UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Aktivitas antioksidan pada metode DPPH dinyatakan dengan IC
50
Inhibition Concentration. IC
50
adalah bilangan yang menunjukkan konsentrasi ekstrak yang mampu menghambat aktivitas DPPH sebesar
50. Semakin kecil nilai IC
50
berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan. Secara spesifik, suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat
jika nilai IC
50
kurang dari 0.05 mgmL, kuat untuk IC
50
antara 0.05-0.1 mgmL, sedang jika IC
50
bernilai 0.101 –0.150 mgmL dan lemah jika IC
50
bernilai 0.151 – 0.200 mgmL Blois, 1958.
AAI Antioxidant Activity Index adalah nilai yang menunjukkan besarnya aktivitas antioksidan yang dimiliki suatu ekstrak atau bahan uji.
Nilai AAI dapat ditentukan dengan cara menghitung konsentrasi DPPH yang digunakan dalam uji ppm dibagi dengan nilai IC
50
yang diperoleh ppm. Penggolongan nilai AAI ini dilakukan oleh Scherer dan Godoy
2009. Nilai AAI 0,5 menandakan antioksidan lemah, AAI 0,5-1 menandakan antioksidan sedang, AAI 1-2 menandakan antioksidan kuat,
dan AAI 2 menandakan antioksidan yang sangat kuat Vasic, Stefanovic, Licina, Radojevic Comic, 2012.
2.9 Uji Stabilitas
Uji stabilitas merupakan bagian penting dalam program uji bahan obat karena ketidakstabilan produk ditentukan oleh tiga syarat utama yaitu
kualitas, efikasi, dan keamanan Carstensen dan Rhodes, 2000. Alasan dilakukannya penentuan stabilitas obat karena menyangkut
kesehatan masyarakat. Organisasi kesehatan dunia WHO mendefinisikan stabilitas obat sebagai kemampuan dari suatu produk farmasi untuk
mempertahankan sifat kimia, fisika, mikrobiologi dan biofarmasetik sampai batas durasi spesifik pemakaian produk WHO, 1996.
Beberapa efek yang tidak diinginkan yang potensial dari ketidakstabilan produk farmasi, yaitu :
1. Hilangnya zat aktif
2. Konsentrasi zat aktif meningkat
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
3. Bioavailabiliti berubah
4. Hilangnya keseragaman kandungan
5. Menurunnya status mikrobiologis
6. Hilangnya elegansi produk dan ‘patient acceptability’
7. Pembentukkan hasil urai yang toksik
8. Hilangnya kekedapan kemasan
9. Menurunnya kualitas label
10. Modifikasi faktor hubungan fungsional Carstensen dan Rhodes,
2000. Stabilitas obat perlu diperhatikan untuk mengurangi terjadinya
penguraian pada zat yang terkandung dalam obat, sehingga tidak mencapai efek terapi atau memberikan efek lainnya. Terdapat beberapa jenis
penguraian, yaitu : a.
Kimia Degradasi kimia solvolisis, oksidasi, dan lain-lain. Hal ini
terjadi karena adanya bahan yang terkandung dalam obat tersebut mengalami degradasi kimia.
b. Fisika
Degradasi fisika dapat terjadi karena berbagai faktor, dan sampai sekarang belum diketahui secara lengkap penyebab terjadinya
degradasi fisika. Hal ini dapat dicegah dengan metode tes fisik obat misal; tablet friability, tablet impact resistance, suspension
redispersibility, atau injection syringability. c.
Biologi Degadrasi
biologi ini
disebabkan oleh
pertumbuhan mikroorganisme dalam obat yang menyebabkan masalah stabilitas
obat. Selain itu tikus, kecoa, semut, dan bukan golongan mikroorganisme dapat menjadi penyebab masalah stabilitas obat.
d. Kombinasi
Degradasi ini disebabkan adanya interaksi antara obat dengan tubuh manusia yang memberikan efek, baik itu efek terapi maupun
toksik. Semua tergantung pada stabilitas obat tersebut.
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2.10 Spektrofotometer UV-VIS