antara persepsi keparahan dengan tindakan pencegahan diare. Hal ini dikarenakan dari 142 responden, 96 54,9 responden memersepsikan diare sebagai hal biasa
dan 46 responden memersepsikan diare sebagai hal yang serius.
5.3. Pengaruh Persepsi tentang Manfaat Pencegahan terhadap Tindakan
Pencegahan Diare
Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa persepsi tentang manfaat tidak mempunyai pengaruh terhadap tindakan pencegahan diare p=0,639
0,05. Hal ini tidak sejalan dengan hipotesis Model Kepercayaan yang menyatakan bahwa perilaku kesehatan dalam hal ini manfaat pencegahan diare tergantung pada
manfaat-manfaat yang dirasakan oleh individu. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan menujukkan bahwa responden
sangat merasakan manfaat tindakan pencegahan diare yang mereka lakukan seperti penggunaan air bersih, memberikan ASI pada bayibalita dan menjaga kebersihan
rumah sehingga bayibalita mereka tidak mudah terserang diare.
5.4. Pengaruh Persepsi tentang Hambatan Pencegahan terhadap Tindakan
Pencegahan Diare
Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa persepsi tentang hambatan tidak mempunyai pengaruh terhadap tindakan pencegahan diare p=0,183
0,05. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hipotesis Model Kepercayaan yang menyatakan bahwa perilaku kesehatan dalam hal pencegahan diare tergantung pada
hambatan-hambatan yang ditemukan individu dalam mengambil tindakan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan menujukkan bahwa responden tidak
menemukan hambatan-hambatan untuk melakukan tindakan pencegahan diare pada
Universitas Sumatera Utara
bayibalita. Mereka memilki waktu untuk menyusui bayibalita mereka, persediaan air bersih untuk seluruh anggota keluarga juga mencukupi, memiliki kesempatan
untuk bertanya kepada petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan juga mudah dijangkau.
5.5. Persepsi tentang Manfaat Program terhadap Tindakan Pencegahan
Diare
Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa persepsi tentang manfaat program tidak memunyai pengaruh terhadap tindakan pencegahan diare
p=0,317 0,05. Hal ini tidak sejalan dengan hipotesis Model Kepercayaan yang menyatakan bahwa perilaku kesehatan dalam hal manfaat program pencegahan diare
yang dilakukan puskesmas tergantung pada manfaat-manfaat yang dirasakan oleh individu.
Berdasarkan hasil wawancara di lapangan menunjukkan bahwa responden merasakan manfaat program pencegahan diare yang dilakukan puskesmas.
Penyuluhan-penyuluhan dan informasi yang diberikan petugas kesehatan meningkatkan pengetahuan responden akan penyakit diare, selain itu keaktifan
petugas kesehatan juga membantu responden dalam hal mencegah penyakit diare. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan studi kasus yang dilakukan Masyuni
di Puskesmas Mangkurawang Kabupaten Kutai Kartanegara 2010 bahwa responden belum dapat menghilangkan anggapan yang kurang tepat terhadap diare, masyarakat
terbiasa mendapatkan informasi kesehatan dengan menggunakan komunikasi langsung dengan petugas kesehatan, kader, tokoh masyarakat dan jumlah petugas
kesehatan terbatas sehingga diperlukan kuantitas dan kualitas kader kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN