kesadaran menurun dan bila tak cepat diobati penderita dapat meninggal, 3 gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan
muntah; kadang-kadang orangtuanya menghentikan pemberian makanan karena takut bertambahnya muntah dan diare pada anak atau bila makanan tetap diberikan dalam
bentuk diencerkan. Hipoglikemia akan lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya telah menderita manultrisi atau bayi dengan gagal bertambah berat
badan. Sebagai akibat hipoglikemia dapat terjadi edema otak yang dapat mengakibatkan kejang dan koma Suharyono, 2008.
2.2. Gejala Diare
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi empat kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai dengan: 1 Muntah, 2 Badan lesu
atau lemas dan panas, 3 Tidak nafsu makan, 4 Darah dan lendir dalam kotoran Depkes RI, 2000.
Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah,
demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan, selain itu dapat mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala-gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot
atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi Depkes RI, 2000.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Pencegahan Penyakit Diare
2.3.1. Pencegahan Primer
Menurut WHO 1992, pencegahan penyakit diare dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Pemberian air susu ibu a. Berikan air susu ibu selama 4-6 bulan pertama kemudian berikan ASI
bersama makanan lain sampai paling kurang anak berusia satu tahun. b. Untuk menyusu dengan nyaman dan aman, ibu harus :
1 jangan beri cairan tambahan seperti air, air gula atau susu bubuk, terutama dalam hari-hari awal kehidupan anak;
2 memulai pemberian ASI segera setelah bayi lahir; 3 menyusukan sesuai keperluan peningkatan pengisapan meningkatkan
penyediaan susu; keluarkan susu secara manual untuk mencegah pembendungan payudara
selama masa pemisahan dari bayi. c. Jika ibu bekerja di luar rumah dan tidak mungkin membawa bayinya, maka
ibu harus mempersiapkan ASI untuk bayinya sebelum ibu meninggalkan rumah.
d. Ibu seharusnya terus memberikan air susu ibu sewaktu bayinya sakit dan setelah sakit.
2. Perbaikan cara menyapih a. Pada usia 4-6 bulan bayi harus diperkenalkan dengan makanan penyapih yang
bergizi dan bersih. Pada tahap awal sebaiknya makanan saring lunak.
Universitas Sumatera Utara
b. Kemudian diet anak seharusnya menjadi semakin bervariasi dan mencakup makanan pokok di masyarakat biasanya serelia atau umbi; kacang atau
kacang polong; sejumlah makanan dari hewan, sebagai contoh produk susu, telur dan daging; serta sayuran hijau atau sayuran jingga.
c. Anak juga harus diberikan buah-buahan atau sari buah dan minyak atau lemak yang ditambahkan ke dalam makanan penyapih.
d. Anggota keluarga seharusnya mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan penyapih dan sebelum memberi makan bayi.
e. Makanan harus dipersiapkan di tempat bersih, menggunakan wadah dan peralatan yang bersih.
f. Makanan yang tidak dimasak harus dicuci dengan air bersih sebelum dimakan.
g. Makanan yang dimasak harus dimakan sewaktu masih hangat atau panaskan dahulu sebelum dimakan.
h. Makanan yang disimpan harus ditutup dan jika mungkin masukkan ke dalam lemari es.
3. Gunakan banyak air bersih a. Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia.
b. Sumber air harus dilindungi dengan: menjauhkannya dari hewan; melokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber air; serta lebih rendah;
dan menggali parit aliran di atas sumber untuk menjauhkan air hujan dari sumber.
Universitas Sumatera Utara
c. Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih dan gunakan gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil air.
d. Air untuk masak dan minum bagi anak anda harus dididihkan. 4. Cuci tangan
a. Semua anggota keluarga seharusnya mencuci tangan dengan baik: 1 setelah membersihkan anak yang telah buang air besar dan setelah
membuang tinja anak. 2 setelah buang air besar.
3 sebelum menyiapkan makanan. 4 sebelum makan.
5 sebelum memberi makan anak. b. Orang tua atau kakak seharusnya mencuci tangan anak yang lebih kecil.
5. Menggunakan kakus a. Semua anggota keluarga seharusnya mempunyai kakus bersih yang masih
berfungsi. Kakus harus digunakan oleh semua anggota keluarga yang cukup besar.
b. Kakus harus dijaga bersih dengan mencuci permukaan yang kotor secara teratur.
c. Jika tidak ada kakus, anggota keluarga harus: 1 buang air besar jauh dari rumah, jalan atau daerah anak bermain dan
paling kurang 10 meter dari sumber air. 2 jangan buang air besar tanpa alas kaki.
3 tidak mengizinkan anak mengunjungi daerah buang air besar sendiri.
Universitas Sumatera Utara
6. Membuang tinja anak kecil pada tempat yang tepat a. Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan daun atau
kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus. b. Bantu anak untuk membuang air besar ke dalam wadah yang bersih dan
mudah dibersihkan, kemudian buang ke dalam kakus dan bilas wadahnya atau anak dapat buang air besar di atas suatu permukaan seperti kertas koran atau
daun besar dan buang ke dalam kakus. c. Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci tangannya.
7. Imunisasi terhadap campak, anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9 bulan.
2.3.2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan tingkat kedua meliputi diagnosa dan pengobatan yang tepat. Pada pencegahan tingkat kedua, sasarannya adalah mereka yang baru terkena penyakit
diare. Menurut Ngastiyah 2005 penatalaksanaan atau penanggulangan penderita
diare di rumah antara lain: a. Memberi tambahan cairan
Berikan cairan lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian, jika anak memperoleh ASI eksklusif berikan oralit atau air matang sebagai tambahan. Anak
yang tidak memperoleh ASI eksklusif berikan satu atau lebih cairan berikut: oralit, cairan makanan kuah, sayur, air tajin atau air matang. Petugas kesehatan atau kader
kesehatan harus memberitahu ibu berapa banyak cairan sehatinya: 1 Sampai umur 1 tahun: 50 sampai 100 ml setiap kali buang air besar.
Universitas Sumatera Utara
2 Umur 1 sampai 5 tahun: 100 sampai 200 ml setiap kali buang air besar. Minumkan cairan sedikit demi sedikit tetapi sering dan jika muntah tunggu 10
menit kemudian lanjutkan lagi sampai diare berhenti. b. Memberi makanan
Saat diare anak tetap harus diberi makanan yang memadai, jangan pernah mengurangi makanan yang biasa dikonsumsi anak, termasuk ASI dan susu. Hindari
makanan yang dapat merangsang pencernaan anak seperti makanan yang asam, pedas atau buah-buahan yang mempunyai sifat pencahar. Bila diare terjadi berulang kali,
balita atau anak akan kehilangan cairan atau dehidrasi.
2.3.3. Pencegahan Tersier
Sasaran pencegahan tingkat ketiga adalah penderita penyakit diare dengan maksud jangan sampai bertambah berat penyakitnya atau terjadi komplikasi. Bahaya
yang dapat diakibatkan oleh diare adalah kurang gizi dan kematian. Kematian akibat diare disebabkan oleh dehidrasi, yaitu kehilangan banyak cairan dan garam dari
tubuh. Diare dapat mengakibatkan kurang gizi dan memperburuk keadaan gizi yang telah ada sebelumnya. Hal ini terjadi karena selama diare biasanya penderita susah
makan dan tidak merasa lapar sehingga masukan zat gizi berkurang atau tidak ada sama sekali. Pada tingkat ini perlu dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah
terjadinya akibat samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan
Fahrial Syam, 2006.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Program Pencegahan Diare
Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian diare, pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan RI, melalui Dinas Kesehatan melakukan beberapa upaya
sebagai berikut Depkes RI, 2007: 1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas Tatalaksana Penderita diare melalui
pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS, dan Pelembagaan Pojok Oralit.
2. Mengupayakan Tatalaksana Penderita diare di rumah tangga secara tepat dan benar.
3. Meningkatkan upaya pencegahan melalui kegiatan KIE, dan meningkatkan upaya kesehatan bersumber masyarakat.
4. Meningkatkan sanitasi lingkungan. 5. Peningkatan Kewaspadaan Dini dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa
Diare. Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan petugas kesehatan untuk
menyokong praktek pencegahan diare WHO, 1992: 1. Menggunakan teknik pendidikan yang baik
Pesan harus singkat dan jelas serta relevan dengan orang atau kelompok pendengar. Petugas kesehatan hanya boleh membahas beberapa pesan pada satu
pertemuan. Jika petugas kesehatan menggunakan teknik pendidikan yang baik, maka ia akan lebih efektif membantu anggota masyarakat memahami manfaat praktek
pencegahan. Tahap untuk mengajar anggota keluarga tentang pengobatan diare di rumah yang diberikan juga bermanfaat sewaktu mengajarkan tentang pencegahan.
Universitas Sumatera Utara
2. Memberikan contoh yang baik Petugas kesehatan harus selalu melakukan apa yang diajarkannya tentang
pencegahan, sebab tindakan akan berpengaruh lebih kuat daripada sekedar kata-kata saja.
3. Berperan serta dalam proyek masyarakat untuk mermperbaiki tindakan pencegahan
Di dalam bekerja sama dengan kelompok masyarakat, petugas kesehatan dapat menggunakan pengetahuannya tentang cara mencegah diare untuk membantu
merencanakan proyek yang bermanfaat. Beberapa contoh proyek yang dapat dilakukan dengan peralatan yang terbatas dan yang akan bermanfaat bagi banyak
anggota masyarakat mencakup: a. Membeli sabun dalam jumlah besar bagi masyarakat.
b. Memperbaiki sumber air. c. Merancang dan menyokong pembangunan kakus keluarga.
d. Berkebun untuk menghasilkan bahan makanan yang lebih baik dan lebih murah untuk makanan penyapih.
4. Mendukung pemberian ASI Petugas kesehatan yang hadir pada waktu bayi lahir dapat membantu ibu memulai
pemberian air susu ibu dengan melakukan hal yang didaftar di bawah. Petugas kesehatan dapat juga menganjurkan dukun bayi atau anggota keluarga yang hadir saat
kelahiran untuk melakukan hal-hal berikut: a. Memberikan bayi ke ibu untuk mulai pemberian air susu ibu segera setelah
kelahiran.
Universitas Sumatera Utara
b. Biarkan ibu dan bayi tinggal dalam kamar yang sama atau bawa bayi ke ruang ibu untuk diberi ASI, bila lapar.
c. Jangan memberikan makanan selain ASI pada bayi baru lahir. d. Perlihatkan ke ibu cara terbaik memberikan ASI dan cara menghindari
masalah sewaktu masa menyusui. Petugas kesehatan dapat mendorong ibu yang memberi ASI untuk bertemu
dan membahas masalah yang ada. Ini adalah kelompok pendukung pemberian air susu ibu.
5. Membangun dan memelihara kakus pada fasilitas kesehatan Kakus yang bersih dan dapat berfungsi dengan baik pada fasilitas kesehatan
merupakan contoh bagi orang yang datang ke pelayanan kesehatan. Kakus harus dirawat dengan baik, sehingga anggota keluarga melihat bagaimana kakus yang baik
bekerja. 6. Beritahu anggota masyarakat tempat sumber air bersih berada dan cara
mengembangkan sumber air Mungkin beberapa sumber air dalam masyarakat dapat diperbaiki dengan
melakukan tindakan sederhana seperti yang didaftar di bawah ini. Anggota masyarakat dapat memiliki keinginan untuk memperbaiki sumber air, jika petugas
kesehatan dapat mengatakan apa yang harus dilakukan, sebagai contoh: a. Membangun pagar atau dinding sekeliling sumber air untuk melindunginya
dari hewan. b. Menggali parit di tempat yang lebih tinggi dari sumur terbuka untuk
mencegah masuknya air hujan ke dalam sumur tersebut.
Universitas Sumatera Utara
c. Jangan mencuci di sumber air. d. Jangan membiarkan anak bermain dalam atau sekitar sumber air.
e. Pasang alat katrol sederhana dan ember untuk mempermudah menimba air dari sumur.
2.5. Pengertian Perilaku