Penerjemahan Bebas Free Translation Penerjemahan Idiomatik Idiomatic Translation Penerjemahan Komunikatif Communicative Translation

dalam penerjemahan, terjadi peralihan budaya BSu ke budaya BSa, dan teks asli ditulis kembali serta diadaptasikan ke dalam Tsa. 31 Contoh: BSu: Mumpung padhang rembulane Mumpung jhembar kalangane Klausa di atas dapat diadaptasi ke dalam bahasa Arab sebagai berikut: 6 V B [ ﺏ [ Selama bulan purnama bersinar. Tidak diterjemahkan: Selama menyinari kami bulan purnama kami. pronominal persona “kami” tidak diterjemahkan. Versi asli BSa adalah penggambaran budaya tentang betapa pengaruh bulan purnama di suatu suasana desa Jawa yang mungkin temaramgelap, sehingga tidak hanya “padhang rembulane” terangnya sinar bulan saja yang dilukiskan, tetapi juga “jembar kalangane” luasnya lingkaran terang bulan. Keduanya disampaikan melalui laguirama bunyi [e] pada akhir klausa. Demikian pula pada penerjemahan ke dalam bahasa Arab tidak dapat menggambarkan budaya yang serupa. Alternatif versi BSa bahasa Arab adalah penggambaran netral dalam satu kalimat, dengan rima internal bunyi [na:] pada kata ana: rana: dan badruna:. Dalam budaya masyarakat Arab, bulan purnama [ﺏ badr sudah mengandung makna terang bulan dengan luas lingkaran penuh. 32

2. Penerjemahan Bebas Free Translation

Metode ini merupakan penerjemahan yang mengutamakan isi dan mengorbankan bentuk teks BSu. Biasanya, metode ini berbentuk sebuah parafrase yang dapat 31 Machali, h. 53. 32 Hidayatullah, h. 16. lebih panjang atau lebih pendek dari aslinya dan bentuk retorik seperti alur atau bentuk kalimatnya sudah berubah sama sekali. Metode ini sering dipakai di kalangan media massa. 33 Contoh: B C + B ﺹ HJ ] H 9 8 B ﺹ + NF 3 E V A B M O 8 Harta sumber malapetaka 34

3. Penerjemahan Idiomatik Idiomatic Translation

Metode ini bertujuan mereproduksi pesan dalam teks BSu, tetapi sering dengan menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya. Dengan demikian, banyak terjadi distorsi nuansa makna. Beberapa pakar penerjemahan seperti Seleskovitch menyukai metode terjemahan ini, yang dianggapnya “hidup” dan “alami dalam arti akrab”. Sebagai contoh adalah penerjemahan berikut ini: 8_V; 4Jﺕ 49a J, Sedia payung sebelum hujan.

4. Penerjemahan Komunikatif Communicative Translation

Metode ini berupaya memberikan makna kontekstual BSu yang tepat sedemikian rupa sehingga isi dan bahasanya dapat diterima dan dimengerti oleh pembaca. 35 Sesuai dengan namanya, metode ini memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi. Yaitu khalayak pembaca dan tujuan penerjemahan. Melalui metode ini, sebuah versi TSu dapat diterjemahkan menjadi beberapa versi TSa sesuai dengan prinsip- 33 Machali, h. 53. 34 Hidayatullah, h. 4. 35 Ibid., h. 17. prinsip di atas. 36 Contoh: ? [ 9 8 ? Y ﺙ 9 8 Y ﺙ 9 8 9 K b Y Dapat diterjemahkan ke dalam beberapa versi, di antaranya: 1. Kita tumbuh dari mani, lalu segumpal darah, dan kemudian segumpal daging awam. 2. Kita berproses dari sperma, lalu zigot, dan kemudian embrio terpelajar. 37 Newmark memberikan komentar terhadap metode-metode di atas. Menurutnya, hanya metode semantik dan komunikatiflah yang dapat memenuhi tujuan utama penerjemahan, yaitu keakuratan dan keekonomisan. Pada umumnya, masih menurut Newmark, penerjemahan semantik ditulis pada tingkat linguistik penulis, sedangkan penerjemahan komunikatif pada tingkat linguistik pembaca. Penerjemahan semantik digunakan untuk menerjemahkan teks-teks ekspresif, sedangkan penerjemahan komunikatif untuk teks-teks vokatif dan informatif. 38

B. Teori Diksi 1. Definisi Diksi

Dalam bahasa Indonesia, kata diksi berasal dari kata dictionary bahasa Inggris yang kata dasarnya diction berarti perihal pemilihan kata. Dalam Websters Edisi ketiga, 1996 diction diuraikan sebagai choice of words esp with regard to correctness, clearness, or effectiveness. Jadi, diksi membahas penggunaan kata, 36 Machali, h. 55. 37 Hidayatullah, h. 5. 38 Ibid., h. 18. terutama pada soal kebenaran, kejelasan, dan keefektifan. 39 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. 40 Menurut Harimurti Kridalaksana, diksi adalah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di depan umum atau dalam karang-mengarang. 41 Dalam buku Seni Menggayakan Kalimat, Widyamartaya mengutip pendapat Gorys Keraf bahwa pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata bahasa itu. 42 Gorys Keraf juga menguraikan tiga kesimpulan utama mengenai diksi: pertama, pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi; kedua, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa- nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk 39 Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif Diksi, Struktur, dan Logika, Bandung: Refika Aditama, 2007, cet. ke-I, h. 7. 40 Alwi dkk., h. 264. 41 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993 ed. 3. 42 Widyamartaya, Seni Menggayakan Kalimat Yogyakarta: Kanisius, 1995, cet. ke-5, h. 44. menemukan bentuk yang sesuai cocok dengan situsi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar; ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sementara itu, yang dimaksud perbendaharaan kata atau kosakata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa. 43 Dari beberapa pendapat di atas, secara umum Penulis menyimpulkan bahwa diksi adalah pilihan kata yang sesuai dengan makna atau gagasan yang ingin disampaikan oleh pembicara, penulis, dan penerjemah. Kata-kata tersebut harus tepat digunakan dalam situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar dan pembaca. Dengan demikian, diksi yang baik dapat diketahui apabila sebuah tulisan mampu dipahami oleh pembaca sesuai dengan tingkat keahlian di mana tulisan itu ditujukan.

2. Masalah Pilihan Kata dalam Penerjemahan