat yang panjang dan sulit diterjemahkan secara harfiah dulu untuk kemudian
disempurnakan. Dalam penerjemahan harfiah, penerjemah sudah mengubah struktur BSu menjadi struktur BSa. Namun, kata-kata dan gaya bahasa dalam TSu
masih dipertahankan dalam TSa. Dengan sendirinya terjemahan seperti ini masih memperlihatkan model teks dari TSu dan belum dapat dikatakan sebagai
terjemahan yang betul. Metode ini juga dipilih untuk menjaga agar jangan terjadi kebocoran dalam mengalihkan pesan.
26
Contoh:
4 N Z I
Ringan selendang.
27
Metode ini dapat digunakan sebagai metode pada tahap awal pengalihan, bukan sebagai metode yang lazim. Sebagai proses penerjemahan awal, metode ini
dapat membantu penerjemah melihat masalah yang harus diatasi.
28
3. Penerjemahan Setia Faithful Translation
Penerjemah setia ini berupaya menghasilkan kembali makna kontekstual BSu yang tepat. Dalam melaksanakan hal itu, penerjemah akan berhadapan dengan
kendala struktur gramatikal BSa. Dengan menggunakan metode ini, penerjemah mentransfer kata-kata kultural dan mempertahankan tingkat ketidakwajaran
gramatikal dan leksikal penyimpangan dari norma-norma BSu dalam penerjemahan. Penerjemah berupaya setia sepenuhnya terhadap tujuan dan
26
Hoed, h. 56.
27
Moch. Syarif Hidayatullah, Teknik Menerjemah Teks Arab 1, Jakarta: Transpustaka, 2005 h. 27.
28
Machali, h. 51.
realisasi teks penulis BSu.
29
Dalam hasil penerjemahan metode ini, kadang- kadang terasa kaku dan seringkali asing. Contoh:
Dia lk. dermawan karena banyak abunya.
9 N
+
4. Penerjemahan Semantik Semanic Translation
Penerjemah sangat menekankan pada penggunaan istilah, kata kunci, ataupun ungkapan yang harus dihadirkan dalam terjemahannya.
30
Perbedaan antara penerjemahan setia 3 dan penerjemahan semantik adalah bahwa metode 3
lebih kaku, tidak berkompromi dengan kaidah, dan lebih terikat oleh BSu sedangkan metode 4 lebih fleksibel. Contoh seperti dalam contoh 3, namun,
dalam metode ini, hasil terjemahnnya lebih luwes. Ia laki-laki adalah orang dermawan. =
N9
Penerjemahan semantis harus pula mempertimbangkan unsur estetika teks BSu dengan mengkompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran.
Metode-metode yang memberi penekanan atau lebih berorientasi terhadap bahasa sasaran antara lain:
1. Saduran Adaptation
Adaptasi merupakan metode penerjemahan yang paling bebas dan paling dekat dengan BSa. Istilah saduran dapat dimasukkan di sini asalkan penyadurannya
tidak mengorbankan hal-hal penting dalam TSu, misalnya tema, karakter, atau alur. Biasanya metode ini dipakai dalam penerjemahan drama atau puisi. Tetapi
29
Hidayatullah, h. 15.
30
Hoed, h. 58.
dalam penerjemahan, terjadi peralihan budaya BSu ke budaya BSa, dan teks asli ditulis kembali serta diadaptasikan ke dalam Tsa.
31
Contoh: BSu: Mumpung padhang rembulane Mumpung jhembar kalangane
Klausa di atas dapat diadaptasi ke dalam bahasa Arab sebagai berikut:
6 V
B [
ﺏ [
Selama bulan purnama bersinar. Tidak diterjemahkan: Selama menyinari kami bulan purnama kami.
pronominal persona “kami” tidak diterjemahkan. Versi asli BSa adalah penggambaran budaya tentang betapa pengaruh
bulan purnama di suatu suasana desa Jawa yang mungkin temaramgelap, sehingga tidak hanya “padhang rembulane” terangnya sinar bulan saja yang
dilukiskan, tetapi juga “jembar kalangane” luasnya lingkaran terang bulan. Keduanya disampaikan melalui laguirama bunyi [e] pada akhir klausa. Demikian
pula pada penerjemahan ke dalam bahasa Arab tidak dapat menggambarkan budaya yang serupa. Alternatif versi BSa bahasa Arab adalah penggambaran
netral dalam satu kalimat, dengan rima internal bunyi [na:] pada kata ana: rana: dan badruna:. Dalam budaya masyarakat Arab, bulan purnama
[ﺏ
badr sudah mengandung makna terang bulan dengan luas lingkaran penuh.
32
2. Penerjemahan Bebas Free Translation