UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
dicairkan, dan penyemprotan campuran inti-penyalut ke dalam suatu kondisi lingkungan dimana pemadatan yang relatif cepat dari
penyalutan diganggu. Perbedaan antara kedua metode ini adalah cara dilaksanakan pemadatan penyalut. Pemadatan pada metode semprot
beku dilaksanakan dengan pembekuan secara termal suatu bahan penyalut yang melebur, atau dengan memadatkan suatu penyalut yang
dilarutkan dengan memasukan bahan inti dan bahan penyalut ke dalam suatu bukan pelarut. Penghilangan bahan bukan pelarut atau pelarut
dengan cara teknik peresapan, ekstraksi atau penguapan. Sedangkan pada semprot kering dipengaruhi oleh penguapan cepat dari pelarut
dimana bahan penyalut dilarutkan Bakan, 1986. c
Penyalutan dalam Panci Mikroenkapsulasi dengan menggunakan metode penyalutan
dalam panci telah luas digunakan dalam industri farmasi. Pada metode ini penyalut digunakan sebagai satu larutan atau sebagai semprotan
halus ke suatu bahan inti padat di dalam panci penyalut. Untuk memindahkan larutan penyalut, biasanya air hangat digunakan pada
bahan-bahan tersalut saat penyalutan ada di dalam panci penyalut. Penghilangan
penyalut dilakukan
dalam oven
pengering Bakan, 1986.
d Suspensi Udara
Prinsip metode ini adalah partikel inti didispersikan ke dalam arus udara dan pada tempat-tempat tertentu mengalami penyalutan
oleh polimer yang disemprotkan secara berkala. Metode suspensi udara, digunakan untuk bahan inti yang tahan panas dengan
menggunakan medium udaragas dan penyalut polimer Deasy, 1984.
2.7 Hidroksi Propil Metil Selulosa
Hidroksipropilmetilselulosa merupakan polimer semi sintetik turunan selulosa yang bersifat hidrofilik. Nama lain hidroksi propel metil
selulosa adalah benecel MHPC E464, hydroxypropyl methylcellulose, HPMC, methocel, methylcelullulose propylene glycol ether, methyl
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
hydroxypropylcellulose, metholose, pharmacoat, thylopur. Nama kimianya cellulose,2-hydroxypropy methyl ether Rowe, 2006. Struktur kimia
HPMC ditunjukkan pada Gambar 2.7.
Keterangan : R adalah H, CH
3
, atau CH
3
CHOHCH
2
Gambar 2.7 Struktur Kimia HPMC
[sumber : Rowe, Paul dan Marian, 2009]
HPMC merupakan campuran eter selulosa yang terdiri dari 16,5-30 gugus hidroksi yang termetilasi dan 4-32 gugus
hidroksipropil, tergantung dari tipe substitusinya masing-masing. Tipe substitusi tersebut akan berpengaruh pada kecepatan hidrasi dari partikel-
partikel HPMC serta kekuatan gelnya yang akhirnya akan mempengaruhi profil disolusinya Leuner dan Jennifer, 2000. HPMC memiliki
pemberian berupa serbuk granul berwarna putih, praktis tidak berbau dan tidak berasa. HPMC mempunyai berat molekul dengan rentang 10.000
– 1.500.000. HPMC larut dalam air, praktis tidak larut dalam kloroform,
etanol, dan eter tetapi larut dalam campuran etanol dengan diklormetan, dan campuran metanol dengan diklormetan. HPMC telah bayak digunakan
sebagai sistem pembawa untuk memperbaiki laju pelepasan dan bioavabilitas obat yang sukar larut dalam air. Selain itu HPMC dapat
digunakan untuk menghambat rekristalisasi obat Rowe, 2006; Leuner dan Jennifer, 2000. Penelitian Alanzi 2007 menujukan HPMC dapat
membantu meningkatkan kelarutan obat yang sukar larut dalam air.
2.8 Uji Aktivitas Antioksidan Dengan Metode DPPH
Metode DPPH 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazil digunakan secara luas untuk menguji kemampuan senyawa yang berperan sebagai pendonor
elektron atau atom hidrogen. Metode DPPH merupakan metode yang
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
dapat mengukur aktivitas total antioksidan baik dalam pelarut polar maupun nonpolar. Beberapa metode lain terbatas mengukur komponen
yang larut dalam pelarut yang digunakan dalam analisa. Metode DPPH mengukur semua komponen antioksidan, baik yang larut dalam lemak
maupun dalam air Prakash, 2001. Metode DPPH merupakan metode yang sederhana, mudah, cepat
dan peka, serta hanya memerlukan sedikit sampel. DPPH adalah senyawa radikal bebas stabil kelompok nitrit oksida. Senyawa ini mempunyai ciri-
ciri padatan berwarna ungu kehitaman, larut dalam pelarut DMF atau etanolmetanol 394,3 gmol, rumus molekul C
18
H
12
N
5
O
6
Prakash, 2001. Radikal bebas DPPH yang memiliki elektron tidak berpasangan
memberikan warna ungu dan menghasilkan absorbansi maksimum pada panjang gelombang 517 nm. Warna akan berubah menjadi kuning saat
elektronnya berpasangan. Pengurangan intensitas warna yang terjadi berhubungan dengan jumlah elektron DPPH yang menangkap atom
hidrogen. Sehingga pengurangan intensitas warna mengindikasikan peningkatan kemampuan antioksidan untuk menangkap radikal bebas
Prakash, 2001. Aktivitas antioksidan dapat dinyatakan dengan satuan aktivitas.
Nilai ini diperoleh dengan rumus sebagai berikut Molyneux, 2003.
Berdasarkan rumus tersebut, semakin tinggi tingkat diskolorisasi absorbansi semakin kecil maka semakin tinggi nilai aktivitas
penangkapan radikal bebas Molyneux, 2003.
2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyn
Gambar 2.8 Reaksi Penghambatan Antioksidan Terhadap Radikal DPPH
[sumber : Prakash, 2001]
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Aktivitas antioksidan pada metode DPPH dinyatakan dengan IC
50
Inhibition Concentration. IC
50
adalah bilangan yang menunjukkan konsentrasi ekstrak yang mampu menghambat aktivitas DPPH sebesar
50. Semakin kecil nilai IC
50
berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan. Secara spesifik, suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat
jika nilai IC
50
kurang dari 0.05 mgmL, kuat untuk IC
50
antara 0.05-0.1 mgmL, sedang jika IC
50
bernilai 0.101 –0.150 mgmL dan lemah jika IC
50
bernilai 0.151 – 0.200 mgmL Blois, 1958.
AAI Antioxidant Activity Index adalah nilai yang menunjukkan besarnya aktivitas antioksidan yang dimiliki suatu ekstrak atau bahan uji.
Nilai AAI dapat ditentukan dengan cara menghitung konsentrasi DPPH yang digunakan dalam uji ppm dibagi dengan nilai IC
50
yang diperoleh ppm. Penggolongan nilai AAI ini dilakukan oleh Scherer dan Godoy
2009. Nilai AAI 0,5 menandakan antioksidan lemah, AAI 0,5-1 menandakan antioksidan sedang, AAI 1-2 menandakan antioksidan kuat,
dan AAI 2 menandakan antioksidan yang sangat kuat Vasic, Stefanovic, Licina, Radojevic Comic, 2012.
2.9 Uji Stabilitas