Pengaruh Absensi Elektronik Hand Geometry Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Di Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan

(1)

PENGARUH ABSENSI ELEKTRONIK BIOMETRIKS (HAND GEOMETRY) TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI DI KANTOR REGIONAL VI BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA MEDAN

SKRIPSI

O L E H

NAMA : AGUS WIDODO NIM : 090921020

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Departemen Ilmu Administrasi Negara

PROGRAM STUDI S-1 EKSTENSI ILMU ADMINISTARSI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Pengaruh Absensi Elektronik Hand Geometry Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Di Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan

Nama : Agus Widodo Nim : 090921020

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Administrasi Negara

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh absensi elektronik (hand geometry) terhadap disiplin kerja pegawai di kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana manfaat yang didapat para pegawai dalam menggunakan absensi elektronik hand geometry, bagaimana disiplin kerja telah dilaksanakan oleh para pegawai dan seberapa besar pengaruh absensi elektronik hand geometry terhadap disiplin kerja pegawai di kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan.

Aspek yang diteliti meliputi dua hal yaitu absensi elektronik hand geometry dan disiplin kerja pegawai. Indikator untuk absensi elektronik hand geometry antara lain, kebutuhan absensi elektronik Hand Geometry untuk mencatat kehadiran pegawai, kesesuaian Prosedur penggunaan Absensi Elektronik Hand Geometry, ketepatan fungsi absensi eletronik Hand Geometry, ketelitian absensi elektronik Hand Geometry, keunggulan perekaman data absensi elektronik Hand Geometry, keamanan penggunaan absensi elektronik Hand Geometry,kemudahan penggunaan dan pelaporan absensi elektronik Hand Geometry. Untuk indikator disiplin kerja pegawai yaitu, ketaatan dalam menjalankan semua peraturan disiplin kerja pegawai, pelaksanaan tugas–tugas yang dibebankan dengan baik, kesadaran akan tugas dan tanggung jawab, ketaatan ketentuan jam kerja, pemeliharaan suasana kerja yang baik, ketelitian dan kerajinan kerja pegawai, penggunaan barang – barang milik negara, pemberian pelayanan yang sebaik – baiknya.

Dalam penelitian ini, hipotesa yang dikemukakan adalah, “Bagaimanakah pengaruh absensi elektronik hand geometry terhadap disiplin kerja pegawai di kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan”. Data diambil dan diperoleh dari 33 responden yang dilakukan dengan penyebaran kuesioner. Kemudian diolah melalui analisa koefisien korelasi product moment dan analisa koefisien determinant serta disajikan dalam bentuk analisa kuantitatif.

Berdasarkan hasil penelitian, hipotesa dalam penelitian ini dapat diterima dan berpengaruh positif. Hal ini terbukti dari uji korelasi product moment dengan α=5% dan hasil koefisien r hitung sebesar 0,75 yang lebih besar dari r table 0,344. Dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya, dapat dilihat dari hasil perhitungan koefisien determinant (D) yaitu sebesar 56,25%. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh absensi elektronik hand geometry terhadap disiplin kerja pegawai hanya sebesar 56,25%, karena disiplin kerja pegawai tidak hanya dipengaruhi oleh absensi elektronik hand geometry saja tetapi juga dapat dipengaruhi variabel lain yang tidak termasuk dalam objek penelitian ini.


(3)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Kerangka Teoritis ... 6

1.Hand Geometry... 6

1.1. Pengertian Hand Geometry ... 6

1.2. Keunggulan Hand Geometry... 8

1.3. Proses Penggunaan Alat Biometrik Hand Geometry... 11

2. Disiplin... 11

2.1. Pengertian Disiplin ... 11

2.2. Faktor-faktor yang Mempegaruhi Pembentukan Disiplin... 15

2.3. Disiplin Bagi Pegawai Negeri... 19

2.4. Peraturan Disiplin Pegawai Negeri... 21

F. Hipotesis ... 28

G. Definisi Konsep ... 28

H. Definisi Operasional ... 28

I. Sistematika Penulisan ……… 30

BAB II METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian ……… 31

B. Lokasi Penelitian ……….. 31

C. Populasi dan Sampel ... 31

D. Teknik Pengumpulan Data ... 32

E. Teknik Penentuan Skor ... 33

F. Teknik Analisa Data ... 35

a. Koefisien Korelasi Product Moment ... 35


(4)

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Berdirinya Kanreg VI Badan Kepegawaian Negara Medan.... 38

B. Visi dan Misi Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara... 42

C. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi... 43

D. Struktur Organisasi ... 45

1. Struktur Organisasi Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara... 45

2. Struktur Organisasi Fungsional Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara ... 46

3. Tugas dan Fungsi dari Bagian Masing-Masing yang terdapat Di Struktur Organisasi... 47

BAB IV PENYAJIAN DATA A. Data Identitas Responden ………... 60

1. Hand Geometry Sebagai Variabel Bebas... 63

2. Disiplin Kerja Pegawai Sebagai Variabel Terikat ... 70

B. Klasifikasi Data ... 76

1. Hand Geometry (Variabel X) ... 77

2. Disipilin Kerja Pegawai (Variabel Y) ... 78

C. Koefisien Korelasi Product Moment ... 79

D. Koefisien Determinant ... 83

BAB V ANALISA DATA A. Interpretasi Data ………... 84

1. Hand Geometry ... 84

2. Disiplin Kerja Pegawai ... 92

B. Pengaruh Absensi Elektronik Hand geometry Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Di Kantor Regional BKN Medan ... 98

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 102


(5)

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

Tabel 1: Distribusi Responden Menurut Usia...60

Tabel 2: Distribusi Responden Berdasarkan Golongan...61

Tabel 3: Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja...61

Tabel 4: Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...62

Tabel 5: Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan...62

Tabel 6: Distribusi Responden mengenai Absensi Elektronik Hand Geometry dapat memenuhi Kebutuhan Pegawai Di dalam Proses Kehadiran...63

Tabel 7: Distribusi Responden mengenai Kesesuaian prosedur antara Absensi Elektronik Hand Geometry dengan Prosedur Lapangan..64

Tabel 8: Distribusi Responden mengenai Absensi Elektronik Hand Geometry berjalan dengan tepat sesuai fungsinya...65

Tabel 9: Distribusi Responden mengenai Absensi Elektronik Hand Geometry yang memiliki tingkat ketelitian tinggi Dalam proses pembacaan dan verifikasi telapak tangan ...65

Tabel 10: Distribusi Responden Tentang Proses Perekaman Data Kehadiran menjadi cepat setelah diterapkannya Absensi Elektronik Hand Geometry...66

Tabel 11: Distribusi Responden mengenai Keamanan Penggunaan Absensi Elektronik Hand Geometry dari Pihak-Pihak yang Tidak berhak mampu dikendalikan...67

Tabel 12: Distribusi Respoden mengenai Kemampuan Absensi Elektronik Hand Geometry menjaga Data Di Dalamnya Agar Terhindar dari Manipulasi Data...68

Tabel 13: Distribusi Responden Tentang Kemudahan di Dalam Pengimplementasian Absensi Elektronik Hand Geometry...69

Tabel 14: Distribusi Responden mengenai Kemudahan Memahami Setiap Output atau Laporan Yang Dihasilkan Oleh Absensi Elektronik Hand Geometry...69


(6)

Tabel 15: Distribusi Responden Tentang Pegawai Negeri Yang Selalu Mentaati Tata Tertib dan Peraturan Yang Ada di Kantor...70 Tabel 16: Distribusi Responden Tentang Para Pegawai Negeri Yang

Selalu Melaksanakan Tugas Yang Diterimanya Dengan Baik...71 Tabel 17: Distribusi Responden mengenai Pegawai Negeri Yang Selalu Mengerjakan Tugasnya Tanpa Diminta Oleh Atasan Maupun

Rekan Kerja...72 Tabel 18: Distribusi Responden Tentang Pegawai Negeri yang Datang

Dan Pulang Sesuai Dengan Jam Kantor yang Telah Ditetapkan....72 Tabel 19: Distribusi Responden Tentang Pegawai Negeri yang Selalu

Menciptakan Suasana Yang Nyaman Dalam Bekerja...73 Tabel 20 : Distribusi Responden mengenai Pegawai Negeri yang selalu Teliti dan Rajin dalam Menyelesaikan Pekerjaannya...74 Tabel 21: Distribusi Responden Tentang Pegawai Negeri yang selalu

Menggunakan Peralatan Kantor yang Tersedia Sesuai Prosedur....74 Tabel 22: Distribusi Responden Tentang Pegawai Negeri yang selalu

Mengutamakan Kepentingan Pekerjaan daripada Kepentingan Pribadi...75


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Kuesioner Penelitian

Lampiran 2: Nilai Jawaban Responden Terhadap variabel Bebas (X)

Lampiran 3: Nilai Jawaban Responden Terhadap variabel Terikat (Y)

Lampiran 4: Tabel Nilai-nilai r Product Moment

Lampiran 5: Lembar yang disetujui oleh jurusan

Lampiran 6: Surat undangan seminar usulan penelitian skripsi

Lampiran 7: Daftar hadir peserta seminar proposal

Lampiran 8: Berita acara hasil seminar proposal

Lampiran 9: Surat persetujuan dosen pembimbing

Lampiran 10: Surat pengantar izin penelitian dari jurusan

Lampiran 11: Surat izin penelitian dari Kantor Regional VI


(8)

ABSTRAK

Pengaruh Absensi Elektronik Hand Geometry Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Di Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan

Nama : Agus Widodo Nim : 090921020

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Administrasi Negara

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh absensi elektronik (hand geometry) terhadap disiplin kerja pegawai di kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana manfaat yang didapat para pegawai dalam menggunakan absensi elektronik hand geometry, bagaimana disiplin kerja telah dilaksanakan oleh para pegawai dan seberapa besar pengaruh absensi elektronik hand geometry terhadap disiplin kerja pegawai di kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan.

Aspek yang diteliti meliputi dua hal yaitu absensi elektronik hand geometry dan disiplin kerja pegawai. Indikator untuk absensi elektronik hand geometry antara lain, kebutuhan absensi elektronik Hand Geometry untuk mencatat kehadiran pegawai, kesesuaian Prosedur penggunaan Absensi Elektronik Hand Geometry, ketepatan fungsi absensi eletronik Hand Geometry, ketelitian absensi elektronik Hand Geometry, keunggulan perekaman data absensi elektronik Hand Geometry, keamanan penggunaan absensi elektronik Hand Geometry,kemudahan penggunaan dan pelaporan absensi elektronik Hand Geometry. Untuk indikator disiplin kerja pegawai yaitu, ketaatan dalam menjalankan semua peraturan disiplin kerja pegawai, pelaksanaan tugas–tugas yang dibebankan dengan baik, kesadaran akan tugas dan tanggung jawab, ketaatan ketentuan jam kerja, pemeliharaan suasana kerja yang baik, ketelitian dan kerajinan kerja pegawai, penggunaan barang – barang milik negara, pemberian pelayanan yang sebaik – baiknya.

Dalam penelitian ini, hipotesa yang dikemukakan adalah, “Bagaimanakah pengaruh absensi elektronik hand geometry terhadap disiplin kerja pegawai di kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan”. Data diambil dan diperoleh dari 33 responden yang dilakukan dengan penyebaran kuesioner. Kemudian diolah melalui analisa koefisien korelasi product moment dan analisa koefisien determinant serta disajikan dalam bentuk analisa kuantitatif.

Berdasarkan hasil penelitian, hipotesa dalam penelitian ini dapat diterima dan berpengaruh positif. Hal ini terbukti dari uji korelasi product moment dengan α=5% dan hasil koefisien r hitung sebesar 0,75 yang lebih besar dari r table 0,344. Dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya, dapat dilihat dari hasil perhitungan koefisien determinant (D) yaitu sebesar 56,25%. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh absensi elektronik hand geometry terhadap disiplin kerja pegawai hanya sebesar 56,25%, karena disiplin kerja pegawai tidak hanya dipengaruhi oleh absensi elektronik hand geometry saja tetapi juga dapat dipengaruhi variabel lain yang tidak termasuk dalam objek penelitian ini.


(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Peranan sumber daya manusia merupakan salah satu faktor utama yang sangat penting dalam organisasi. Pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif merupakan jalan bagi suatu organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan di masa yang akan datang. Dengan kata lain, keberhasilan atau kemunduran suatu organisasi tergantung pada keahlian dan keterampilan pegawainya masing-masing yang bekerja di dalamnya.

Pegawai Negeri Sipil merupakan sumber daya aparatur Negara yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional. Jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas Negara, Pemerintahan dan Pembangunan dengan dilandasi kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Kedudukan dan peranan pegawai negeri sipil di Indonesia dirasakan semakin penting untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan dalam usaha mencapai tujuan nasional yaitu mewujudkan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil dan bermoral tinggi. Kedudukan dan peranannya yang penting menyebabkan pegawai negeri sipil senantiasa di tuntut supaya memiliki kesetiaan dan ketaatan penuh dalam menjalankan tugas-tugasnya dan memusatkan seluruh perhatian serta mengerahkan segala daya dan tenaga secara berdaya guna dan berhasil guna.

Disiplin pada hakikatnya adalah pencerminan nilai kemandirian yang dihayati dan diamalkan oleh setiap individu dan masyarakat suatu bangsa dalam kehidupan. Untuk membina pegawai negeri sipil yang memiliki kesetiaan dan ketaatan penuh, telah dikeluarkan peraturan tentang disiplin pegawai negeri. Dalam Peraturan


(10)

Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 telah diatur dengan jelas kewajiban yang harus ditaati dan larangan yang tidak boleh di langgar oleh setiap pegawai negeri sipil. Peraturan disiplin tersebut selain mengatur kewajiban dan larangan bagi setiap pegawai negeri sipil, juga mengatur tata pemeriksaan, tata cara pengajuan dan penyampaian hukuman disiplin serta tata cara pengajuan keberatan apabila pegawai negeri sipil yang dijatuhi hukuman kedisiplinan merasa keberatan atas hukuman disiplin yang dijatuhkan kepadanya.

Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam penegakan disiplin adalah masalah kehadiran pegawai (absensi). Sudah bukan rahasia umum lagi apabila ada isu-isu yang beredar mengatakan bahwa pegawai negeri sipil itu santai, hanya datang dan absen saja dalam perilaku kerjanya sehari-hari. Tidak bisa dielakkan juga bahwa banyak PNS yang absensinya dititipkan pada PNS lain. Masalah titip menitip absen adalah hal yang sudah mengakar budaya bagi masyarakat Indonesia dan inilah yang wajib diselesaikan dalam rangka penegakan disiplin dalam lingkungan instansi pemerintahan.

Sistem absensi merupakan sebuah sistem yang ada di suatu instansi yang digunakan untuk mencatat daftar kehadiran setiap anggota instansi tersebut. Sistem absensi mencatat identitas anggota instansi dan waktu keluar-masuk anggotanya. Sistem absensi juga mempunyai kemampuan untuk memberikan laporan yang akurat kepada pimpinan atau manajer. Oleh karena itu, kebanyakan perusahaan baik swasta mupun pemerintahan memanfaatkan daftar kehadiran pegawai untuk menentukan gaji kepada pegawainya.

Ada beberapa cara dalam mencatat kehadiran pegawai di suatu instansi, yaitu dengan cara manual dan atau dengan menggunakan sistem berupa mesin absensi. Cara manual seperti tanda tangan untuk sekarang ini sudah mulai ditinggalkan dan beralih menggunakan mesin absensi. Hal ini dikarenakan kemungkinan penitipan absensi dan


(11)

perapelan absen lebih dapat dicegah daripada yang menggunakan absensi secara manual.

Di dalam lingkup Kantor Badan Kepegawaian Negara absensi pegawai secara manual juga sudah mulai ditinggalkan dan menggunakan alat absensi elektronik yaitu fingerprint. Namun sejak pertengahan tahun 2010 absensi yang menggunakan fingerprint tersebut juga mulai ditinggalkan dan diganti dengan menggunakan alat lain yang bersistem hamper sama, yaitu Hand Geometry. Hal ini dilakukan dalam rangka menegakkan kedisiplinan dan menghilangkan budaya titip-menitip absen. Setiap harinya pegawai dalam lingkup Badan Kepegawaian Negara (BKN) wajib melakukan absensi. Hasil pemindaian yang terjadi dari absensi yang menggunakan Hand Geometry kemudian diintegrasikan dengan sistem informasi kepegawaian sehingga tingkat absensi pegawai dapat dikontrol dan diawasi secara akurat guna memudahkan dalam pemberian sanksi disiplin bagi pegawai yang tidak melaksanakan maupun untuk melihat tingkat kedisiplinan para pegawainya.

Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul, “Pengaruh Absensi Elektronik Biometriks (Hand geometry) Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Di Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan”.

B. Perumusan Masalah

Bertitik tolak dari uraian sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah : “Bagaimana pengaruh Absensi Elektronik Hand Geometry Terhadap Disiplin Kerja pegawai Di Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan?”


(12)

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian mempunyai satu atau beberapa tujuan yang hendak dicapai dan harus sejalan atau konsisten dengan judul dan permasalahan penelitian. Dari penelitin yang berjudul “Pengaruh Absensi Elektronik Hand Geometry Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Di Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan”, terdapat tujuan yang hendak dicapai antara lain:

1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi Absensi Elektronik Hand Geometry Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Di Kantor Regional VI Badan kepegawaian Negara Medan.

2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat disiplin pegawai negeri sipil di Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan

3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara absensi elektronik Hand Geometry terhadap disiplin kerja di Kantor Regional VI badan kepegawaian Negara Medan

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat dan berguna dalam hal: 1. Secara Akademis :

a. Untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir bagi penulis melalui karya ilmiah, sesuai dengan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama kuliah di FISIP

b. Sebagai karya tulis untuk menyelesaikan studi tingkat sarjana FISP USU sekaligus menjadi referensi bagi perpustakaan Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU dan kalangan yang tertarik untuk melakukan kajian penelitian di masa yang akan datang dalam bidang ini.


(13)

c. Sebagai bahan tambahan referensi untuk penulisan karya ilmiah yang berhubungan dengan peningkatan disiplin di masa yang akan datang.

2. Secara Praktis :

Oleh karena penulis merupakan salah satu pegawai pada tempat penelitian dilaksanakan, maka hasil yang dituangkan dalam skripsi ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber inspirasi bagi pimpinan organisasi dalam mengambil kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan disiplin kerja pegawai di Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara medan serta sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkannya.

E. Kerangka Teori

1. Hand Geometry (Geometri Tangan)

1.1 Pengertian Hand Geometry (Geometri Tangan)

Salah satu sistem biometrik yang dimiliki manusia adalah geometri tangan. Geometri tangan adalah struktur geometri tangan seseorang, seperti lebar jari tangan, lebar telapak tangan, panjang jari tangan, tebal telapak tangan dan suhu tangan (Lim, 2004 dalam Satriyanto). Sistem identifikasi berbasis geometri tangan telah banyak digunakan. Selain tekniknya relatif mudah untuk digunakan, faktor-faktor seperti cuaca atau kulit kering tidak mempengaruhi ketelitian identifikasi.

Hand Geometry adalah salah satu metoda pembuktian dan biasanya menawarkan kinerja, mudah digunakan, dan perhitungan yang baik (Alamsyah, 2003). Hand Geometry secara luas digunakan untuk kendali akses fisik dan sistem waktu atau kehadiran.


(14)

Hand Geometry ini merupakan salah satu dari sistem biometrik. Biometrik adalah suatu keadaan fisik tertentu ataupun suatu perilaku tertentu yang unik pada diri seseorang. Biometrik merupakan suatu teknologi baru yang memiliki fungsi utama untuk mengenali seseorang melalui sidik jari, wajah, mata atau bagian tubuh yang lain.Teknologi biometrik menawarkan autentikasi secara biologis memungkinkan sistem dapat mengenali penggunanya dengan lebih tepat. Sedangkan jenis-jenis pengukuran biometrik yang lainnya adalah:

a. Sidik Jari (Fingerprint), adalah gambar guratan pada jari yang berupa tonjolan (ridge) dan lembah (valley) yang digunakan sebagai alat identifikasi.

b. Wajah (Face Recognition), adalah pola fitur wajah yang digunakan sebagai alat identifikasi.

c. Iris Mata, adalah pola iris mata yang digunakan sebagai alat identifikasi. d. Retina Mata, adalah alur pembulu darah pada retina yang dipakai sebagai alat

identifikasi e. DNA

f. Suara (Voice Recognition), adalah identifikasi menggunakan analisa spectrum suara

g. Tanda tangan (Signature Recognition), adalah pola dan tekanan tanda tangan seseorang yang dipakai alat identifikasi.

Keunggulan dari sistem Biometrik antara lain:

a. Biometrik sulit hilang (fisik) atau terlupa (perilaku) kecuali karena faktor-faktor tertentu, misalkan rusaknya sidik jari karena terluka.

b. Biometrik sulit untuk ditiru atau disalin

c. Biometrik mengharuskan pemilik bersangkutan untuk hadir di tempat identifikasi dilakukan.


(15)

1.2 Keunggulan Hand Geometry

Dalam upaya mencapai efisiensi kerja, faktor kehadiran (absensi) karyawan merupakan hal yang cukup penting, apalagi berhubungan dengan produksi, penggajian, prestasi kerja, dan lain-lain. Pada alat pencatatan absensi karyawan yang konvensional banyak memerlukan intervensi pegawai bagian administrasi kepegawaian (SDM atau Human Resources Management) maupun kejujuran karyawan. Hal ini dikarenakan adanya manipulasi data kehadiran apabila proses ini tidak dilakukan pengawasan secara kontinyu.

Dengan sistem absensi berbasis biometrik proses pengambilan informasi kehadiran karyawan menjadi hampir 100% akurat karena didasarkan sidik jari masing-masing serta proses pencatatan dan pelaporannya menjadi otomatis oleh software. Kesalahan maupun manipulasi catatan dapat dihilangkan karena intervensi pegawai administrasi menjadi minimal. Informasi yang akurat merefleksikan kondisi yang sebenarnya menjadi landasan untuk pengambilan keputusan serta kebijakan untuk kemajuan suatu instansi atau lembaga.

Kelemahan sistem konvensional adalah terbukanya peluang manipulasi, kesalahan pencatatan, maupun hilangnya catatan kehadiran seorang karyawan. Juga, terbuka kemungkinan terjadinya buddy punching‿ dimana rekan sekerja yang lain mencatatkan waktu kerja yang bukan dirinya. Hal ini membuat pencatatan waktu kehadiran karyawan menjadi tidak akurat. Integrasi ke sistem kepegawaian membutuhkan analisis dan perancangan software yang terpadu, dengan sistem konvensional cukup sulit untuk diotomatisasikan karena pencatatan informasi kehadiran secara manual. Pencatatan menggunakan komputer seperti pada penggunaan geometrik tangan ini sangat


(16)

memungkinkan keterpaduan dengan sistem kepegawaian serta pengembangan sistem lebih lanjut. Sistem pencatatan kehadiran berbasis biomatriks (Hand Geometry) mampu menjawab permasalahan absensi diatas.

Menurut Alamsyah (2003), keunggulan dari sistem biometrik Hand Geometry yaitu :

a. Sidik jari tidak dapat dipalsukan dan digandakan. Karyawan yang mencatatkan kehadirannya di sistem ini adalah benar-benar karyawan yang namanya tercantum dalam record komputer di database kepegawaian.

b. Kesalahan pencatatan dan manipulasi data dapat diminimalkan. Data absensi karyawan menjadi sangat akurat. Semuanya terautomatisasi dengan sistem kepegawaian sehingga intervensi manual oleh unauthorized user dapat dihindari.

c. Sistem pelaporan terintegrasi dengan sistem informasi kepegawaian. Pencatatan absensi, pelaporan, dan proses selanjutnya seperti pengupahan, prestasi kerja, uang transport, dan lain-lain, dapat diintegrasikan bersama– sama. Sistem terpadu menghasilkan laporan yang akurat, cepat, dan efisien.

d. Sangat mudah digunakan, user hanya perlu menekan sensor dengan lima jari dan proses sisanya ditangani oleh sistem ini.

1.3 Proses Penggunaan Alat Biometrik Hand Geometry

Secara sederhana system kerja alat biometrik Hand Geometry terbagi menjadi dua proses, yaitu :


(17)

a. Proses Pendaftaran (Enrollment), dalam proses ini awalnya scanner membaca objek (jari – jari tangan) kemudian diproses menjadi bentuk pola-pola tertentu kemudian disimpan di dalam database.

b. Proses Scanning, dalam proses ini awalnya scanner membaca objek kemudian diproses menjadi bentuk pola-pola tertentu lalu dicocokkan dengan data pola yang disimpan di database. Jika ditemukan kecocokan, maka akan timbul konfirmasi bahwa objek cocok dengan data yang tersimpan. Jika tidak ditemukan, maka konfirmasi ketidakcocokan akan dimunculkan.

2. Disiplin

2.1 Pengertian Disiplin

Berbicara masalah disiplin berkaitan dengan unsur perilaku, sikap dan tingkah laku seseorang. Untuk mengetahui pelaksanaan disiplin kerja yang dilaksanakan oleh pegawai, maka diperlukan arah dan landasan berpikir yang jelas dalam penelitian. Oleh karena itu, penulis mengambil beberapa konsep teori atau pendapat-pendapat yang telah dirumuskan oleh para ahli yang dianggap mempunyai relevansi dengan masalah penelitian sesuai dengan yang dikemukakan di bawah ini:

Kata disiplin berasal dari kata “disipel” yang berarti pengikut yang sungguh-sungguh dan yakin dengan ketekunan menyebarkan ajaran-ajaran pimpinannya. Disiplin tidak hanya diartikan tunduk kepada peraturan-peraturan dan ketentuan yang lazim dilaksanakan. Akan tetapi disiplin dapat mendorong manusia melaksanakan kegiatan-kegiatan secara sadar diyakini menfaatnya.

Secara umum disiplin dapat diartikan sebagai kepatuhan atau ketaatan terhadap segala peraturan atau ketentuan yang berlaku atau dapat juga diartikan sebagai kesungguhan dalam bertindak dan berperilaku.


(18)

Disiplin adalah sikap perorangan atau kelompok yang menjamin adanya kebutuhan terhadap perintah-perintah dan berinisiatif untuk melakukan suatu tindakan yang perlu seandainya tidak ada perintah.

Sedangkan menurut Mirriam S. Arif (2005:18), disiplin adalah ketaatan, kesungguhan, kekuatan, dan keterampilan sikap dan tingkah laku serta hormat pada segala ketentuan perjanjian, atau berdasarkan tawar-menawar, tertulis peraturan dan ketentuan hukum atau kebiasaan.

Dari kedua definisi di atas, maka dapat dijelaskan disiplin adalah suatu tingkah laku perorangan atau kelompok yang sesuai dengan peraturan-peraturan yang tertulis maupun tidak tertulis yang menekankan pada kepatuhan dan inisiatif. Jadi disiplin timbul sebagai realisasi dari berbagai macam bentuk perjanjian yang menuntut kepatuhan, ketaatan, dan sebagainya. Disiplin juga dapat merupakan tiang utama yang menguatkan suatu instansi, akan tetapi dalam kenyataannyasangat sulit untuk menegakkan disiplin karena menyangkut aspek tingkah laku manusia, akan tetapi disiplin harus tetap ditegakkan dalam suatu instansi. Cara yang paling baik untuk menerapkan disiplin itu adalah dengan menumbuhkan suatu kesadaran dalam diri masing-masing orang.

Menurut Westra Pariatra (2006:131), disiplin adalah suatu keadaan tertib, dimana orang-orang yang tergabung dalam organisasi tunduk kepada peraturan yang telah ada dengan senang hati.

Dari pendapat diatas, dapat dikatakan bahwa disiplin merupakan sikap tertib seseorang yang menunjukkan kepatuhan atau ketaatan kepada peraturan ketentuan yang telah ada dengan senang hati dan tanpa paksaan. Untuk membentuk dan membina disiplin itu perlu adanya peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan yang dimaksudkan sebagai pedoman atau acuan dalam


(19)

bertindak, berperilaku, dan bersikap yang diharapkan dapat menjadi suatu kebiasaan atau sesuatu yang wajar dengan senang hati.

Menurut Soegoeng Prijodarminto (2004:23), disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Karena sudah menyatu dalam dirinya, maka sikap dan perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia berbuat selayaknya.

Menurut Alex Nitisemito (2002:199) bahwa :

a. Kedisiplinan merupakan suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan baik tertulis maupun tidak tertulis.

b. Disiplin waktu adalah suatu sikap kegiatan yang ditunjukkan oleh karyawan terhadap berbagai peraturan tentang jam masuk dan jam pulang kantor, serta pemanfaatan jam-jam kerja. Sedangkan disiplin tugas adalah suatu sikap ketaatan yang ditunjukkan oleh pegawai terhadap berbagai ketentuan yang berhubungan denga tugas, seperti memenuhi ketentuan dalam menyelesaikan tugas tepat pada waktu yang telah ditentukan oleh atasannya.

c. Disiplin tingkah laku adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh pegawai terhadap norma-norma yang berlaku baik di kantor maupun di luar kantor, terutama sekali dalam melayani masyarakat yang bergitu terlihat tata krama dan sopan santunya.

Lebih lanjut Liang Gie (2002:119) mengatakan bahwa disiplin merupakan suatau keadaan tertib dimana orang-orang yang tergabung dalam organisasi tunduk pada peraturan – peraturan yang telah ada dengan senang hati.

Bagi pegawai negeri sipil, pelaksanaan kerja pegawai berarti mematuhi semua peraturan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh instansi yang


(20)

bersangkutan, para pegawai yang taat dan patuh pada peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan oleh kantor berarti pegawainya telah melaksanakan disiplin kerja yang telah ditetapkan tersebut. Semua pegawai kantor harus merupakan dan atau menjadi suri tauladan bagi masyarakat sekitarnya. Sebagai pegawai kantor yang baik tentunya harus menaati peraturan-peraturan yang sudah ditentukan dengan baik, pegawai tersebut dapat melaksanakan tata tertib yang berlaku pada kantor tersebut.

Disiplin adalah suatu tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari kantor baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dengan demikian jelaslah bahwa tujuan yang telh ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik apabila para pegawainya tidak memiliki disiplin kerja yang baik pula. Untuk itu perlu ditingkatkan disiplin kerja pada pegawai negeri sipil agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

2.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Disiplin

Dalam setiap organisasi atau instansi baik swasta maupun pemerintahan pada dasarnya mengharapkan pegawai-pegawai yang mempunyai disiplin yang tinggi dalam melaksanakan tugas-tugas kedinasan. Dengan kedisiplinan tersebut pegawai diharapkan dapat mempunyai kinerja yang baik, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

Menurut Harahap, Sofyan Syarif (2003:39) dalam pembentukan disiplin pegawai perlu diperhatikan beberapa faktor, antara lain:

a. Kepemimpinan b. Pemberian motivasi c. Pendidikan dan latihan d. Kesejahteraan


(21)

e. Penegakan disiplin melalui hokum

Faktor-faktor tersebut perlu mendapat perhatian dari pimpinan, dimana pimpinan harus ikut berperan aktif dalam membentuk disiplin bawahannya. Dalam hal ini, pimpinan melakukan pengawasan administratif di bidang kepegawaian (personal) dengan melakukan pemantauan secara personal terhadap bawahannya yang berkaitan dengan faktor-faktor tersebut, misalnya dengan memberikan motivasi yang tinggi terhadap bawahan, mengadakan pelatihan dan latihan, memperhatikan kesejahteraan pegawainya dan memberikan sanksi terhadap pegawai yang melanggar ketentuan yang berlaku. Semuanya itu merupakan suatu pengawasan dibidang kepegawaian agar pegawai memiliki disiplin kerja yang tinggi.

Selain kelima faktor-faktor penting dalam pembentukan disiplin tersebut diatas, ada faktor-faktor lain yang mendukung supaya disiplin kerja pegawai terwujud dalam suatu instansi formal pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajiban antara lain:

a. Sikap Keteladanan Pimpinan

Keteladanan seorang pimpinan akan membawa pengaruh sangat besar bagi organisasi khususnya dalam menegakkan kedisiplinan, karena seorang pimpinan merupakan panutan dari bawahannya. Apabila seorang pimpinan sudah memiliki disiplin yang tinggi, sudah barang tentu bawahan juga harus mengikuti sikap disiplin atasannya.

b. Tanggung Jawab Pimpinan Selaku Atasan

Pimpinan organisasi ataupun atasan mempunyai tanggung jawab yang besar dalam meningkatkan disiplin kerja bawahannya dalam rangka melaksanakan tugas mencapai tujuan organisasi. Adapun tanggung


(22)

jawab pimpinan selaku atasan untuk meningkatkan disiplin kerja pegawai adalah sebagai berikut:

1. Penujukkan dan penempatan pegawai sesuai dengan keahlian yang dimiliki oleh pegawai tersebut.

2. Pemberian tanda jasa penghargaan atas jasa atau perbuatan terpuji yang dilakukan pegawai

3. Memberikan rangsangan kepada pegawai sehingga dapat menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan

4. Meningkatkan pengetahuan dan keahlian pegawai yang melakukan kelalaian sehingga meningkatkan kecakapan pegawai tersebut.

5. Menciptakan hubungan komunikatif yang dua arah sehingga tanggung jawab, rasa sungkan diantara pegawai tidak menjadi hambatan

c. Komunikasi yang Efektif diantara Pimpinan dengan Bawahan

Dalam proses pelaksanaan pekerjaan, hendaknya terjalin komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan, tidak hanya pimpinan yang selalu memberi perintah, tetapi seorang bawahan pun berhak untuk mengemukakan pendapatnya, sehingga pegawai tersebut merasa nyaman dan senang dalam melakukan pekerjaannya.

d. Penempatan Pegawai

Penempatan pegawai dalam suatu jabatan harus berdasarkan keahlian dan kecakapan yang dimiliki dan berdasarkan tingkat pendidikan, jangan sampai salah dalam menempatkan pegawai, hal ini dapat dilakukan melalui analisis jabatan dan uraian jabatan, sehingga didapat pegawai yang tepat dengan jabatan yang akan didudukinya.


(23)

2.3 Disiplin Bagi Pegawai Negeri

Disiplin kerja bagi aparatur pemerintah atau pegawai negeri merupakan sesuatu yang harus diperhatikan, karena dilihat dari kedudukannya pegawai negeri sebagai unsur aparatur Negara yang mempunyai tugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas Negara, Pemerintahan dan Pembangunan.

Pelaksanaan kerja pegawai bagi para Pegawai Negeri Sipil berarti mematuhi semua peraturan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh instansi yang bersangkutan. Bagi para pegawai yang taat dan patuh pada peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan oleh kantor berarti pegawainya telah melaksanakan disiplin kerja berdasarkan aturan yang sudah ditetapkan. Semua pegawai kantor yang baik tentunya harus mentaati peraturan-peraturan dan melaksanakan tata tertib yang berlaku dan yang sudah ditentukan dengan baik.

Tata tertib yang sudah ditetapkan oleh suatu instansi pemerintahan pada dasarnya bukan hanya untuk pelengkap sebuah kantor, tetapi sebagi bagian dari kehidupan pegawai kantor. Setiap pegawai yang telah terikat akan disiplin dan tata tertib di dalam melakukan pekerjaannya agar mencapai tujuan yang sudah direncanakan oleh pemerintah. Menurut Martono dalam Kusnadi (2007:16), pelaksanaan disiplin kerja pegawai yaitu:

1. Mentaati semua peraturan disiplin kerja pegawai

2. Melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan dengan baik 3. Menyadari akan tugas dan tanggung jawab masing-masing 4. Mentaati ketentuan jam kerja pegawai yang sudah ditetapkan


(24)

5. Dapat menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik 6. Meningkatkan ketelitian dan kerajinan kerja pegawai

Kedudukan Pegawai Negeri Sipil di dalam pemerintahan mengenai disiplin kerja pegawai juga diatur di dalam Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 yang isinya menyatakan bahwa Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur Negara, abdi Negara dan abdi masyarakat yang penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, Undang-Undang Dsar 1945, Negara Pemerintah dan menyelenggarakan tugas pemerintah dan pembangunan.

Dengan demikian dapat diartikan bahwa secara umum disiplin bagi pegawai negeri adalah tidak semata-mata hanya mentaati tata tertib yang di buat di kantor tetapi juga harus mematuhi tata tertib yang telah di atur di dalam Pancasila, Undang-Undang dasar 1945, Negara dan Pemerintah.

2.4 Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

Untuk membina pegawai negeri sipil yang demikian, maka diperlukan adanya peraturan disiplin yang memuat pokok-pokok kewajiban, larangan dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati. Aturan tersebut diatas terdapat pada Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010, yaitu:

a. Peraturan Pemerintah Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil

1. Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang undangan dan/atau peraturan


(25)

kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.

2. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah PNS Pusat dan PNS Daerah.

3. Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin PNS, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja. 4. Hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada PNS

karena melanggar peraturan disiplin PNS.

5. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat, Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi, dan Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota adalah sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur wewenang pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian PNS.

6. Upaya administratif adalah prosedur yang dapat ditempuh oleh PNS yang tidak puas terhadap hukuman disiplin yang dijatuhkan kepadanya berupa keberatan atau banding administratif.

7. Keberatan adalah upaya administratif yang dapat ditempuh oleh PNS yang tidak puas terhadap hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang menghukum kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum.

8. Banding administratif adalah upaya administratif yang dapat ditempuh oleh PNS yang tidak puas terhadap hukuman disiplin berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS yang dijatuhkan oleh


(26)

pejabat yang berwenang menghukum, kepada Badan Pertimbangan Kepegawaian.

b. Kewajiban Setiap PNS

1. Mengucapkan sumpah/janji PNS; 2. Mengucapkan sumpah/janji jabatan;

3. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah;

4. Menaati segala ketentuan peraturan perundangundangan;

5. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran,dan tanggung jawab;

6. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat PNS; 7. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,

seseorang, dan/atau golongan;

8. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus dirahasiakan;

9. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan negara;

10. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil;

11. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja; 12. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;

13. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya;


(27)

15. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;

16. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier;

17. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

c. Larangan Setiap PNS :

1. Menyalahgunakan wewenang;

2. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain;

3. Tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lai dan/atau lembaga atau organisasi internasional;

4. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat asing;

5. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah;

6. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara;

7. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan;

8. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya;


(28)

10. Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani;

11. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan;

12. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

13. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden

14. Memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan perundang-undangan

15. Memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah

Dengan telah diaturnya segala peraturan disiplin, kewajiban dan larangan di dalam Peraturan pemerintah maka sangat jelas bahwa kewajiban harus ditaati dan larangan tidak boleh dilanggar. Selain itu, Peraturan pemerintah tersebut juga mengatur tentang cara pemeriksaan, tata cara penjatuhan dan penyampaian hukuman disiplin, serta tata cara pengajuan keberatan apabila Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukuman disiplin itu merasa keberatan atas hukuman disiplin yang dijatuhkan kepadanya.

Tujuan dengan adanya hukuman disiplin adalah untuk memperbaiki dan mendidik Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran. Oleh karena itu, setiap pejabat yang berwenang menghukum seharusnya wajib memeriksa


(29)

terlebih dahulu dengan seksama kepada PNS yang melakukan pelanggaran disiplin tersebut.

Hukuman disiplin yang diberikan haruslah setimpal dengan pelanggaran disiplin yang dilakukan, sehingga hukuman disiplin itu dapat diterima dengan rasa keadilan. Untuk tingkat dan jenis hukuman disiplin kerja PNS terbagi dalam beberapa tingkatan, yaitu :

1. Hukuman disiplin ringan, terdiri dari : a. Teguran lisan

b. Teguran tertulis

c. Pernyataan tidak puas secara tertulis 2. Hukuman didplin sedang terdiri dari :

a. Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun b. Penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling

lama 1 (satu tahun)

c. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun 3. Hukuman disiplin berta terdiri dari :

a. Penurunan pangkat untuk pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama 1 (satu) tahun

b. Pembebasan dari jabatan

c. Pemberhentian dengan hormat atau permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil


(30)

F. Hipotesis

Dari permasalahan diatas, penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut : “Bagaimanakah Pengaruh Absensi Elektronik Hand Geometry terhadap Disiplin Kerja Pegawai Di Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan”.

G. Definisi Konsep

Berdasarkan teori, pendapat, atau gagasan-gagasan seperti yang dikemukakan sebelumnya, penulis merumuskan konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut:

1. Hand Geometry adalah struktur geometri tangan seseorang. Struktur ini termasuk lebar jari tangan, lebar telapak tangan, ketebalan telapak tangan, panjang jari tangan dan lainnya.

2. Disiplin kerja pegawai adalah perwujudan sikap dan tindakan para pegawai yang sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku dalam rangka pelaksanaan tugas.

H. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas (X) Hand Geometry, dengan indikator sebagai berikut:

a) Kebutuhan Absensi Elektronik Hand Geometry untuk mencatat kehadiran pegawai

b) Kesesuaian Prosedur penggunaan Absensi Elektronik Hand Geometry c) Ketepatan fungsi Absensi Eletronik Hand Geometry

d) Ketelitian Absensi Elektronik Hand Geometry

e) Keunggulan perekaman data Absensi Elektronik Hand Geometry f) Keamanan Penggunaan Absensi Elektronik Hand Geometry


(31)

g) Kemudahan Penggunaan dan Pelaporan Absensi Elektronik Hand Geometry

2. Variabel terikat (Y) Disiplin Kerja Pegawai, dengan indikator sebagai berikut: a) Ketaatan dalam menjalankan semua peraturan disiplin kerja pegawai b) Pelaksanaan tugas – tugas yang dibebankan dengan baik

c) Kesadaran akan tugas dan tanggung jawab d) Ketaatan ketentuan jam kerja

e) Pemeliharaan suasana kerja yang baik f) Ketelitian dan kerajinan kerja pegawai g) Penggunaan barang – barang milik negara h) Pemberian pelayanan yang sebaik - baiknya


(32)

I. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis, definisi konsep, definisi operasional, dan sistematika penulisan

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik pengukuran data, dan teknik analisa data.

BAB III : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Dalam bab ini dikemukakan tentang sejarah berdirinya organisasi, kedudukan dan tugas organisasi, struktur organisasi, tugas pokok dan uraian tugas dari organisasi.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan pembahasan secara mendalam tentang hasil-hasil penelitian, setelah data-data yang ada disajikan dan diverifikasi. Di sini pula diuji apakah terbukti atau tidak hipotesis.

BAB V : ANALISA DATA DAN INTERPRTASI DATA BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang membangun objek penelitian.


(33)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis membahas masalah yang bersifat asosiatif yakni menghubungkan dua variabel yang bersifat timbal balik dan saling mempengaruhi.

Bentuk penelitian yang digunakan korelasional, yakni mencari hubungan antar variabel dengan pendekatan kuantitatif.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan yang beralamatkan di Jalan TB. Simatupang No.124 Medan.

C. Populasi dan Sampel

Sebelum penelitian dilaksanakan, maka penulis harus menentukan terlebih dahulu populasi yang akan diteliti. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti (Sugiyono, 2001:57).

Peneliti meneliti pengaruh elektronik biometrik yang menggunakan hand geometric terhadap disiplin kerja pegawai yang dilaksanakan di Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan. Berpedoman pada judul dan tujuan penelitian ini serta kerangka teori yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka populasi penelitian ini adalah seluruh pegawai yang ada di Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan yaitu sebanyak 129 orang.


(34)

Menurut Hidayat (2002:2) sampel adalah kelompok kecil yang kita amati dan merupakan bagian dari populasi sehingga karakteristik populasi juga dimiliki oleh sampel.

Dengan berpedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto (2006:140) yang mengatakan bahwa jika populasi kurang dari 100 orang, maka jumlah sampelnya diambil keseluruhan tetapi jika populasinya lebih besar dari 100 orang maka bias diambil 10-15% atau 15-25% dari jumlah populasinya. Maka dalam penelitian ini penulis mengambil sampel 25% dari jumlah pegawai sebanyak 129 orang yaitu sebanyak 32 orang secara acak.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan informasi, keterangan-keterangan atau fakta-fakta yang diperlukan, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : 1. Pengumpulan data primer, yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian

yang langsung terjun ke lokasi penelitian untuk mencari data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Penelitian data ini diperoleh dengan cara:

a. Kuesioner yaitu pengumpulan data dengan cara menyebarkan angket kepada objek penelitian

b. Observasi yaitu pengumpulan data dengan cara mengamati, mencatat gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian

2. Pengumpulan data sekunder yaitu kegiatan penelitian yang menelaah buku-buku maupun informasi-informasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Hal ini dilakukan melalui studi pustaka, yang membantu menemukan teori-teori yang mendukung penelitian ini.


(35)

E. Teknik Pengukuran Skor

Teknik pengukuran skor yang digunakan dalam penelitian ini adalah memakai skala ordinal untuk menilai jawaban kuesioner yang disebarkan koresponden.

Adapun skor dari setiap pertanyaan yang ditentukan yaitu, 1. Untuk alternatif jawaban Sangat Setuju diberi skor 5 2. Untuk alternatif jawaban Setuju diberi skor 4

3. Untuk alternatif jawaban Kurang Setuju diberi skor 3 4. Untuk alternatif jawaban Tidak Setuju diberi skor 2

5. Untuk alternatif jawaban Sangat Tidak Setuju diberi skor 1

Kemudian untuk menentukan kategori jawaban koresponden terhadap masing-masing alternatif apakah tergolong sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah atau sangat rendah terlebih dahulu ditentukan skala intervalnya dengan cara sebagai berikut:

Skor tertinggi – skor terendah Banyak bilangan

Maka diperoleh:

5 - 1

=

0,8

5

Dengan demikian dapat diketahui kategori jawaban responden masing-masing variabel yaitu:

Skor untuk kategori Sangat Tinggi = 4,24 – 5,00 Skor untuk kategori Tinggi = 3,43 – 4,23 Skor untuk kategori Sedang = 2,62 – 3,42 Skor untuk kategori rendah = 1,81 – 2,61 Skor untu kategori sangat rendah = 1,00 – 1,8

Untuk menentukan jawaban responden tergolong sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah atau sangat rendah maka jumlah responden akan ditentukan rata-ratanya


(36)

dengan membagi jumlah pertanyaan. Dari hasil pembagian tersebut akan diketahui jawaban responden termasuk kategori yang mana.

F. Teknik Analisa Data

1. Penggunaan Koefisien Korelasi Product Moment

Penggunaan teknik korelasi seperti ini didasarkan pada sumber data yang diperoleh penulis serta adanya interval data yang berguna untuk melihat apakah jawaban responden tergolong tinggi, sedang atau rendah. Adapun rumus koefisien korelasi product moment adalah:

(

)(

)

( )

(

)

[

]

[

( )

(

)

2

]

i 2 i 2 i 2 i i i i i xy y y n x x n y x y x n r ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ = Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi antara x dan y, yaitu bilangan yang menunjukkan besar kecilnya hubungan antara x dan y.

Xi = Variabel bebas (Pengawasan)

Yi = Variabel terikat (Disiplin Kerja Pegawai) n = Jumlah sampel

Hasil penghitungan dengan menggunakan rumus diatas dapat memberikan tiga kemungkinan mengenai hubungan antara kedua variabel yaitu:

1. Nilai r yang positif menunjukkan kedua variabel positif, artinya kenaikan nilai variable yang satu diikuti oleh variabel yang lain.


(37)

2. Nilai r yang negatif menunjukkan hubungan kedua variabel negatif, artinya menurunnya nilai variabel yang satu yang diikuti dengan meningkatnya nilai variabel yang lain.

3. Nilai r yang sama dengan nol menunjukkan kedua variabel tidak mempunyai hubungan, artinya variabel yang satu tetap meskipun yang lainnya berubah. Untuk mengetahui adanya pengaruh tinggi atau rendahnya tingkat hubungan kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi) digunakan penafsiran atau interpretasi dilihat dari angka-angka. Sugiono (2002:149) menyatakan sebagai berikut:

Interval Koefisiensi (R) Interpretasi Antara 0, 80 – 1,00 Sangat kuat

Antara 0, 60 – 0,79 Kuat Antara 0,40 – 0,59 Sedang Antara 0,20 – 0,39 Rendah

Antara 0,00 – 0,19 Sangat rendah (tidak

berkorelasi)

Dengan nilai r yang kita peroleh, dapat kita lihat dan bandingkan secara langsung melalui tabel korelasi, untuk menguji apakah nilai r yang kita dapat itu berarti atau tidak. Tabel korelasi ini mencantumkan batas-batas r yang signifikan tertentu, dan dalam hal ini signifikan 5%. Bila nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel, artinya hipotesa kerja atau hipotesa alternatif dapat diterima.

2. Penggunaan Koefisien Determinant

Teknik ini digunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Perhitungan dilakukan dengan mengkuadratkan nilai koefisien korelasi product moment dan dikalikan dengan 100%.


(38)

Keterangan:

D = Koefisien Determinant


(39)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Berdirinya Kanreg VI Badan Kepegawaian Negara Medan

Sejarah berdirinya BKN diawali dengan nama Kantor Urusan Pegawai (KUP) yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1984 tanggal 30 Mei 1948, berkedudukan di Ibukota pemerintahan di Yogyakarta dan dipimpin oleh seorang Kepala yaitu Raden Panji Soeroso. Pada tahun yang sama Pemerintah juga menetapkan pembentukan perwakilan KUP untuk wilayah Indonesia bagian timur yang berkedudukan di Makasar.

Berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Nomor 13 tanggal 9 Juni 1948, dibentuklah Dienst voor Algemene Personele (DAPZ) yang lebih dikenal dengan DUUP (Djawatan Umum Urusan Pegawai) dikepalai oleh Mr. J.W Van Hoogstraken dan berkedudukan di Jakarta. Dan pada tanggal 15 Agustus 1950, pemerintah memandang perlu untuk memusatkan urusan kepegawaian di Jakarta, yang kemudian ditetapkanlah Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 pada tanggal 15 Desember 1950. Dengan adanya Peraturan Pemerintah tersebut, KUP di Yogyakarta dan DUUP di Jakarta digabungkan menjadi satu. Meskipun KUP berkedudukan di Jakarta, dalam pelaksanaan tugasnya masih ada unit kerja yang berkedudukan di daerah yaitu Bagian Tata Usaha Kepegawaian (Biro TUK) di Yogyakarta dan Bagian Pensiun dan Tunjangan (Biro P&T) di Bandung.

Dalam perkembangannya, pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1972, mengubah fungsi KUP yang awalnya hanya menangani hal-hal yang lebih bersifat administratif, ditingkatkan fungsinya menjadi institusi yang melakukan pembinaan kepegawaian dengan nama Badan Administrasi


(40)

Kepegawaian Negara (BAKN). Seiring dengan berbagai perubahan dalam upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas manajemen sumber daya manusia, maka ruang lingkup BAKN semakin diperkuat dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974. Dan untuk lebih meningkatkan pelayanan PNS di daerah, BAKN membentuk Kantor Wilayah yang sampai tahun 1997 telah dibentuk 6 (enam) Kantor Wilayah BAKN dan salah satunya adalah Kantor Wilayah VI BAKN Medan. Keputusan mengenai Kantor Wilayah BAKN, diatur dalam Keputusan Kepala BAKN Nomor 57 Tahun 1997.

Sejalan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan untuk mendorong desentralisasi urusan kepegawaian kepada daerah, maka dikeluarkanlah Undang-Undang nomor 43 Tahun 1999, tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Berdasarkan perubahan tersebut, nomenklatur Badan Administrasi Kepegawaian Negara (BAKN) diubah menjadi Badan Kepegawaian Negara (BKN) yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden Nomor 95 Tahun 1999 dengan tugas pokok adalah membantu Presiden dalam penyelenggaraan Kepegawaian Negara. Meskipun Badan Kepegawaian Negara (BKN) mengalami perubahan nama berkali – kali dan prosesnya yang begitu panjang, tanggal lahir Badan Kepegawaian Negara adalah 30 Mei 1948.

Untuk semakin meningkatkan pelayanan dan menciptakan Aparatur Negara yang profesional dan berkualitas serta bermoral, maka pada tanggal 18 Januari 2000 dikeluarkanlah keputusan Kepala BKN Nomor : 03/KEP/2000 mengenai nomenklatur Kantor Wilayah BAKN dirubah menjadi Kantor Regional BKN diseluruh Indonesia. Sampai saat ini Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara yang terdapat di seluruh Indonesia dalah 12 Kantor, dengan adanya 12 kantor BKN di seluruh Indonesia diharapkan pelayanan kepegawaian dapat


(41)

mempermudah bagi PNS yang tersebar di seluruh Indonesia dan pelayanan yang dilakukan akan dapat menuju pelayanan yang mengandung prinsip efisien serta efektif.

Kantor Regional VI BKN terletak di Kota Medan Sumatera Utara diresmikan pada tanggal 18 Februari 1998 oleh Kepala BKN yaitu Bapak Sunarko. Sejak diresmikannya sampai dengan tahun 2005 Kepala Kantor Regional VI BKN adalah Ibu Hj. Poppy Soeparmi, namun dari Tahun 2005 sampai saat ini Kantor Regional VI BKN dikepalai oleh Bapak Dr. edy Wahyono SP.

Kantor Reginal VI BKN Medan sampai dengan tahun 2000 memiliki wilayah kerja 4 (empat) propinsi yaitu :

1. Propinsi Nangroe aceh Darussalam 2. Propinsi Sumatera Utara

3. Propinsi Sumatera Barat 4. Propinsi Riau

Namun sejak didirikannya Kantor Regional XII Pekanbaru pada tahun 2006 wilayah Kantor Regional VI BKN Medan hanya memiliki 2 propinsi Wilayah kerja, yaitu Propinsi Nangroe Aceh Darussalam dan Propinsi Sumatera Utara. Secara khusus pada tahun 2006, BKN member tugas dan tanggung jawab serta kewenangan yang lebih besar kepada seluruh Kantor Regional BKN yang ada di daerah, yaitu dalam kegiatan Penyelesaian Penetapan NIP CPNS Daerah, dimana sebelumnya penetapan NIP CPNS adalah tersentralisasi dan dilaksanakan di BKN Jakarta. Hal ini menunjukkan suatu komitmen dan kesungguhan BKN dalam memberikan pelayanan yang semakin cepat kepada seluruh instansi di daerah sesuai dengan wilayah kerja masing-masing Kantor Regional.


(42)

B. Visi dan Misi Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara 1. Visi Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta melihat latar belakang dan mencermati fenomena-fenomena yang ada, maka visi Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan adalah menciptakan Pegawai Negeri Sipil yang Profesional dan Sejahtera. Dengan wilayah kerja meliputi Propinsi Nangroe Aceh Darussalam dan Propinsi Sumatera Utara, dalam kaitan dengan tugas pokok dan fungsi Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara, pembaharuan manajemen pemerintah dapat dikerangkakan pada terwujudnya kebijakan pemerintah melalui peningkatan akuntabilitas publik oleh segenap jajaran manajemen kepegawaian Pusat dan Daerah.

2. Misi Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan

Sebagai perwujudan dari visi tersebut, ditetapkan misi kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara yang menggambarkan hal yang seharusnya dilaksanakan dan yang akan dicapai. Misi Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan adalah menyelenggarakan manajemen pegawai negeri sipil berbasis kompetensi untuk mewujudkan pegawai negeri sipil yang Profesional dan Sejahtera. Misi tersebut disusun dengan mempertimbangkan kebutuhan apapun tuntutan dari masyarakat yang menginginkan adanya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih melalui terselenggaranya manajemen kepegawaian yang baik. Aspek peningkatan akuntabilitas merupakan upaya organisasi untuk membantu pihak manajemen pemerintah, dalam upaya meningkatkan kinerja instansi


(43)

pemerintah dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat Pegawai Negeri Sipil.

C. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi

Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara yang selanjutnya disebut dengan Kanreg BKN adalah instansi BKN di daerah, yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala BKN pusat, dengan dipimpin oleh seorang Kepala Kantor.

Kanreg BKN mempunyai tugas menyelenggarakan sebagian tugas pokok dan fungsi BKN di bidang administrasi dan manajemen kepegawaian Negara di wilayah kerjanya, yang kewenangannya masih melekat pada pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Untuk melaksanakan tugas dalam bidang administrasi dan manajemen kepegawaian Negara, kanreg BKN menyelenggarakan fungsi :

1. Koordinasi, bimbingan, pemberian petunjuk teknis dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian

2. Pemberian pertimbangan dan atau penetapan mutasi kepegawaian bagi PNS Pusat dan Daerah di wilayah kerjanya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

3. Penetapan pensiun PNS Pusat dan penetapan status kepegawaian di wilayah kerjanya

4. Pemberian pertimbangan pensiun PNS Daerah dan Penetapan status kepegawaian di wilayah kerjanya

5. Penyelenggaraan dan pemeliharaan jaringan informasi data kepegawaian PNS Pusat dan Daerah di wilayah kerjanya


(44)

6. Penetapan pemindahan PNS antar daerah Propinsi atau antara Daerah Kabupaten/Kota dan Daerah Kabupaten/Kota lain Propinsi


(45)

D. Struktur Organisasi

1. STRUKTUR ORGANISASI KANTOR REGIONAL VI

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

KEPALA KANTOR REGIONAL VI BKN MEDAN

Dr. EDY WAHYONO SP NIIP. 19550421 198203 1 001

KEPALA BAGIAN UMUM

DRA. IDA WIDAYANI NIP. 19630711 199103 2 001

KEPALA SUB BAGIAN KEPEGAWAIAN

DRS.WIDODO.MSi NIP. 19680715 199512 1 001

KEPALA SUB BAGIAN TATA USAHA & RUMAH

TANGGA

MOERSITO ADJI, SH NIP. 19610601 199703 1 001

KEPALA SUB BAGIAN PERENCANAAN &

KEUANGAN

HARDIANAWATI, SE, M.Si NIP. 19680601 199703 2 001

KEPALA BIDANG MUTASI

RAMDHANI, SH NIP.19601231 198103 1 001

KEPALA BIDANG BIMBINGAN TEKNIS

KEPEGAWAIAN

DRS.SUBEKTI AGUS IRIANTO NIP. 19620815 199203 1 001

KEPALA BIDANG INFORMASI KEPEGAWAIAN

SABAR P. SORMIN, S.Kom,MMSi NIP. 19640724 198503 1 001

KEPALA BIDANG STATUS KEPEGAWAIAN &

PENSIUN -

KEPALA SEKSI ADM. MUTASI

WESTERLING SIREGAR, SH NIP. 19621109 198603 1 001

KEPALA SEKSI MUTASI I

DRS. WARSID SMAT M.Si NIP. 19620720 198312 1 001

KEPALA SEKSI MUTASI III

-

KEPALA SEKSI STATUS KEPEGAWAIAN

INDRA GUNAWAN, SH NIP. 19701125 199703 1 001

KEPALA SEKSI PENSIUN I

AGUS PRAPTANA, S.Sos NIP. 19670818 199703 1 001

KEPALA SEKSI PENGOLAHAN DATA

KEPEGAWAIAN

-

KEPALA SEKSI PENYIAPAN & PENGOLAHAN DATA I

ENNIS PURBA S.Sos NIP. 19620126 198603 1 001

KEPALA SEKSI PENYIAPAN & PENGOLAHAN DATA II

SABARDI KRISNAN ADI NIP. 19551024 197607 1 001

KEPALA SEKSI BIMBINGAN TEKNIS KEPEGAWAIAN I

KUSEN KUSDIANA,S.IP,SH,M.Si NIP. 19650905 198503 1 001

KEPALA SEKSI PENGEMBANGAN KEPEGAWAIAN - KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL KEPALA SEKSI MUTASI II

OJAK MURDANI, S.Sos NIP. 19711210 199803 1 001

KEPALA SEKSI ADM STATUS KEPEGAWAIAN DAN PENSIUN

-

KEPALA SEKSI PENYAJIAN & PERTUKARAN INFORMASI

KEPEGAWAIAN

KEPALA SEKSI BIMBINGAN TEKNIS KEPEGAWAIAN II

EDISON MANALU,SH NIP.19621201.198412.1.001

KEPALA SEKSI PENSIUN I

JANTIMALA SIMARMATA,S.Sos NIP. 19571222 197607 1 001


(46)

STRUKTUR ORGANISASI FUNGSIONAL KANTOR REGIONAL VI BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

KEPALA KANTOR REGIONAL VI BKN MEDAN

H. EDY WAHYONO SP, SH, M.Si NIIP. 19550421 198203 1 001

ANALIS KEPEGAWAIAN PELAKSANA LANJUTAN

JINTO SILITONGA NIP. 19630819 198603 1 001

ARSIPARIS PELAKSANA LANJUTAN

KHAIRUL ARIFIN NIP. 19620707 198502 1 001

ARSIPARIS PELAKSANA

SUYATNO NIP. 19721231 200112 1 001

ARSIPARIS PELAKSANA

DEWI REZKIANA NURHASRAN, A.Md NIP. 19840213 200801 2 003 PRANATA KOMPUTER PERTAMA

JOSSY SAHAT PARSAORAN, S.Kom NIP. 19731003 199902 1 001

ANALIS KEPEGAWAIAN PENYELIA SUGENG PONCO AJI NIP. 19590604 198001 1 001

ANALIS KEPEGAWAIAN PENYELIA EDWARD SIANTURI, SE NIP. 19580507 198002 1 001

ANALIS KEPEGAWAIAN PENYELIA JUMADI

NIP. 19550401 197802 1 001

ANALIS KEPEGAWAIAN PENYELIA SUPRAYITNO NIP. 19551008 197811 1 001

ANALIS KEPEGAWAIAN PENYELIA RASTA SINAGA NIP. 19561203 197802 1 001

ANALIS KEPEGAWAIAN PENYELIA WANRI SIHOMBING, BST, SE NIP. 19630421 198403 1 001

ANALIS KEPEGAWAIAN PENYELIA BONAR SINAGA NIP. 19550710 197608 1 001

ANALIS KEPEGAWAIAN PELAKSANA

PRANATA KOMPUTER PERTAMA

MANRI JONSON DIAN SIHOMBING, S.Kom

NIP. 19691110 199012 1 001

PRANATA KOMPUTER PELAKSANA

RONE MASINTAN SIMANJUNTAK, A.Md NIP. 19730202 199803 2 001 PRANATA KOMPUTER PERTAMA

SIGIT RAHARDJO, SH NIP. 19740623 199703 1 001 PRANATA KOMPUTER PERTAMA

WIDI LESMANA, S.Kom NIP. 19701127 200003 1 001

PRANATA KOMPUTER PELAKSANA YUSDI HERMADI, A.Md NIP. 19761009 200003 1 001


(47)

2. Tugas dan Fungsi dari Bagian Masing-Masing yang terdapat di struktur organisasi

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Kantor Regional VI BKN Medan mempunyai susunan organisasi yang terdiri dari:

d. Kepala Kanreg VI BKN

Kepala Kanreg berkedudukan di daerah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala BKN pusat yang berkedudukan di Jakarta.

Kepala Kanreg BKN memiliki tugas sebagai berikut:

1. Membantu Kepala BKN dalam menyelenggarakan administrasi dan manajemen kepegawaian PNS Pusat dan Daerah di wilayah kerjanya 2. Melaksanakan koordinasi dan kerja sama di bidang kepegawaian

dengan Pemerintah Daerah, Instansi Vertikal dan Instansi Pusat yang berada di daerah dalam wilayah kerjanya

3. Memberikan laporan secara berkala dan sewaktu-waktu kepada Kepala BKN

e. Bagian Umum

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Bagian Umum dipimpin oleh Kabag Umum dan di bantu oleh 3 Kepala seksi.

Bagian umum memiliki tugas melaksanakan pelayanan teknis dan administrasi bagi seluruh satuan organisasi Kanreg BKN. Dan dalam menjalankan tugasnya bagian umum mempunyai fungsi :


(48)

2. Pengelolaan Administrasi Keuangan 3. Pengelolaan Administrasi Kepegawaian

4. Pengelolaan Tata Usaha Kantor, Dokumentasi dan Kehumasan serta Perlengkapan dan Rumah Tangga.

Untuk memperlancar tugas dan fungsinya, Bagian Umum di bagi dalam 3 subbagian yang terdiri dari :

1. Subbagian Perencanaan dan Keuangan, memiliki tugas melakukan penyiapan dan penyusunan rencana, program dan anggaran, pengelolaan administrasi keuangan dan pembayaran serta pembukuan dan verifikasi

2. Subbagian Kepegawaian, memiliki tugas melakukan urusan tata usaha kepegawaian, administrasi mutasi dan pengembangan kepegawaian serta kesejahteraan pegawai

3. Subbagian Tata Usaha dan Rumah Tangga, memiliki tugas melakukan urusan surat menyurat, kearsipan, ekspedisi, penggandaan, dokumentasi, kehumasan, penyusunan laporan serta urusan perlengkapan, angkutan kendaraan dinas, urusan dalam dan keamanan.

f. Bidang Mutasi

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Bidang Mutasi dipimpin oleh Kepala Bidang Mutasi dan di bantu oleh 4 Kepala Seksi.

Tugas dari bidang mutasi adalah :

1. Melaksanakan pemberian pertimbangan teknis mutasi kepegawaian kepada Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah dan Pejabat Pembina Instansi Pusat yang berwenang di daerah


(49)

2. Menetapkan kenaikan pangkat anumerta dan pengabdian di wilayah kerjanya

Sedangkan Fungsi dari bidang mutasi yaitu :

1. Penyiapan pertimbangan teknis kepada Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah untuk penetapan kenaikan pangkat PNS Daerah dari Juru Muda golongan ruang 1/b sampai dengan Pembina Utama Golongan ruang IV/e.

2. Pemberian pertimbangan teknis kepada Pejabat Instansi Pusat yang berwenang di daerah untuk penetapan kenaikan pangkat PNS Pusat dari Juru Muda Tingkat I golongn ruang I/b sampai dengan Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b

3. Penetapan kenaikan pangkat Anumerta dan pengabdian PNS Pusat 4. Pemberian Pertimbangan Teknis peninjauan masa kerja

5. Penetapan pemindahan PNS Daerah antar Daerah Propinsi dan antara Daerah Kabupaten/kota dengan Daerah Kabupaten Kota lain Propinsi. Bidang Mutasi terbagi dalam 4 seksi yang terdiri dari :

1. Seksi Administrasi Mutasi 2. Seksi Mutasi I

3. Seksi Mutasi II 4. Seksi Mutasi III

Tugas dari seksi Administrasi Mutasi adalah melakukan urusan tata usaha dan administrasi mutasi. Sedangkan Seksi Mutasi I, Seksi Mutasi II dan Seksi Mutasi III memiliki tugas melakukan penelitian persyaratan dan penyiapan bahan pertimbangan mutasi bagi PNS Daerah untuk menjadi Juru Muda Tingkat I golongan ruang 1/b sampai dengan Pembina Utama golongan ruang IV/e dan bagi PNS Pusat untuk menjadi Juru Muda tingkat


(50)

1 golongan ruang 1/b sampai dengan Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b, serta penyiapan bahan penetapan kenaikan pangkat anumerta dan pengabdian bagi PNS Pusat dan penyiapan pertimbangan teknis peninjauan masa kerja bagi PNS Pusat dan Daerah di wilayah Propinsi Sumatera Utara dan Pemerintah Aceh.

g. Bidang Status Kepegawaian dan Pensiun

Bidang Status Kepegawaian dan Pensiun mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penetapan Nomor Identitas Pegawai Negeri Sipil, Kartu Pegawai (KARPEG), Kartu Isteri/Suami(KARIS/KARSU), pemberhentian dan pemberian pensiun bagi PNS Pusat dan Janda/Dudanya, serta penyiapan pertimbangan teknis bagi PNS Daerah dan janda/dudanya yang telah mencapai batas usia pensiun, serta penyiapan pertimbangan status kepegawaian lainnya.

Bidang ini juga memiliki beberapa fungsi di dalam melaksanakan tugasnya, yaitu :

1. Penyiapan penetapan Nomor Identitas Pegawai Negeri Sipil 2. Penyiapan penetapan KARPEG dan KARIS/KRSU PNS

3. Penyiapan pertimbangan teknis pengangkatan menjadi PNS bagi CPNS Daerah yang menjalani masa percobaan lebih dari 2 (dua) tahun

4. Penyiapan penetapan/pertimbangan teknis pengangkatan menjadi PNS bagi CPNS Pusat/daerah yang menjalani masa percobaan lebih dari 2 (dua) tahun

5. Penyiapan penetapan pemberhentian dan pemberian pensiun PNS pusat yang berpangkat Pembina Tingkat I golongan ruang


(51)

IV/b ke bawah yang mencapai batas usia pensiun dan janda/dudanya

6. Penyiapan pertimbangan teknis pemberhentian dan pemberian pensiun bagi PNS daerah yang berpangkat Pembina Utama golongan ruang IV/e ke bawah yang mencapai batas usia pensiun dan janda/dudanya

7. Penyiapan pemberian pertimbangan masalah kedudukan dan status kepegawaian

8. Penyiapan pertimbangan pernyataan tewas dan uang duka tewas serta tunjangan cacat

9. Penyiapan persetujuan pemberian cuti di luar tanggungan negara.

Bidang Status Kepegawaian dan pensiun terbagi di dalam 4 seksi, yaitu :

1. Seksi Administrasi Status Kepegawaian dan Pensiun, memliki tugas melakukan urusan tata usaha dan administrasi status kepegawaian dan pensiun

2. Seksi Status Kepegawaian, mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penetapan NIP bagi CPNS Daerah, pertimbangan teknis pengangkatan menjadi PNS bagi CPNS Daerah yang menjalani masa percobaan lebih dari 2 (dua) tahun, penetapan pengangkatan menjadi PNS bagi CPNS Pusat yang menjalani masa percobaan lebih dari 2 (dua) tahun, pertimbangan teknis bagi PNS Daerah yang tewas atau cacat karena dinas, penetapan KARPEG dan KARIS/KARSU PNS, pemberian pertimbangan kedudukan dan status hukum


(52)

kepegawaian, persetujuan cuti di luar tanggungan negara dan uang duka.

3. Seksi Pensiun I, memiliki tugas melakukan penelitian dan penyiapan bahan penetapan pemberhentian dan pemberian pensiun PNS Pusat serta penyiapan bahan pertimbangan teknis pemberhentian dan pemberian pensiun PNS Daerah yang mencapai batas usia pensiun serta pensiun janda/dudanya dan pengelolaan tata naskah pensiun

4. Seksi Pensiun II, bertugas untuk melakukan penelitian dan penyiapan bahan penetapan pemberhentian dan pemberian pensiun PNS pusat serta penyiapan bahan pertimbangan teknis pemberhentian dan pemberian pensiun PNS Daerah yang mencapai batas usia pensiun serta pensiun Janda/Dudanya dan pengelolaan tata naskah pensiun.

h. Bidang Informasi Kepegawaian

Tugas dari Bidang Informasi Kepegawaian adalah melaksanakan sistem informasi kepegawaian PNS Pusat dan daerah serta memfasilitasi pengembangan sistem informasi kepegawaian pada instansi daerah di wilayah kerjanya. Sedangkan fungsi dari Bidang ini adalah

1. Penyiapan data masukan hasil mutasi kepegawaian

2. Pelaksanaan penyuntingan dan penyandian data kepegawaian 3. Pelaksanaan pengolahan data kepegawaian

4. Penyelenggaraan sistem kepegawaian dan pertukaran informasi 5. Pelaksanaan pengembangan sistem informasi kepegawaian 6. Pengelolaan arsip kepegawaian


(53)

Bidang ini memiliki 4 seksi untuk membantu memperlancar di dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, yaitu ;

1. Seksi Penyiapan dan Pengelolaan Data Kepegawaian I, bertugas melakukan urusan pengagendaan, penyuntingan, penyandian, perekaman, pengelompokan, penyimpanan dan pemeliharaan surat/dokumen kepegawaian serta penyiapan penyusunan laporan/perangkaan sesuai beban tugasnya di daerah kerja propinsi Nangroe Aceh.

2. Seksi Penyiapan dan Pengelolaan Data Kepegawaian II, bertugas melakukan urusan pengagendaan, penyuntingan, penyandian, perekaman, pengelompokan, penyimpanan dan pemeliharaan surat/dokumen kepegawaian, serta penyiapan penyusunan laporan/perangkaan sesuai beban tugasnya di daerah kerja propinsi Sumatera Utara

3. Seksi Pengolahan Data Kepegawaian, bertugas melakukan pengolahan data kepegawaian PNS Pusat dan Daerah, koordinasi dalam penyelenggaraan aplikasi informasi kepegawaian, pemeliharaan basis data kepegawaian serta penyimpanan data dalam komputer.

4. Seksi Penyajian dan pertukaran Informasi, memiliki tugas untuk melakukan pengelolaan jaringan komunikasi data, rekonsiliasi data dan sistem informasi kepegawaian, serta penyajian dan pertukaran informasi kepegawaian.

i. Bidang Bimbingan Teknis Kepegawaian

Tugas dari bidang Bimbingan Teknis Kepegawaian adalah melaksanakan bimbingan teknis kepegawaian dan diklat kepegawaian


(54)

serta melakukan pengawasan kompetensi jabatan dan pengendalian pemanfaatan lulusan diklat PNS Pusat maupun Daerah. Dan bidang ini juga memiliki fungsi yang harus dilaksanakan, yaitu :

1. Pemberian bimbingan dan petunjuk teknis kepegawaian 2. Perencanaan kebutuhan diklat

3. Penyiapan penyelenggaraan diklat kepegawaian

4. Penyiapan kerja sama monitoring dan pengendalian pemanfaatan diklat 5. Pengawasan standar kompetensi jabatan

6. Koordinasi dengan aparat pengawasan fungsional bidang kepegawaian 7. Pengawasan dan pengendalian kinerja dan disiplin PNS di lingkungan

Kanreg BKN

Dalam bidang ini di bantu oleh 3 seksi untuk menjalankan tugas dan fungsinya, yaitu:

1. Seksi Bimbingan Teknis Kepegawaian I, bertugas untuk melaksanakan bimbingan dan petunjuk teknis kepegawaian, pengawasan standar kompetensi jabatan, dan koordinasi dengan aparat pengawasan fungsional bidang kepegawaian di wilayah kerjanya, serta melakukan pengawasan dan pengendalian kinerja dan disiplin PNS di lingkungan Kanreg BKN.

2. Seksi Bimbingan Teknis Kepegawaian II, bertugas untuk melakasanakan bimbingan dan petunjuk teknis kepegawaian, pengawasan standar kompetensi jabatan dan koordinasi dengan aparat pengawasan fungsional bidang kepegawaian di wilayah kerjanya.

3. Seksi Pengembangan Kepegawaian, bertugas untuk merencanakan kebutuhan diklat, menyusun program diklat, menyiapkan penyelenggaraan diklat kepegawaian melakukan kerja sama diklat,


(55)

monitoring dan pengendalian pemanfaatan diklat instansi di wilayah kerjanya.

j. Kelompok Jabatan Fungsional

Di dalam lingkungan Kanreg BKN terdapat kelompok jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian atau keterampilannya. Kelompok jabatan fungsional tersebut terdiri dari Analis Kepegawaian, Pranata komputer dan Jabatan Fungsional lainnya.

Setiap kelompok jabatan fungsional dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kanreg BKN dan jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Dalam menentukan jenis dan jenjang jabatan fungsional maka ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

E. Susunan Tata Kerja Kanreg VI Badan Kepegawaian Negara

Untuk melakukan birokrasi yang baik maka Kanreg VI BKN mempunyai Susunan Tata Kerja sebagai berikut :

1. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Bagian, Kepala Bidang, Kepala Subbagian/Seksi dan kelompok Jabatan Fungsional wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik di lingkungan masing-masing maupun antar satuan organisasidi lingkungan Kanreg VI BKN sesuai dengan tugas masing-masing.

2. Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengawasi bawahannya masing-masing dan apabila terjadi penyimpangan agar mengambil langkah –


(56)

langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-unadangan yang berlaku.

3. Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan Kanreg BKN bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahannya masing-masing dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya. 4. Kepala bagian, kepala bidang dan kepala subbagian/seksi wajib mengikuti

dan mematuhi petunjuk serta bertanggung jawab kepada atasannya dan menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya.

5. Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi dari bawahannya, wajib diolah dan digunakan sebagai bahan untuk menyusun laporan lebih lanjut dan untuk memberikan petunjuk bagi bawahan.

6. Kepala bidang menyampaikan laporan kepada Kepala melalui Kepala Bagian Umum, Laporan sebagaimana dimaksud dihimpun dan diisi oleh Kepala Bagian Umum sebagai bahan laporan kepala.

7. Setiap laporan kepada atasan, tembusannya wajib disampaikan kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja. 8. Dalam melaksanakan tugasnya, setiap pimpinan satuan organisasi dibantu

oleh kepala satuan organisasi bawahannya dan dalam rangka pemberian bimbingan kepada bawahan, wajib mengadakan rapat berkala.


(57)

BAB IV

PENYAJIAN DATA

Penyajian data berikut ini merupakan hasil penyebaran kuesioner di lapangan kepada para Pegawai Negeri Sipil di Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan. Dari jumlah populasi yang ada, maka penulis menyebarkan kuesioner kepada 33 responden (pegawai).

A. Data Identitas Responden

Tabel 1

Distribusi Responden Menurut Usia

No Kategori Frekwensi Persentase

1 20 s/d 30 Tahun 9 27%

2 31 s/d 40 Tahun 15 46%

3 41 s/d 50 Tahun 6 18%

4 51 Tahun keatas 3 9%

Jumlah 33 100%

Sumber : Kuesioner Penelitian, 2011

Pada tabel 1 terlihat bahwa responden terbanyak berusia antara 31 sampai dengan 40 tahun yaitu sebanyak 15 orang atau 46%, yang diikuti dengan usia antara 20 sampai dengan 30 tahun sebanyak 9 orang atau 27%, sementara responden yang berusia antara 41 sampai dengan 50 tahun adalah 6 orang atau 18% dan yang berusia lebih dari 51 tahun sebanyak 3 orang atau 9%.


(1)

ataupun dilihat dari hal tersebut masih terdapat faktor - faktor lain yang juga perlu diperhatikan.

Terbukti dari hasil perhitungan koefisien determinan yang besarnya hanya 56,25%, menunjukkan bahwa absensi elektronik Hand Geometry bukanlah satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi kedisiplinan kerja pegawai, tetapi masih ada faktor-faktor lainnya.

Meskipun demikian, dari hasil data yang diperoleh bahwa fungsi variabel X (Hand Geometry) di Kantor BKN Regional VI Medan masuk ke kategori yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari keseluruhan jawaban yang diberikan responden yang diukur dengan menggunakan 7 indikator. Hal ini menunjukkan bahwa Absensi Elektronik Hand Geometry mampu memberikan manfaat bagi kebutuhan para pegawai.

Sedangkan untuk variabel Y (Disiplin Kerja Pegawai) di Kantor BKN Regional VI Medan masuk ke kategori yang sangat tinggi terbukti pada tabel 24 bahwa jawaban dari 17 orang (52%) mengahsilkan kategori yang tinggi. Dengan demikian menunjukkan bahwa para pegawa negeri mampu melaksanakan disiplin yang tinggi.

Dan dari perhitungan koefisien korelasi product moment di dapat koefisien korelasi sebesar 0,75 dimana hal ini dapat diartikan bahwa absensi elektronik Hand Geometry memberikan pengaruh positif dan kuat terhadap Disiplin Kerja Pegawai, meskipun Absensi Elektronik Hand Geometry ini bukanlah menjadi satu-satunya faktor di dalam menentukan kedisiplinan kerja para pegawai negeri yang ada di Kantor Badan Kepegawaian Negara Regional VI Medan.


(2)

BAB VI PENUTUP

Pada bab ini penulis memberikan beberapa kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh, selain itu penulis juga akan memberikan beberapa saran yang berhubungan dengan peningkatan Disiplin Kerja Pegawai.

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa hipotesa penelitian yang berbunyi “Bagaimana Pengaruh Absensi Elektronik Hand Geometry Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Di Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan” diterima dan berpengaruh positif. Hal ini terbukti dari uji korelasi product moment antara kedua variabel dengan α = 5% dan hasil koefisien r hitung sebesar 0,75 yang lebih besar dari r tabel 0,344. Dan koefisien determinant diperoleh sebesar 56,25%. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh Absensi Elektronik Hand Geometry terhadap Disiplin Kerja Pegawai sebesar 56,25%. Meskipun dapat dikatakan tidak terlalu rendah namun absensi elektronik hand geometry bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi disiplin kinerja pegawai.

2. Dari hasil penelitian ini, juga diperoleh tingkat kegunaan Absensi Elektronik Hand Geometry (X) yang Tinggi (49%) dengan interval 3,41-4,20 dan tingkat Disiplin Kerja Pegawai (Y) yang Sangat Tinggi (52%) dengan interval 4,21 – 5,00.

3. Penggunaan Hand Geometry mampu menghilangkan kebiasaan penitipan dan perapelan absensi bagi para pegawai negeri sipil, khususnya PNS yang berada di lingkungan Kantor Regional VI BKN Medan. Hal ini


(3)

dikarenakan mesin absensi ini hanya dapat mendeteksi pegawai yang bersangkutan datang langsung dan tidak dapat diwakilkan.

4. Tingkat kehadiran para pegawai secara tepat waktu memang dibutuhkan di dalam meningkatkan kedisiplinan bagi para pegawai. Namun hal itu bukanlah satu-satunya faktor di dalam meningkatkan kedisiplinan pegawai. Masih ada beberapa faktor lain untuk meningkatkan kedisiplinan bagi para pegawai khusunya Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan BKN Medan.

5. Absensi Elektronik Hand Geometry mampu memberikan pengaruh terhadap kedisiplinan kerja pegawai dengan kegunaannya yang mudah, data yang diperoleh sangat valid karena tidak dapat diwakilkan dan output atau lampiran yang dihasilkan juga dapat dengan mudah dipahami. Dengan demikian absensi elektronik tersebut dapat membantu para pegawai negeri sipil yang ada di Kantor BKN Regional VI Medan untuk meningkatkan kedisiplinannya.

B. Saran

1. Selain menggunakan Absensi Elektronik Hand Geometry untuk meningkatkan kedisiplinan kinerja pegawai, pemberian motivasi untuk membentuk kedisiplinan pribadi masing-masing pegawai dapat dilakukan, begitu juga dapat dilakukan pendidikan dan latihan kepada para pegawai. 2. Absensi dengan menggunakan Alat Biometrik Hand Geometry meskipun

memiliki banyak sekali keunggulan namun bisa saja mengalami kerusakan apabila sering digunakan dan memorinya sudah melebihi kapasitas yang ada. Dengan demikian di dalam meningkatkan kedisiplinan, absensi


(4)

dengan menggunakan Hand Geometry bukanlah faktor utama di dalam meningkatkan kedisiplinan di dalam suatu instansi.

3. Untuk meningkatkan kedisiplinan kinerja pegawai di Kantor Badan Kepegawaian Negara Regional VI Medan hendaknya sanksi pelanggaran atas tata tertib yang telah ditetapkan untuk selalu dilaksanakan dengan pemberian sanksi yang tidak menyimpang dari peraturan yang ada.

4. Untuk menghindari adanya manipulasi data kehadiran pegawai, baik itu secara titip menitip ataupun perapelan absensi, hendaknya instansi pemerintah yang lainnya atau instansi swasta mulai untuk meninggalkan absensi secara konvensional dan beralih dengan menggunakan absensi biometrik seperti Hand Geometry atau jenis yang lainnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mirriam. 2005. Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Karunia.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rieneka Cipta.

Gie Liang, Drs. 2002. Administrasi Perkantoran Modern. Jakarta: Nur Cahaya.

Harahap, Sofyan Syafri. 2003. Sistem Pengawasan Manajemen. Jakarta: PT. Pustaka Quantum.

Hidayat, Syarifudin. 2002. Metode Penelitian. Bandung: Mandar Maju. Nitisemo, Alex. 2002. Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia. Prijodarminto, Soegeng. 2004. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta:

Pradnya Paramita.

Pariatra, Westra. 2006. Ensiklopedia Administrasi. Jakarta: Gunung Agung.

Sinaga, Juniady H. 2002. Pengaruh Pengawasan Melekat Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Di Dinas Perikanan Dan Peternakan Pemerintah Kabupaten Simalungun (Skripsi S-1).

Medan: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Sugiono. 2001. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alphabeta. Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Peraturan Disiplin

Pegawai Negeri Sipil.

Undang-Undang RI No.43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Bandung: Fokusmedia

Satriyanto, Edi. Penerapan LVQ Neural Network pada Absensi Jarak Jauh Menggunakan Geometri Tangan Secara Online. Available

on-line

Helmi, Avin Fadilla. 1996. Disiplin Kerja. Buletin Psikologi, Tahun VI, No.2, Desember 1996, Edisi Khusus Ulang Tahun XXXII

Sugiono, 2011. Statistika untuk Penelitian Bandung: Alfabeta

Alamsyah, Doni Purnama.2003. Sistem Biometriks Absensi Karyawan Dalam Menunjang Efektifitas Kinerja Perusahaan. Available


(6)

Sasongko, Thathit Dwi. Disiplin Kerja. Available on-line